Cerita Senyap “Al Rihla” Bola Piala Dunia dari Madiun
Al Rihla, bola yang dipakai untuk Piala Dunia 2022 di Qatar ternyata buatan Madiun, Jawa Timur.
Tatkala sebagian besar mata dunia tertuju pada ajang sepak bola empat tahunan yang kini terselenggara di Qatar, ternyata masih banyak publik yang belum tahu jika bola “Al Rihla” yang digunakan dalam ajang itu berasal dari Madiun, Jawa Timur.
Bahkan, sebagian warga Madiun--termasuk yang tinggal di sekitar lokasi bola-bola tersebut diproduksi—pun baru mengetahui akan hal itu saat Kompas bertanya kepadanya dalam tiga hari terakhir. Mengetahui hal itu, ekspresi wajah mereka sedikit bengong karena terkejut namun mereka merasa bangga.
Mereka tak mengira jika si “kulit bundar” yang membuat publik Arab Saudi bangga saat memenangi laga pertama melawan Argentina, sebaliknya Lionel Messi dan kawan-kawan tertunduk lesu akibat kalah atau ketika “Tim Panser” Jerman kalah oleh “Samurai Biru” Jepang, ternyata “dilahirkan” tak jauh dari rumah mereka.
Bola yang disebut memiliki kecepatan lesat tinggi itu dibuat oleh PT Global Way Indonesia (GWI) yang ada di Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng. Lokasinya berada di sisi utara Kota Caruban dan hanya beberapa ratus meter dari Tol Transjawa.
“Saya malah tidak tahu pabrik ini memproduksi apa," ujar Kasiman (55), warga Desa Kebon Agung, Kecamatan Balerejo, Sabtu (26/11/2022) siang, saat menjembut salah satu anaknya yang bekerja di PT GWI, pulang kerja.
Kasiman tidak sendirian. Sejumlah warga lain, termasuk dari Kota Madiun, juga mengaku baru mendengar kabar itu. Sedangkan yang lain telah mendengar dari media. Maklum, memang tidak ada ingar bingar soal Al Rihla, termasuk di sekitar pabriknya sendiri. Tak ada baliho atau videotron raksasa yang menayangkan aksi pemain menendang sang bola.
“Saya terkejut dan bangga meski lokasinya di Kabupaten Madiun. Tadinya saya mengira hanya pabrik sepatu saja, ternyata bola itu dipakai untuk Piala Dunia. Ternyata, meski lokasi di desa tetapi dia bisa menembus ke dunia, ke pertandingan sepak bola bergengsi” ujar Rina Sulistyowati (45), warga Perumahan Asabri Selo, Kelurahan Kanigoro, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
Salah satu karyawan di bagian produksi yang enggan disebut namanya, mengaku senang bisa bekerja di tempat itu. Alasannya, dia tidak perlu mencari nafkah bekerja di luar kota. “Lokasinya dekat. Gajinya juga cukup sesuai upah minimum pemerintah,” ucapnya.
Baca juga: Menakar Dampak Piala Dunia 2022 pada Perekonomian Qatar
Bupati Madiun Ahmad Dawami Ragil Saputro yang ditemui secara terpisah, mengatakan, bola yang dihasilkan GWI sebenarnya tidak hanya digunakan untuk Piala Dunia 2022 tetapi juga kejuaraan lain, seperti liga-liga di Eropa. Ini bisa diketahui dari negara yang menjadi tujuan ekspor, di antaranya Inggris, Jerman, Amerika, dan Brazil, hingga Uni Emirat Arab.
PT GWI sendiri bercokol di Madiun sejak 2020 dan baru beroperasi tahun 2020 akhir. Dia tidak hanya memproduksi bola tetapi juga perlengkapan sepak bola lainnya, seperti sepatu, sarung tangan untuk penjaga gawang, dan pelindung lutut (dekker).
“Untuk bola variannya banyak. Ada yang khusus untuk Piala Dunia ‘Al Rihla” dan bola-bola internasional yang dikirim ke Eropa, Asia, dan Amerika. Dia produk ekspor semua, tidak ada yang untuk pasar lokal,” ujarnya.
Menurut Dawami ada juga bola “digital” yang mana di dalamnya terdapat piranti elektronik sehingga kecepatan bola saat ditendang bisa diketahui. Bola ini biasanya dipakai oleh klub di liga dunia guna latihan dan mengukur kemampuan pemain.
Proses pembuatannya sendiri menggunakan metode jahit dan lem. Namun Dawami enggan menyebut merk yang menjadi rekanan GWI terkait bola Piala Dunia dengan alasan kode etik. Yang jelas, pabrik itu bisa menghasilkan sekitar satu juta buah bola dalam setahun.
Adapun soal teknologi, Dawami enggan menyebut banyak karena hal itu menjadi rahasia perusahaan. Yang pasti, bola-bola itu dikerjakan oleh masyarakat dengan skil tertentu, seperti menjahit. “Kalau teknologi mereka. yang jelas ada dua jenis, ada yang memakai karet lalu dilem. Ada yang benang jahit,” katanya.
Meski masih baru, GWI disebut bisa itu menumbuhkan ekonomi di kawasan sekitar. Sejauh ini ada sekitar 800 orang karyawan yang bekerja di tempat itu.
“Perusahaan ini saat pandemi termasuk menjadi salah satu prioritas. Penerapan protokol kesehatan dilakukan ketat agar produksinya tidak terganggu karena dia memproduksi barang yang jadwal waktunya tidak boleh molor. Dan itu mereka sampaikan ke kami,” ucapnya.
Khofifah pun berharap produksi GWI ini bisa mengukit pertumbuhan ekonomi di Madiun dan Jawa Timur.
Sebagai kabupaten agraris dengan lahan pertanian lebih dari 30.000 hektar, Pemerintah Kabupaten Madiun memang menjadikan dua kecamatan di sisi utara, yakni Balerejo dan Pilang Kenceng sebagai kawasan peruntukkan industri.
Pemerintah daerah pun membuka kran investasi, tidak hanya semata-mata untuk pabrik terkait olahraga tetapi juga lainnya. Selain GWI yang memproduksi bola Piala Dunia dan perangkat sepak bola juga ada pabrik sepatu untuk bulu tangkis. “Yang sepatu untuk bulu tangkis ini juga ekspor. Ini juga pabrik baru,” ucapnya.
Baca juga: Piala Dunia, Awal Terang Duta Asia
Sebelumnya, 17 Juni lalu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengemukakan rasa bangganya saat melepas ekspor 50.000 bola ke lima negara, yakni Uni Emirat Arab, Jerman, Inggris, Amerika, dan Brazil. Dia pun menaruh asa besar sol pertumbuhan ekonomi dan prestasi yang menyertai produk olahraga di wilayahnya itu.
“Al Rihla” bola yang dipakai pada piala dunia 2022 merupakan produksi Kabupaten Madiun, dalam hal ini PT Global Way Indonesia. Dalam rilis yang diterima Kompas dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyebut Adidas memercayakan pembuatan bola resmi piala dunia itu pada pabrik yang berlokasi di Kecamatan Pilang Kenceng itu.
Khofifah pun berharap produksi GWI ini bisa mengukit pertumbuhan ekonomi di Madiun dan Jawa Timur. Selain itu, bukan hanya bola asal Indonesia yang berbicara di tingkat dunia, tetapi harapannya ke depan prestasi sepak bola Indonesia juga bisa mengikuti.
Mengutip situs resmi organisasi sepak bola dunia (FIFA), Al Rihla sebenarnya punya arti Perjalanan (dalam bahasa Arab). Al Rihla merupakan bola ke-14 yang dibuat oleh Adidas dalam Piala Dunia secara berturut-turut. Dan Adidas menyediakan bola turnamen sejak Piala Dunia Mexico 1970.
Al Rihla bergerak lebih cepat di udara ketimbang yang lain dalam sejarah turnamen. Warnanya yang berani dan cerah menggambarkan soal budaya, arsitektur, kapal ikonik, dan bendera Qatar.
Fitur bola meliputi CRT-Core, jantung bola. Inti ini memberikan kecepatan akurasi, konsistensi untuk aksi dan presisi, yang bergerak cepat dengan bentuk dan retensi udara maksilam serta akurasi pantulan. Selanjutnya, speedshell, yaitu kulit Polyurethane bertekstur dengan bentuk panel 20 bagian baru yang meningkatkan akurasi, stabilitas di udara, serta kemampuan melengkung berubah arah.
Sayangnya PT GWI hingga kini belum membuka diri untuk memamerkan bola produksinya yang mendunia.