Harga Karet Petani Anjlok, Ekspor Karet Sumut Merosot
Harga karet petani di Sumut anjlok dari Rp 11.000 menjadi Rp 7.000 per kg. Ekspor karet Sumut pada Oktober pun hanya 24.537 ton, menurun 15,3 persen dibandingkan September yang masih mencapai 28.978 ton.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Harga karet petani di Sumatera Utara anjlok dalam beberapa bulan terakhir dari Rp 11.000 menjadi Rp 7.000 per kilogram. Menurunnya harga menekan produksi karet petani. Ekspor karet Sumut pada Oktober hanya 24.537 ton, menurun 15,3 persen dibandingkan September yang masih mencapai 28.978 ton.
Sungkunen Tarigan, Ketua Kelompok Tani Mbuah Page di Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (2/11/2022), mengatakan, petani sangat terpukul dengan harga karet yang anjlok. ”Padahal, gairah petani baru saja bangkit tahun ini karena harga yang sempat membaik sejak awal tahun sekitar Rp 11.000 per kilogram,” katanya.
Menurut Sungkunen, produksi karet petani di Deli Serdang saat ini sedang bagus-bagusnya setelah sejumlah kebun yang sempat terbengkalai digarap kembali. Dalam beberapa tahun belakangan ini, banyak kebun dibiarkan terbengkalai atau diganti menjadi tanaman lain karena harga karet yang anjlok sampai pernah menyentuh Rp 4.000 per kilogram di tingkat petani.
Saat ini, hampir semua keluarga di kecamatan itu kembali menyadap karetnya. Namun, karena musim hujan dalam beberapa pekan terakhir ini, produksi juga berkurang sebab tanaman karet tidak bisa disadap saat hujan turun.
Sungkunen mengatakan, saat ini mereka sudah bisa mengumpulkan getah karet sekitar 5 ton setiap pekan. Volume karet yang dikumpulkan kelompok tani itu meningkat dibandingkan awal tahun yang masih sekitar 3 ton per pekan. ”Namun, gairah kami mulai lesu lagi karena penurunan harga karet yang sangat dalam,” katanya.
Untuk mendapat harga karet yang lebih baik, kata Sungkunen, petani membentuk kelompok agar karet bisa dijual langsung ke pabrik tanpa melalui agen atau tengkulak. Mereka pun melakukan pengolahan pascapanen yang lebih baik agar kualitas bahan olah karet (bokar) bisa diterima pabrik. ”Kalau langsung jual ke pabrik dan dengan kualitas pengolahan yang lebih bagus, kami bisa mendapat selisih harga Rp 1.000 per kilogram lebih mahal,” ujar Sungkunen.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara Edy Irwansyah menjelaskan, penurunan produksi karet petani juga tergambar dari merosotnya ekspor karet dari Sumut. ”Ekspor pada Oktober yang hanya 24.537 ton jauh merosot dibandingkan rata-rata volume ekspor karet dari Sumut sekitar 38.000 ton per bulan,” kata Edy.
Ekspor lesu
Edy mengatakan, penurunan volume ekspor pada tahun ini terjadi sejak Agustus. Hal ini disebabkan melemahnya ekonomi di negara tujuan ekspor utama karet asal Indonesia. Faktor lainnya adalah menurunnya harga karet dunia yang kini hanya sekitar 1,29 dollar Amerika Serikat per kilogram di bursa Singapura.
Penurunan harga cukup dalam, yakni mencapai 28 persen dibandingkan awal tahun yang masih mencapai 1,8 dollar AS. Harga karet merosot akibat lesunya permintaan karet di pasar dunia.
Edy menyebut, Amerika Serikat merupakan negara dengan penurunan permintaan karet remah yang cukup signifikan. ”Ekspor karet ke Amerika Serikat pada bulan Oktober bahkan merosot 37,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Melemahnya ekonomi Amerika membuat aktivitas industri di negara itu lesu dan itu berdampak pada ekspor karet Sumut,” ujar Edy.
Melemahnya ekonomi Amerika membuat aktivitas industri di negara itu lesu dan itu berdampak pada ekspor karet Sumut. (Edy Irwansyah)
Edy mengatakan, Sumut masih bisa mengekspor karet ke 30 negara. Adapun lima negara tujuan ekspor terbesar pada Oktober adalah Jepang (36,4 persen), Brasil (13 persen), AS (9,5 persen), Turki (6,6 persen), dan China (5,6 persen).
Brasil menjadi salah satu negara dengan permintaan karet yang terus meningkat dan sejak tahun ini selalu masuk lima besar tujuan ekspor utama Sumut. Peningkatan permintaan karet Brasil untuk memenuhi bahan baku pabrik ban multinasional, yakni Bridgestone yang tahun lalu melakukaninvestasi baru dan perluasan pabrik di negara itu.
Edy menyebut, Bridgestone melakukan modernisasi pabrik agar bisa fokus pada model dan strategi bisnis yang berkelanjutan untuk pasar ban premium dan kendaraan listrik. Hal ini pun menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor karet remah.