Imunisasi Polio Massal Dimulai di Pidie, 9.941 Anak Jadi Sasaran
Imunisasi polio secara massal dipusatkan di Alun-alun Kota Sigli, Senin pagi. Tenaga kesehatan juga dikerahkan ke sekolah-sekolah untuk memastikan anak di bawah 12 tahun mendapat vaksin polio.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
SIGLI, KOMPAS — Imunisasi polio secara massal untuk 9.941 anak usia 12 tahun ke bawah di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, dimulai pada Senin (28/11/2022). Imunisasi massal harus dilakukan karena kasus polio mulai menyebar.
Imunisasi polio secara massal dipusatkan di Alun-alun Kota Sigli pada pagi hari. Sedikitnya 1.000 anak usia sekolah dasar dikumpulkan di lapangan itu. Peserta merupakan anggota pencak silat yang disiapkan untuk pembukaan pekan olahraga daerah.
Imunisasi polio secara massal dimulai secara simbolis dengan penetesan terhadap seorang anak oleh Penjabat Bupati Pidie Wahyudi Adisiswanto. Hadir juga Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Hanif.
Maxi Rein Rondonuwu menuturkan, imunisasi massal dilakukan sebagai bentuk intervensi pemerintah untuk menahan penyebaran virus polio di Pidie. Sebanyak empat anak di Pidie telah terkonfirmasi positif polio. ”Intervensi harus kita lakukan untuk menyelamatkan anak-anak Pidie dari polio,” kata Maxi.
Pada awal November 2022 Pemkab Pidie dikejutkan dengan penemuan satu kasus positif polio pada anak berusia 7 tahun. Setelah ditelusuri, ternyata anak itu tidak mendapatkan imunisasi. Pasien tersebut mengalami lumpuh layu pada kaki kiri.
Berselang dua pekan, tiga kasus baru ditemukan di kecamatan yang sama. Namun, tiga penderita baru tidak menunjukkan gejala. Jika dilakukan uji lebih jauh, tidak menutup kemungkinan anak penderita polio tanpa gejala lebih dari tiga orang.
Maxi mengatakan, target imunisasi harus tercapai agar terbentuk kekebalan komunal. Anak-anak tanpa imunisasi berkali lipat berpotensi terpapar polio. ”Di samping itu pola hidup sehat harus diterapkan,” kata Maxi.
Maxi menuturkan, kasus polio di Pidie merupakan dampak dari rendahnya capaian imunisasi dasar yang terjadi bertahun-tahun. Maxi berharap kasus tersebut menjadi pelajaran untuk meningkatkan kewaspadaan.
Penjabat Bupati Pidie Wahyudi mengatakan, imunisasi berlangsung selama satu pekan. Semua tenaga kesehatan hingga ke tingkat posyandu dikerahkan untuk menyukseskan imunisasi polio secara massal.
Tenaga kesehatan dikerahkan ke sekolah-sekolah untuk memastikan semua anak berusia di bawah 12 tahun mendapatkan imunisasi polio. Wahyudi berharap orangtua siswa mendukung dengan tidak melarang anaknya diimunisasi.
Tenaga kesehatan dikerahkan ke sekolah-sekolah untuk memastikan semua anak berusia di bawah 12 tahun mendapatkan imunisasi polio.
Wahyudi menyatakan, pekerjaan rumah Pemkab Pidie cukup berat. Setelah menyukseskan imunisasi polio, mereka juga harus mengejar cakupan imunisasi dasar lengkap. Dalam beberapa tahun terakhir, cakupan imunisasi dasar lengkap di Pidie selalu di bawah target. Pada masa pandemi Covid-19 cakupan imunisasi kian sulit diraih.
Oleh karena itu, lanjut dia, dukungan para pihak sangat diperlukan, terutama dari kalangan ulama. Pada sebagian orang, imunisasi dipertentangkan dengan agama, padahal imunisasi bagian dari usaha untuk melawan penyakit.
Kepala Dinas Kesehatan Sosial Aceh Hanif mengatakan, capaian imunisasi Aceh belum mencapai target, dan Pidie menjadi salah satu kantong imunisasi paling rendah.
Hanif berharap kasus polio di Pidie membuka mata publik bahwa imunisasi sangat penting. ”Mudah-mudahan kejadian ini mendorong warga untuk mau terlibat dalam program imunisasi,” kata Hanif.
Nurmala (40), seorang ibu rumah tangga di Sigli, mengatakan, anaknya yang sudah bersekolah di taman kanak-kanak memang belum mendapatkan imunisasi polio. Oleh karena itu, dia memanfatkan program imunisasi massal itu agar anaknya segera diimunisasi. ”Kalau imunisasi yang lain, sudah dapat,” kata Nurmala. Ia mengaku baru tahu ada imunisasi tetes polio dari penyelenggaraan imunisasi massal yang diadakan hari itu.