Sebagian Pengungsi Gempa Mencari Tempat Tinggal Lebih Nyaman
Terdampak cuaca tidak menentu hingga kesulitan air bersih, pengungsi gempa Cianjur memilih pergi mencari tempat yang lebih nyaman.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Setelah enam hari tinggal di tenda darurat, sebagian pengungsi gempa Cianjur memilih pergi ke rumah kerabatnya. Terdampak cuaca tidak menentu hingga kesulitan air bersih membuat mereka memilih pergi mencari tempat yang lebih nyaman.
Wahyudin (39), warga RW 005 Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, misalnya, memindahkan istri dan tujuh anaknya dari pengungsian yang terletak tidak jauh dari rumahnya yang runtuh akibat gempa. Dia khawatir anak-anaknya sakit. Pada malam hari, anak-anaknya kerap kedinginan tidur di tenda darurat.
”Air hujan yang turun seharian merembes ke dalam tenda. Jadi, saya pilih pindahkan anak istri ke rumah keluarga di Tangerang,” ujar Wahyudin saat ditemui di tenda pengungsian, Sabtu (26/11/2022).
Tenda sepanjang 15 meter itu, lanjut Wahyudin, berisi lebih kurang 40 orang dan hampir separuhnya anak-anak. Posisi hunian darurat ini berada di tanah lapang dekat persawahan. Saat hujan, sejumlah lokasi digenangi air hujan. Lumpur yang terinjak kerap mengotori tempat untuk duduk dan tidur.
Meski ingin pergi, tidak semua pengungsi leluasa memindahkan keluarganya. Wawan (32), pengungsi dari RW 001 Desa Gasol, memilih bertahan di pengungsian. Dia harus menemani orangtuanya, Hadiyat (66) dan Ilah (61).
Wawan mengatakan, kaki Ilah terkilir saat gempa. Kondisi kesehatan Hadiyat juga tidak ideal untuk bepergian.
Tenda darurat sepanjang lebih kurang 12 meter yang dihuni Wawan beserta lebih dari 30 orang lainnya itu berada di salah satu perkebunan warga. Untuk mencapai tempat tersebut, warga dan petugas harus melalui gang yang hanya selebar 2 meter.
Dari jalan desa yang bisa dilintasi mobil, mereka perlu berjalan sekitar 2 menit dengan jalan yang curam. Bahkan, di sejumlah lokasi, jalan setapak yang dilalui tertutup puing-puing reruntuhan bangunan serta tembok-tembok yang hampir hancur.
Sejauh ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut ada 73.525 pengungsi di 16 kecamatan. Penyintas gempa rutin mendapat bantuan tenda, sembako, dan berbagai sarana lainnya.
Pada Jumat (25/11/2022) pukul 18.00, misalnya, dibagikan 3.000 paket sembako, 6000 selimut, 5.000 matras, dan tenda berukuran 2 meter x 2 meter. Selanjutnya, pada hari Sabtu, didistribusikan 30 tenda pengungsian, 1.000 tenda gulung, dan 5.000 selimut. Selain itu, ada juga 2.000 paket sembako, 5.000 matras, serta 2.000 hygiene kit, seperti sabun dan pasta gigi.
Kepala BNPB Letnan Jenderal Suharyanto ikut mengantarkan paket logistik pada Sabtu. Isinya berupa makanan siap saji untuk tiga hari beserta selimut dan matras. Sebanyak 50 paket logistik keluarga itu dibawa menggunakan sepeda motor ke daerah yang sulit dijangkau mobil.
”Tenda-tenda yang tidak layak akan segera kami ganti,” kata Suharyanto.