Pencarian Korban Kecelakaan Helikopter Gunakan Tiga Metode
Tim SAR gabungan menerapkan tiga metode untuk mencari tiga korban kecelakaan helikopter NBO-105 P 1103 yang hilang kontak di perairan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Masih ada tiga korban belum ditemukan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
BELITUNG, KOMPAS — Tim SAR gabungan menerapkan tiga metode untuk mencari tiga korban kecelakaan helikopter NBO 105 milik Polri bernomor registrasi P-1103 yang hilang kontak di perairan Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hingga Selasa (29/11/2022) pagi, baru satu kru helikopter yang ditemukan dalam kondisi meninggal.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Pangkal Pinang I Made Oka Astawa, Selasa, mengatakan, memasuki hari ketiga pencarian korban, tim SAR gabungan menggunakan tiga metode pencarian helikopter yang hilang pada Minggu (27/11/2022). Ketiga metode itu yakni pencarian di permukaan laut, di bawah permukaan air, dan pencarian via udara.
Oka menjelaskan, untuk pencarian di atas permukan laut, pihaknya menggunakan pola pencarian sapuan paralel (parallel sweep search pattern). Adapun pencarian di bawah permukaan air dengan metode pemindaian menggunakan MBES (multibeam echo sounder), SSS (side scan sonar), dan Magnetometer ROV yang dibawa oleh KRI SPICA. Selanjutnya, pencarian juga menggunakan metode via udara.
Pencarian ini juga didasari atas sejumlah penemuan dari hasil pencarian sebelumnya. Pada Senin (28/11/2022), tim SAR gabungan menemukan satu korban, yakni Brigadir Dua Muhammad Khoirul Anam yang bertugas sebagai teknisi.
Setelah ditemukan, ujar Oka, jenazah dievakuasi tim gabungan dan Inafis Polres Belitung Timur menuju Rumah Sakit Umum Daerah Belitung Timur. Evakuasi jenazah dilakukan melalui Pantai Burung Mandi, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur.
Tidak hanya itu, sejumlah puing dari badan helikopter juga telah ditemukan. Ada pula tas ransel milik kru helikopter dan tangki bahan bakar tambahan.
Selain itu, ujar Oka, tim SAR gabungan juga telah menemukan emergency locator transmitter (ELT). Itu adalah perangkat suar penentu lokasi untuk pesawat. Namun, saat terjadinya kecelakaan, ELT tidak memancarkan sinyal.
Sejumlah kendala dalam proses pencarian adalah kondisi cuaca yang tidak menentu. Pada saat pagi hingga siang hari, kondisi laut terbilang cukup landai. Namun, pada siang menuju sore hari, gelombang laut tinggi sehingga cukup membahayakan bagi kapal kecil.
Dalam proses pencarian jelas, kata Oka, tim SAR gabungan menggunakan setidaknya 10 kapal dari berbagai instansi, seperti Polri, TNI, Basarnas, pemerintah daerah, dan nelayan. ”Kami sudah berkoordinasi dengan nelayan yang melaut di perairan Manggar jika sewaktu-waktu menemukan sesuatu yang berkaitan dengan pencarian ini, segera dilaporkan,” ujarnya.
Saat kunjungannya ke posko pencarian korban, Senin, Kepala Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Kakorpolairud) Baharkam Polri Inspektur Jenderal Indra Miza mengatakan, dalam proses pencarian, tim mengalami kendala, seperti gelombang laut cukup besar serta angin dan arus laut yang cukup kencang. ”Saat kita mencoba untuk menurunkan alat ke laut, alat itu terbawa arus,” ujarnya.
Tim penyelam belum melakukan penyelaman sampai nantinya sudah ditentukan lokasi jatuhnya pesawat. Informasi yang bisa dipegang saat ini adalah helikopter mengalami hilang kontak di jarak 38 mil laut (70 kilometer) dari Bandara Internasional HAS Hanandjoeddin, Tanjung Pandan.
Dari hasil pencarian hari kedua, tim sudah menemukan 21 item puing, seperti ransel dan bagian helikopter. Adapun jenazah Brigadir Dua Muhammad Khoirul Anam masih berada di RSUD Belitung timur sampai semua jenazah kru selesai dievakuasi.