Jalan ke Perbatasan Kaltara Bakal Tersambung di 2023
Jalan menuju Kecamatan Krayan yang berada di daerah perbatasan Kaltara dengan Malaysia diharapkan tersambung pada Februari 2023. Pemerintah menargetkan jalan itu sudah bisa digunakan fungsional pada 2024.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Proyek pembukaan jalan yang menghubungkan Kabupaten Malinau ke Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, di Kalimantan Utara, masih menyisakan 4 kilometer untuk tersambung. Jalan itu ditargetkan bisa digunakan fungsional pada 2024. Jalan ini menjadi salah satu harapan warga Krayan agar tidak lagi menjadi daerah yang terisolasi.
Wakil Gubernur Kaltara Yansen Tipa Padan sudah melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan jalan di perbatasan Kaltara dan Malaysia tersebut pada 17-18 November 2022. Dari penghitungan terakhir, jalan Malinau-Long Semamu sepanjang 94,11 kilometer menyisakan sekitar 4 kilometer lagi untuk tersambung.
”Lebih kurang 4 kilometer itu akan tembus. Diharapkan nanti pada Februari 2023 sudah tembus, sudah bisa digunakan. Namun belum maksimal, tetapi paling tidak 2024 itu sudah bisa fungsional,” ujar Yansen melalui keterangan tertulis kepada Kompas, Minggu (20/11/2022).
Jalan akses di perbatasan ini disebut sebagai jalan Malinau-Krayan sepanjang 196,34 kilometer. Proyek jalan yang sudah selesai dikerjakan adalah Jalan Long Bawan-Long Midang sepanjang 10,7 kilometer. Jalan ini sudah berupa aspal dan bisa digunakan warga untuk melakukan jual beli dengan warga di Malaysia.
Saat ini tersisa dua ruas jalan yang masih dalam proses pembukaan lahan dan pengerjaan, yakni ruas Malinau-Long Semamu sepanjang 94,11 kilometer dan Long Semamu-Long Nawan sepanjang 91,53 kilometer. Yansen mengatakan, karakteristik jalur menuju Krayan menjadi tantangan dalam membuka lahan. Sebab, Krayan merupakan daerah pegunungan.
Kecamatan Krayan terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia. Wilayah ini berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut. Dengan kondisi demikian, Krayan menjadi salah satu wilayah di Kalimantan Utara yang paling sulit dijangkau.
Tak ada jalur darat yang menghubungkan daerah ini dengan daerah lainnya di Kaltara. Satu-satunya akses paling mudah dan umum digunakan warga adalah jalur udara. Hanya ada pesawat perintis berpenumpang maksimal 12 orang menuju Krayan dari daerah lain di Kaltara.
Warga sekitar mengandalkan jual beli dengan warga Malaysia untuk memenuhi berbagai kebutuhan penting dan kebutuhan pokok. Sebab, jika harus membeli dari wilayah lain di Kaltara, ongkos kirim barang sangat tinggi lantaran melalui jalur udara.
Anak-anak di sini juga kadang butuh belajar dari internet. Di sini internet susah, harus ke kantor desa untuk dapat Wi-Fi gratis dan lancar.
Yunus Gur (59), warga Krayan, berharap proyek jalan tersebut berjalan tepat waktu. Sebab, di masa pandemi Covid-19 harga sejumlah kebutuhan pokok di Krayan melambung. Hal itu disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Malaysia yang membatasi akses perdagangan tradisional untuk menghindari penularan Covid-19.
”Di sini semen pernah Rp 1 juta. Sekarang sudah lumayan, harganya berkisar Rp 200.000-Rp 300.000. Sebelum pandemi, harganya sekitar Rp 125.000 per zak,” kata Yunus melalui telepon.
Akses jalan menuju Krayan juga diharapkan bisa membuat akses listrik lebih stabil di daerah perbatasan. Selama ini, listrik di Krayan menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel. Mesin itu bekerja untuk menerangi 1.000 lebih keluarga di pusat Kecamatan Krayan. Mesin itu harus diisi solar agar bisa bekerja.
Kendati demikian, ada masa-masa mesin tersebut mengalami kerusakan. Robert Hendru (32), warga Krayan, menyatakan, hal itu membuat kegiatan anak-anak sekolah kesulitan untuk belajar di malam hari. Pembukaan jalan di perbatasan itu, kata Robert, diharapkan bisa ikut mengungkit akses listrik yang lebih stabil.
”Anak-anak di sini juga kadang butuh belajar dari internet. Di sini internet susah, harus ke kantor desa untuk dapat Wi-Fi gratis dan lancar,” ujar Robert.
Pemprov Kaltara saat ini terus memastikan proyek itu berjalan tepat waktu sambil menggenjot subsidi transportasi menuju Krayan. Yansen mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat karena pembangunan jalan di perbatasan ini menggunakan dana dari APBN.