ISPA dan Alergi Kulit Hantui Warga Terdampak Banjir Palangkaraya
Seminggu lamanya banjir melanda Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Ribuan warga diserang berbagai penyakit. ISPA dan alergi kulit mendominasi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Ribuan orang yang terdampak banjir di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, mulai terserang penyakit. Untuk itu, layanan kesehatan diberikan dari rumah ke rumah.
Banjir di Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, sudah terjadi selama lebih dari satu minggu. Pemerintah menilai banjir tersebut terjadi karena luapan Sungai Kahayan akibat intensitas hujan yang tinggi.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya, dari total 30 kelurahan, terdapat 17 kelurahan yang dilanda banjir di seluruh kecamatan Kota Palangkaraya.
Lumpur itu yang susah membersihkannya karena saat banjir datang air bawa lumpur juga, sampai ke tembok. Kasur juga masih basah. (Rahmadi)
Setidaknya 468 rumah warga terdampak banjir dan 31 orang di antaranya mengungsi ke tenda-tenda darurat ataupun gedung yang disiapkan pemerintah.
Pengungsi berada di tenda Jalan Arut, lalu di gedung KNPI Provinsi Kalteng, dan tenda di taman Tugu Soekarno. Dari pantauan Kompas di beberapa lokasi pengungsian, pemerintah juga menyiapkan dapur umum serta menyiapkan tenaga kesehatan di tempat pengungsian.
Rahmadi (40), warga Mendawai, terpaksa mengungsi karena air sudah mencapai 60 sentimeter dan merendam rumahnya sejak seminggu belakangan. Namun, pada Senin (28/11/2022), air banjir perlahan surut.
”Semoga tidak hujan lagi. Kalau hujan airnya pasti naik lagi,” ujarnya.
Rahmadi menjelaskan, saat ini dirinya dan keluarga sudah pulang ke rumah untuk mulai membersihkan rumah. Namun, pada malam hari dirinya berencana akan kembali ke tempat pengungsian sampai rumah mereka bisa ditinggali dengan nyaman.
”Lumpur itu yang susah membersihkannya karena saat banjir datang air bawa lumpur juga, sampai ke tembok. Kasur juga masih basah,” katanya.
Rahmadi mengungkapkan, dirinya sejak tiga hari lalu mulai diserang penyakit gatal-gatal karena terlalu lama berjalan di tengah banjir. Kutu air juga jadi masalah bagi dirinya dan anak juga istrinya.
”Kami sudah ke puskesmas dan dapat obat gratis. Kami juga periksa kesehatan. Semuanya gratis,” katanya.
Terdampak
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya Andjar Hari Purnomo menjelaskan, pihaknya sudah menangani 1.531 warga terdampak banjir yang diserang berbagai penyakit.
Dari total warga yang diperiksa itu, penyakit yang mendominasi adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan alergi kulit.
”Hasil rekapitulasi sementara, warga korban banjir masih terus bergerak dinamis karena ada warga yang langsung mengakses layanan puskesmas di wilayah masing-masing juga,” kata Andjar.
Andjar menambahkan, penyakit lain yang kerap diderita warga terdampak umumnya berkaitan dengan kesehatan lingkungan, seperti keluhan lambung, diare, sakit kepala, demam, nyeri otot, hingga hipertensi.
Andjar memastikan ketersediaan obat dan tenaga medis cukup untuk bisa memberikan layanan kesehatan kepada warga terdampak. Pihaknya juga menyediakan layanan kesehatan langsung di tenda-tenda pengungsian, juga menyiapkan tenaga puskesmas untuk berkeliling dari rumah ke rumah di wilayah terdampak banjir guna memberikan pelayanan kesehatan.
Banjir tak hanya terjadi di Kota Palangkaraya. Kabupaten lain yang dilintasi Sungai Kahayan juga mulai terdampak banjir, seperti Kabupaten Pulang Pisau. Akses jalan dari Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya yang merupakan jalur Trans-Kalimantan masih terganggu dan hampir putus akibat banjir.
Banjir melanda jalan Trans-Kalimantan tepatnya di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau. Ketinggian air yang mencapai 30 sentimeter membuat pengendara harus berhati-hati melintas di wilayah tersebut.
”Sudah tiga hari ini air naik-turun enggak jelas, jadi bisa putus sewaktu-waktu,” ungkap Agus (30), warga Pulang Pisau yang setiap hari melintas di jalan tersebut.
Prakirawan BMKG di Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Chandra Mukti, menjelaskan, seluruh wilayah Kalimantan Tengah sudah memasuki masa awal musim hujan sehingga intensitas hujan masih sangat tinggi. Tercatat intensitas hujan bulanan tertinggi mencapai 500 milimeter di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Sukamara.