Pengungsi Banjir di Palangkaraya Mulai Kembali ke Rumah
Banjir di Kota Palangkaraya, Kalteng, perlahan surut. Pengungsi pun mulai kembali ke rumah masing-masing. Namun, mereka tetap harus waspada karena banjir kiriman dari hulu Sungai Kahayan bisa datang kapan saja.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pengungsi banjir di Kalimantan Tengah kembali ke rumah masing-masing karena banjir yang kian surut. Posko darurat pun ditutup. Walakin, pemerintah tetap meminta masyarakat waspada terhadap banjir kiriman dari hulu Sungai Kahayan.
Setidaknya empat posko pengungsi yang didirikan Pemerintah Kota Palangkaraya ditutup. Rinciannya, posko darurat di Jalan Arut, Kecamatan Jekan Raya; lalu posko di Tugu Soekarno Kota Palangkaraya, di gedung KNPI Provinsi Kalteng; serta posko di gedung sekolah di Jalan Ahmad Yani, Kota Palangkaraya dan di Jalan Kalimantan di dekat kantor PDAM Kota Palangkaraya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Emi Abriyani mengungkapkan, posko yang ditutup merupakan posko darurat, sedangkan posko utama di kantor BPBD Kota Palangkaraya tetap melakukan aktivitas meski sudah tidak ada dapur umum. Aktivitasnya berupa pengoordinasian kegiatan hingga pelayanan kesehatan untuk warga terdampak banjir.
”Pengendalian di lapangan dipusatkan di BPBD sehingga pengawasan dan pemantauan masih berjalan seperti biasa. Kami tetap mengimbau warga agar tetap waspada terhadap bahaya bencana banjir, terutama air kiriman dari hulu,” kata Emi di Palangkaraya, Selasa (29/11/2022).
Emi menjelaskan, sebagian besar banjir yang melanda Kota Palangkaraya disebabkan meluapnya Sungai Kahayan. Sungai ini memiliki panjang 600 kilometer atau seperti jarak dari DKI Jakarta ke Kota Surakarta.
Banjir yang terjadi selama lebih dari seminggu ini, kata Emi, merendam setidaknya 17 kelurahan di lima kecamatan Kota Palangkaraya, Kalteng. Kini, banjir perlahan surut. Emi menjelaskan, dari ketinggian maksimal yang mencapai 60 sentimeter, kini di beberapa lokasi ketinggian banjir 10-15 sentimeter.
”Tergantung dengan intensitas hujan dan kondisi hujan di hulu sungai. Sebab, sebagian besar banjir terjadi karena limpasan air sungai yang berlebihan dari hulu,” kata Emi.
Emi menambahkan, kini pihaknya fokus pada pengawasan dan pelayanan kesehatan terhadap warga terdampak banjir yang mulai diserang penyakit. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan dinas dan lembaga terkait untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Tidak sedikit warga yang mengalami hipertensi yang diduga dipicu oleh terlalu lama mereka meninggalkan rumah dalam situasi bencana.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya Andjar Hari Purnomo menjelaskan, selama banjir, pihaknya menemukan setidaknya 1.531 kasus penyakit yang diderita warga terdampak. Kasus-kasus itu didominasi oleh penyakit kulit dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Namun, penyakit lainnya juga ditemukan, seperti diare, sakit kepala, dan hipertensi. Meski jumlahnya tidak banyak, semuanya bisa ditangani.
”Kami berupaya jalan dari lokasi satu ke lokasi lainnya hingga rumah ke rumah warga terdampak untuk memberikan pelayanan kesehatan,” kata Andjar.
Andjar menjelaskan, tidak sedikit warga yang mengalami hipertensi yang diduga dipicu oleh terlalu lama mereka meninggalkan rumah dalam situasi bencana. ”Mungkin sebagian korban kaget dengan peristiwa tersebut karena banjir datang begitu cepat, jadi mereka stres dan tensi mereka juga naik,” kata Andjar.
Andjar memastikan ketersediaan obat dan tenaga medis cukup untuk bisa memberikan layanan kesehatan kepada warga terdampak. Pihaknya juga menyediakan layanan kesehatan langsung di tenda-tenda pengungsian, selain menyiapkan tenaga puskesmas untuk berkeliling dari rumah ke rumah di wilayah terdampak banjir untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Trans-Kalimantan
Banjir tak hanya terjadi di Kota Palangkaraya, kabupaten lain yang dilintasi Sungai Kahayan juga mulai terdampak banjir, seperti Kabupaten Pulang Pisau. Akses jalan dari Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya yang merupakan jalur Trans-Kalimantan masih terganggu dan hampir putus karena banjir.
Banjir melanda jalan Trans-Kalimantan, tepatnya di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau. Ketinggian air mencapai 30 sentimeter membuat pengendara harus berhati-hati saat melintas di wilayah tersebut.
”Banjir sudah mulai surut, tetapi air bisa cepat naik dan jalan bisa jadi putus seperti tahun lalu,” kata Suryanto, warga Tumbang Nusa.