Pemkab Pidie Tunggu Hasil Laboratorium Uji Sampel Polio
Sebelumnya pada 8 November 2022, satu anak berusia tujuh tahun dua bulan terkonfirmasi terpapar virus polio tipe dua. Kaki kiri anak tersebut mengalami lumpuh.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
SIGLI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, telah mengirimkan 21 spesimen untuk diperiksa virus polio. Ada informasi kasus polio bertambah dua orang, tetapi pemerintah setempat masih menunggu hasil resmi dari laboratorium.
Sekretaris Dinas Kesehatan Pidie Dwi Citra dihubungi Rabu (23/11/2022) mengatakan spesimen itu masih diperiksa di Laboratorium Nasional Kementerian Kesehatan RI. Namun, pihaknya belum mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium.
”Mohon maaf, belum dapat kami konfirmasi karena saya belum terima hasil pemeriksaannya. Setelah kami terima hasil dari laboratorium dan memang terkonfirmasi baru kami sampaikan,” kata Dwi.
Sebelumnya pada 8 November 2022, satu anak berusia tujuh tahun dua bulan terkonfirmasi terpapar virus polio tipe dua. Kaki kiri anak tersebut mengalami lumpuh. Beranjak dari kasus tersebut, Pemkab Pidie menelusuri potensi penyebaran. Sebanyak 21 spesimen anak diambil untuk diperiksa ke laboratorium.
Spesimen yang dikirimkan ke Jakarta diambil dari anak-anak yang berada di kawasan Kecamatan Mane, Pidie, yang dicurigai berpotensi terpapar virus polio. Kualitas air di tempat tinggal korban juga diambil untuk diperiksa di laboratorium.
Penemuan satu kasus polio membuat pemerintah setempat menetapkan status kejadian luar biasa. Kasus tersebut telah masuk dalam pengawasan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie Mahfuddin Ismail mengatakan penanganan harus ekstra cepat agar kasus tidak meluas. Polio merupakan penyakit menular.
Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut, bersumber dari air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan kotoran/tinja dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi polio sejak terinfeksi hingga timbul gejala berkisar 7-12 hari.
”Ini kasus serius yang wajib ditangani dengan cepat agar tidak menyebar. Imunisasi dan edukasi hidup sehat harus digalakkan,” kata Mahfuddin.
Mahfuddin juga mengingatkan agar pelayanan medis harus siapkan dengan baik sehingga jika ada penambahan korban dapat dirawat dengan maksimal.
Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Aceh Hanif mengatakan, pascapenemuan kasus polio di Kabupaten Pidie semua anak usia di bawah 12 tahun di Aceh akan diimunisasi polio. Imunisasi massal dilakukan untuk mencegah penyebaran polio.
Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi dan sanitasi lingkungan yang baik.
Imunisasi polio secara massal dilakukan bertahap. Pada 28 November 2022, dilakukan di Kabupaten Pidie, tempat penemuan kasus polio. Selanjutnya pada 5 Desember 2022, imunisasi massal dilakukan serentak di seluruh kabupaten/kota di Aceh.
”Semua anak berusia di bawah 12 tahun akan diimunisasi polio, baik yang sudah atau yang belum,” kata Hanif.
Hanif mengatakan, imunisasi massal perlu dilakukan untuk memastikan semua anak memiliki kekebalan tubuh terhadap virus polio. Penyakit polio dapat dicegah dengan imunisasi.
Polio dapat menyerang siapa saja, terutama anak-anak di bawah usia lima tahun yang tidak diimunisasi polio secara lengkap. Risiko menjadi semakin besar jika kondisi sanitasi tidak baik, misalnya masih ada perilaku buang air besar sembarangan (BABS).
”Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi dan sanitasi lingkungan yang baik,” kata Hanif.