Korban Terakhir Tragedi Kanjuruhan Dirawat di RSSA Malang Akhirnya Bisa Pulang
Korban terakhir tragedi Kanjuruhan dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Novita (20), akhirnya sembuh dan pulang pada Senin (21/11/2022). Aremania asal Sumberpucung itu diharapkan masih menjalani kontrol ke RS.
Oleh
DAHLIA IRAWATI, INSAN ALFAJRI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Korban terakhir Tragedi Kanjuruhan dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Novita (20), akhirnya sembuh dan diperbolehkan pulang pada Senin (21/11/2022). Penonton sepak bola asal Sumberpucung itu diharapkan masih menjalani kontrol kesehatan ke RSSA.
Novita pulang setelah 50 hari dirawat secara intensif di RSSA. Ia bolak balik masuk ruang intensif care unit (ICU) dan high care unit (HCU) RSSA sejak dirawat pada 1 Oktober 2022. Perawatan di ruang ICU menggunakan peralatan khusus, sedangkan di HCU tidak menggunakan peralatan khusus.
Kabar kesembuhan dan pulangnya Novita disampaikan oleh dokter kepala instalasi terapi intensif Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Wiwi Jaya, Selasa (22/11/2022). ”Pasien atas nama Novita, pasien insiden Kanjuruhan yang pernah kritis dan dirawat di ICU, kemarin sudah pulang,” kata Wiwi.
Novita adalah pasien terakhir tragedi Kanjuruhan yang menjalani perawatan intensif di RSSA. Saat masuk ICU, kondisi pasien tidak sadar, tidak bisa diajak komunikasi, dan terjadi infeksi pada rongga dada. Infeksi tampak dari adanya nanah di rongga paru-parunya. Tim dokter harus mencuci rongga paru-parunya beberapa kali untuk membersihkan infeksi tersebut.
Kondisi tersebut membuat Novita sempat tidak bisa ditunggui oleh orangtuanya selama menjalani perawatan. ”Anak saya tidak boleh sembarangan dijenguk. Hanya boleh menjenguk kalau sudah dipanggil saja,” kata Abdulrochim (54), ayah Novita.
Dengan pulangnya pasien terakhir tragedi Kanjuruhan tersebut, saat ini RSSA hanya melayani rawat jalan atau kontrol dokter dari para korban tragedi Kanjuruhan. Setidaknya ada 80 korban tragedi Kanjuruhan mulai 1 Oktober 2022 dirawat intensif di RSSA di Kota Malang. Adapun ratusan orang lain menjalani rawat jalan.
Tragedi Kanjuruhan adalah insiden seusai laga sepak bola Liga 1 Antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022. Terjadi bentrokan antara suporter tuan rumah, yaitu Aremania dengan petugas keamanan. Petugas keamanan menembakkan gas air mata ke tribune, menyebabkan banyak orang sesak napas dan berdesakan keluar stadion. Akibat insiden itu, setidaknya 135 orang meninggal (terdiri dari penonton dan 2 polisi) dan ratusan orang terluka.
Hingga saat ini, polisi menetapkan enam tersangka yang dianggap paling bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Mereka adalah Ahmad Hadian Lukita (Direktur Utama Liga Indonesia Baru/LIB selaku penyelenggara Liga I), Abdul Haris (Ketua Panitia Pelaksana Arema), Komisaris Wahyu Setyo Pranoto (Kabag Operasi Polres Malang), Ajun Komisaris Bambang Sidik Achmadi (Kasat Samapta Polres Malang), Ajun Komisaris Hasdarwan (Komandan Kompi Brimob Polda Jatim), dan Suko Sutrisno (Security Steward). Semua tersangka dianggap lalai, sehingga laga olahraga itu menimbulkan korban jiwa. Adapun proses penyelidikan atas kasus ini masih terus berjalan.