Imunisasi massal dilakukan untuk mencegah penyebaran virus polio. Pada awal November 2022, seorang anak terkonfirmasi positif polio. Dalam dua pekan, tiga anak lain juga dikonfirmasi terpapar virus polio.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
SIGLI, KOMPAS — Sebanyak 1.000 anak di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, akan diimunisasi polio massal pada Senin (27/11/2022). Pemkab Pidie harus berusaha keras menahan penyebaran virus polio.
Kepala Dinas Kesehatan Pidie Arika Husnayanti saat dihubungi pada Minggu (27/11/2022) mengatakan, persiapan imunisasi massal telah rampung. Tenaga vaksinator, peserta imunisasi, vaksin, dan tenaga pendukung telah diatur dengan matang.
”Seribu anak-anak yang divaksin adalah atlet karate dan siswa,” kata Arika.
Pencanangan imunisasi massal polio dilakukan Penjabat Bupati Pidie Wahyudi Adisiswanto. Sejumlah pejabat provinsi dan kementerian ikut hadir.
Imunisasi massal terpaksa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus polio. Pada awal November 2022, seorang anak terkonfirmasi positif polio. Dalam dua pekan, tiga anak lain juga dikonfirmasi terpapar virus polio. Anak yang terpapar polio di Pidie tidak pernah mendapatkan imunisasi sekali pun.
”Kami telah melakukan sosialisasi kepada anak-anak, tenaga vaksinator, dan masyarakat. Dukungan publik sangat penting untuk menyukseskan imunisasi massal,” kata Arika.
Pemkab Pidie menetapkan status luar biasa. Temuan polio di kabupaten itu membuat pemerintah kaget sebab telah lama Aceh dinyatakan bebas dari polio.
Namun, cakupan imunisasi dasar di Pidie bertahun-tahun sangat rendah. Pada 2017, cakupan 23 persen, 2018 cakupan 28 persen, pada 2019 cakupan hanya 13 persen. Angka cakupan provinsi juga menurun dari 61 persen pada 2018 menjadi 49 persen pada 2019.
Menurut Arika, kasus polio di Pidie merupakan dampak dari rendahnya imunisasi dasar. Pada saat yang sama, masih ada kebiasaan buang air besar sembarangan dan sanitasi yang buruk. Belum semua warga dapat mengakses air bersih.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Aceh pada 2019, rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak dan berkelanjutan hanya 49,79 persen.
Dalam rapat koordinasi dengan lintas sektor, Jumat (25/11), di Banda Aceh, Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan, virus polio di Pidie telah menyebar sehingga perlu langkah cepat untuk memutuskan penyebaran.
”Kami berharap sukses dengan cakupan minimal 95 persen. Ini tidak mudah. Karena itu, butuh kerja sama semua pihak,” kata Prima.
Prima mengkritisi cakupan imunisasi dasar di Aceh yang rendah. Dia khawatir kondisi ini dapat memicu munculnya penyakit, seperti difteri dan campak, yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi.
Prima mendorong pemkab dan pemprov melakukan kajian mendalam terkait hambatan dan tantangan cakupan imunisasi. Menurut Prima, seharusnya pemkab lebih tahu persoalan di tingkat tapak yang membuat realisasi imunisasi rendah.
Penyakit polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi. Kasus polio di Pidie karena capaian imunisasi yang rendah.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Aceh Barat, Maiza Dhuana, mengatakan, warga yang tinggal di kawasan kumuh dan sanitasi yang buruk sangat rawan terserang polio. Selain itu, anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi polio berpotensi besar terpapar virus tersebut.
”Penyakit polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi. Kasus polio di Pidie karena capaian imunisasi yang rendah,” kata Maiza.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh Hanif mengatakan, komitmen bersama akan menentukan kesuksesan imunisasi massal tersebut. Mobilisasi masyarakat dan edukasi kepada warga diperlukan, juga keterlibatan lintas sektor.