Tawuran Maut Pelajar di Medan, Anak Semata Wayang Meninggal
Tawuran pelajar kian sering terjadi di Sumut. Di Medan, seorang siswa SMK tewas dibacok seusai Hari Guru. Di Serdang Bedagai, dua siswa terluka dibacok. Lalu, siswa di Tapanuli Selatan menganiaya nenek di pinggir jalan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Reni (45) menunjukkan foto anak semata wayangnya, Eko Farid Azam (16), yang meninggal akibat tawuran antar-pelajar di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (26/11/2022).
MEDAN, KOMPAS — Aksi tawuran serta sikap arogan siswa SMA dan SMK di Sumatera Utara kian marak. Di Medan, seorang siswa SMK Negeri 9 tewas dibacok siswa dari sekolah lain saat Hari Guru. Di Serdang Bedagai, dua siswa terluka parah dibacok. Lalu, enam siswa di Tapanuli Selatan ditangkap karena menganiaya seorang nenek dan membagikan rekamannya di media sosial.
Reni (45) tidak bisa menahan tangis setelah anak semata wayangnya, Eko Farid Azam (16), dimakamkan, Sabtu (26/11/2022). Reni hanya duduk termenung di rumahnya di Jalan Pasar V, Kampung Lalang, Medan. Belasan teman sekolah Farid dari SMK Negeri 9 duduk di bawah tenda yang dipasang di depan rumahnya.
Dengan bahasa isyarat, Reni yang tunawicara menyebut sangat kehilangan dan bersedih atas kematian anak semata wayangnya. Ia memegang foto anaknya sambil meneteskan air mata.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Besar Medan Komisaris Teuku Fathir Mustafa mengatakan, Farid meninggal setelah dibacok di paha dan kehabisan darah. Pahanya dibacok siswa dari sekolah lain setelah perayaan Hari Guru di sekolah masing-masing. ”Kami sudah menangkap pelaku utama pembacokan yang merupakan siswa sebuah sekolah. Pelaku lainnya pun masih kami kejar,” katanya.
Para pelajar dari SMK Negeri 9 Medan berkumpul di rumah duka temannya, Eko Farid Azam (16), yang meninggal akibat tawuran antar-pelajar di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (26/11/2022).
Fathir mengatakan, pihaknya telah memeriksa kamera pemantau (CCTV) dan saksi di lokasi kejadian di SPBU Jalan Kapten Sumarsono. Sejumlah saksi, yakni teman Farid, pegawai SPBU, dan pegawai minimarket, pun diperiksa.
Kematian itu terjadi setelah sebelumnya sejumlah siswa terlibat tawuran di sekitar SPBU. Farid lalu dikejar beberapa pelajar dari sekolah lain. Ia melarikan diri ke area SPBU. Ia sempat berupaya menyelamatkan diri dengan memanjat ke atas tangki timbun minyak. Farid lalu terjatuh, siswa yang mengejarnya pun membacok pahanya. Beberapa siswa yang membawa senjata tajam itu lalu meninggalkan Farid.
Farid meminta tolong kepada orang di SPBU dan petugas minimarket, tetapi tidak ada yang menolongnya. ”Setelah mendapat laporan, polisi langsung meluncur ke lokasi. Namun, korban sudah meninggal,” kata Fathir.
Farid meminta tolong kepada orang di SPBU dan petugas minimarket, tetapi tidak ada yang menolongnya.
Fathir mengatakan, mereka telah menangkap seorang pelaku diduga pelaku utama yang membacok korban. Pelaku adalah SA (16), siswa dari sekolah lain.
Edo (16), siswa SMK Negeri 9, mengatakan, mereka tidak menyangka teman satu sekolahnya akan menjadi korban tawuran. Pada Jumat pagi, mereka masih mengikuti upacara dan perayaan Hari Guru di sekolahnya. ”Sepengetahuan saya, sekolah kami tidak ada terlibat konflik dengan sekolah lain,” kata Edo.
Meski demikian, Edo menyebut, tawuran bisa terjadi saat ada konvoi sepeda motor dari dua sekolah yang berbeda. Dua sekolah itu diduga terlibat tawuran setelah konvoi dari kedua sekolah bertemu di Jalan Kapten Sumarsono.
Bawa senjata tajam
Sementara di Kabupaten Serdang Bedagai, dua siswa terluka setelah dibacok oleh sekelompok anak sekolah yang berkonvoi juga seusai perayaan Hari Guru. Dalam rekaman CCTV, puluhan siswa itu membawa senjata tajam dan mengacungkannya ke orang-orang di sekitarnya.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Sleman Deni Irwansyah (kedua dari kanan) menunjukkan barang bukti dalam aksi tawuran dua geng sekolah dalam jumpa pers di Polres Sleman, DIY, Rabu (16/12/2020). Alasan pelajar melakukan tawuran adalah untuk menunjukkan eksistensi diri mereka.
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Perbaungan Inspektur Dua Zulfan Ahmadi mengatakan, beberapa peserta konvoi itu menyerang dua siswa dengan membacok tangan dan kaki. Satu korban merupakan siswa SMK Satria Dharma dan korban lainnya adalah siswa SMA Negeri 1 Perbaungan. Mereka sedang duduk-duduk di pinggir jalan dan langsung diserang pelaku.
Adapun di Tapanuli Selatan, sekelompok siswa SMK yang sedang mengendarai sepeda motor menendang seorang nenek yang berjalan di tepi jalan. Siswa itu merekam aksinya dan membagikannya di media sosial. Polisi pun memeriksa enam orang yang terlibat dalam aksi itu. Dua orang yang terlibat langsung dalam penganiayaan ditetapkan menjadi tersangka.
Fenomena tawuran serta sikap arogan siswa SMA dan SMK memang kian marak di sejumlah daerah di Sumatera Utara. Konvoi siswa yang melintas dengan arogan di jalanan Kota Medan kian sering terlihat.
Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara Asren Nasution belum menanggapi permintaan wawancara Kompas terkait hal tersebut.
Para pelajar dari SMK Negeri 9 Medan berkumpul di rumah duka temannya, Eko Farid Azam (16), yang meninggal akibat tawuran antar-pelajar di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (26/11/2022).
Melihat tawuran yang marak di kalangan pelajar, psikolog dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, seperti diberitakan Kompas.id (Senin, 22/8/2022) menilai, kekerasan dari para remaja berbeda dengan kelompok gangster orang dewasa yang umumnya berlatar ekonomi. Kelompok yang dibentuk remaja biasanya menjadi ruang kedua untuk menampilkan diri.
Langkah yang ditempuh remaja, seperti tawuran antar-pelajar, bisa muncul akibat lemahnya institusi sosial dalam memberi panggung bagi mereka. ”Secara sosial, mereka adalah korban dari lemahnya institusi sosial, seperti keluarga dan masyarakat. Institusi sosial abai akan kebutuhan mereka,” ucap Devie.
Devie menyebut, mereka secara umum berada dalam masa pencarian jati diri. Yang mereka butuhkan ialah perhatian dan pelukan. Agar bisa diperhatikan tentu butuh prestasi.
Lewat kelompok, mereka akan belajar menemukan jati diri. Kawan seumur hingga media sosial saat ini menjadi tempat mereka belajar.