Banjir di Makassar dan Parepare, Jalan Poros Lumpuh
Curah hujan yang tinggi memicu banjir dan pohon tumbang di beberapa wilayah di Sulsel. Muka air sejumlah sungai yang masuk ke Bendungan Bili-Bili terpantau naik. Warga diperingatkan tak beraktivitas di sempadan sungai.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Hujan deras memicu banjir di sejumlah kecamatan di Kota Makassar, Kota Parepare, dan Kabupaten Barru, Jumat (18/11/2022). Di beberapa kabupaten, angin kencang menyebabkan pepohonan tumbang. Sementara di Sulawesi Barat, jalur Trans-Sulawesi di Kabupaten Majene kembali lumpuh akibat banjir dan longsor.
Di Makassar banjir melanda wilayah Daya, Sudiang, Antang, dan beberapa kawasan lain. Di permukiman ini, ketinggian air lebih dari 1 meter. Sejumlah warga terjebak banjir dan butuh dievakuasi.
Selain kawasan permukiman, sejumlah perkantoran seperti Markas Polda Sulsel, dan akses masuk ke bandara Sultan Hasanuddin juga terendam. Banjir juga memicu kemacetan di sejumlah ruas jalan, bahkan Jalan Tol Reformasi termasuk salah satu yang terendam di beberapa titik.
Di ujung jalan tol menuju bandara atau tepatnya di simpang lima bandara, kendaraan nyaris tak bergerak. Sejak pukul 14.30 hingga 20.00 Wita, kendaraan di kawasan ini terjebak kemacetan panjang.
Berdasarkan pantauan Kompas di simpang lima bandara, kendaraan dari arah Makassar ke Kabupaten Maros atau sebaliknya menumpuk di sekitar simpang lima. Begitu pula dari arah bandara menuju tol dan sebaliknya. Banyak calon penumpang pesawat yang turun berjalan kaki menuju bandara.
”Tidak ada pilihan lain walau jarak ke dalam masih jauh. Sudah tiga jam saya terjebak di sini,” kata Indrawan (44), calon penumpang yang akan berangkat ke Jakarta.
Di Parepare, luapan sungai membuat permukiman di beberapa kecamatan terendam. Sebagian terendam nyaris sampai ke atap, bahkan ada yang hanyut.
Kepala Seksi Kebencanaan BPBD Sulsel A Wahid mengatakan, hingga malam ini pihaknya masih menunggu laporan dampak banjir di Parepare. ”Untuk Makassar, kami sudah menurunkan tim untuk melakukan evakuasi masyarakat yang terjebak banjir,” katanya.
Terkait pencarian dua korban tertimbun longsoran di jalan poros Malino-Sinjai, tim SAR gabungan menemukan salah satu korban, yakni Nursyamsia (26). Korban ditemukan dalam keadaan meninggal.
”Dengan penemuan ini, sudah enam korban meninggal yang ditemukan. Masih ada satu korban lagi yang dicari. Pencarian masih terus dilakukan. Kondisi tanah dan tebing di sekitar lokasi longsor masih labil sehingga tim SAR harus lebih berhati-hati,” kata Kepala Basarnas Sulsel Djunaidi, Jumat malam.
Sementara itu, hujan deras di beberapa hulu sungai membuat Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang (BBWSPJ) mengeluarkan peringatan pada warga untuk tidak beraktivitas sementara waktu di sempadan sungai.
Saat ini hujan deras menyebabkan naiknya permukaan air di beberapa sungai yang menuju Bandungan Bili-Bili. Berdasarkan informasi dari pihak BBWSPJ, hulu Sungai Jenelata mencapai tinggi 69 milimeter melebihi tinggi muka air normal. Begitu juga Sungai Kampili. Aliran sungai-sungai ini bertemu di Sungai Jeneberang dan selanjutnya masuk ke Bendungan Bili-Bili.
Sejauh ini pintu air Waduk Bili-Bili dalam keadaan tertutup. Namun, dua hingga tiga jam ke depan diperkirakan tinggi muka air Sungai Jeneberang akan naik akibat pengaruh curah hujan di hulu Sungai Jenelata yang cukup tinggi.
”Disampaikan kepada masyarakat agar tidak melakukan kegiatan di sempadan sungai Jeneberang hilir,” kata Rini Harun, Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWSPJ, Jumat malam.
Tidak hanya di Sulsel, di Sulawesi Barat, jalan Trans-Sulawesi di Kabupaten Majene kembali putus total. Hal ini disebabkan banjir di beberapa Kecamatan di Majene serta longsor di Kecamatan Tubo.
”Banjir terjadi di Tinambung, Polewali Mandar, juga di Kecamatan Malunda, Sendana, dan Tammeroddo di Majene. Di Tammeroddo di Desa Manyamba ada jembatan putus. Lalu, longsor kembali terjadi di Desa Onang, Kecamatan Tubo,” kata M Irwan, warga Majene.
Di Majene, sepekan lalu terputus akibat longsor. Belum usai diperbaiki, hujan kembali memicu runtuhnya tebing di sisi jalan. Saat ini akses Majene-Mamuju termasuk akses Makassar ke Mamuju, Palu, Gorontalo, Manado dan sebaliknya, kembali putus total.