Kota Mataram dalam Secangkir Kopi
Selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak pandemi, alih-alih surut, kedai kopi di Kota Mataram justru tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Mereka muncul memberi warna baru bagi ibu kota Nusa Tenggara Barat itu.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F17%2F57abeac0-0534-4d59-a90f-e2513968cdef_jpg.jpg)
Tidak hanya menjadi tempat ngopi, kedai kopi juga ruang untuk belajar hal-hal terkait kopi. Seperti terlihat di Harmos Brew di Jalan Pramuka, Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada Kamis (27/10/2022).
Jalan Selaparang di kawasan Cakranegara, Kota Mataram, tak pernah sepi. Sepanjang hari, lalu lalang kendaraan dan manusia tak pernah berhenti. Terutama di ujung barat jalan itu, tempat Pasar Cakranegara, salah satu pasar tradisional terbesar di Mataram berada.
Pada jam pasar, keriuhan akan semakin menggila. Sabtu (22/10/2022), misalnya, sejak pagi, suara klakson mobil dan sepeda motor, peluit tukang parkir, teriakan pekerja saat bongkar muat barang, hilir mudik pedagang dan pembeli yang akan masuk pasar, bercampur jadi satu.
Akan tetapi, situasi itu tak menyurutkan niat orang-orang untuk mampir ke Kopihyang, salah satu kedai kopi di pinggir Jalan Selaparang. Lokasinya persis di dekat pintu masuk utara Pasar Cakranegara.
Sejak buka pukul 10.00 Wita hingga malam, pengunjungnya silih berganti datang. Kebisingan di luar tidak mengganggu mereka. Mereka bisa duduk sejam hingga berjam-jam di kedai kopi berusia kurang dari dua bulan itu.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F17%2F92fa6de3-a3dd-4f10-b9da-50603c3e152a_jpg.jpg)
Suasana di kedai Kopihyang di Jalan Selaparang, Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (20/10/2022).
Sebulan terakhir, Kopihyang memang ramai pengunjung. Setiap kali menyebut kedai kopi di kawasan Cakra, ingatan orang akan langsung tertuju pada Kopihyang.
”Saya baru sekali ke sini. Lihat di Instagram teman. Tempatnya asyik banget, rasa kopinya juga enak. Selain itu, sebagai mahasiswa, pertimbangannya karena harga kopinya terjangkau,” kata Apriani Hidayati (20), mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Mataram.
Di Kopihyang, Apriani menghabiskan waktu berjam-jam bersama rekan-rekannya untuk mengobrol berbagai topik, sembari menyeruput kopi yang mereka pesan. Setelah puas, mereka pulang dan menyatakan untuk kembali lain kali.
Pemilik Kopihyang, Zippo Istifar (33), mengatakan, pengunjungnya berasal dari semua kalangan, baik muda maupun tua. Termasuk mahasiswa. Berbeda dengan kedai kopi lain, Kopihyang menjual kopi dengan harga murah meriah.
Baca juga : Fresh Breeze from the ‘Island of a Thousand Mosques’
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F17%2Fc68d80e0-e204-4db9-a129-56225d787aa6_jpg.jpg)
Barista kedai Kopihyang di kawasan Jalan Selaparang, Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyiapkan kopi susu tarik untuk konsumen yang datang ke sana pada Sabtu (20/10/2022).
Kopihyang menjual kopi hitam mulai harga Rp 5.000 per cangkir. Di tempat lain, kopi serupa bisa dijual hingga belasan ribu rupiah. Menu lainnya, seperti kopi susu dan teh tarik, tidak sampai Rp 20.000. Sebagai pendamping, mereka menyediakan kue-kue titipan usaha rumahan.
Tidak hanya Kopihyang yang berada di pinggir jalan besar, kedai kopi di jalan alternatif di tengah permukiman warga juga diburu penikmat kopi. Harmos Brew di kawasan Jalan Pramuka, Karang Medain, misalnya, juga tidak pernah sepi pengunjung.
Sejak dibuka pukul 08.00 Wita, pelanggan sudah datang untuk minum kopi. Buka lebih awal menjadi salah satu strategi menarik pelanggan yang memang butuh kopi di pagi hari sebelum beraktivitas. Sedari awal hadir, mereka menggencarkan tagar #yakaligakngopipagi? sebagai promosi.
Sejak buka pada awal 2021, Harmos Brew memilih menjual menu full arabica atau semua bahan dasar racikan kopinya menggunakan arabika. Kopinya berasal dari daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, juga NTB.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F17%2F700d0be8-de49-47b4-8816-8c0dd8267326_jpg.jpg)
Lalu Wiliandi (31), barista sekaligus salah satu pemilik Harmos Brew di Jalan Pramuka, Karang Medain Barat, Kota Mataram, membantu seorang pengunjung yang belajar cara menyajikan kopi pada Kamis (27/10/2022).
Menurut Lalu Wiliandi (31), salah satu pemilik Harmos Brew, pilihan itu demi menghadirkan ”kopi yang baik” bagi pengunjungnya.
”Kami ingin, di setiap bisnis ada nilai. Kalau cuma dagang biasa, bisa saja kami lakukan. Tetapi kami mau menjaga kualitas dan mengedukasi pengunjung. Harmos memang di jalan alternatif. Tetapi ketika kami memberikan produk yang menarik, maka akan dicari,” kata Wiliandi.
Oleh karena itu, semua hal benar-benar diperhatikan. Dari biji kopi yang digunakan, evaluasi hasil sangrai kopi segar yang nanti disajikan ke pengujung, hingga penyajian.
Lainnya, kata Wiliandi, soal pelayanan untuk membuat tamu betah dan bisa kembali lagi. Harmos Brew menyediakan tempat ngopi yang nyaman, baik luar maupun dalam ruangan. Para barista di sana juga membangun kedekatan emosional dengan pengunjung. Caranya, sembari meracik, mereka bercerita tentang kopi yang pengunjung pesan.
Baca juga : Memastikan Dampak Menyeluruh Mandalika sebagai Episentrum Ekonomi Baru

Suasana di Acibara Coffee di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Rembiga, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (20/10/2022).
”Selain sambutan hangat, mengobrol juga penting. Kedai kopi, kan, tidak hanya menjual produk, tetapi juga pelayanan,” kata Jane (26), pengunjung Harmos Brew asal Jakarta.
Sama seperti Kopihyang, menu di Harmos Brew didominasi kopi. Menu pendampingnya beberapa kudapan kecil seperti roti.
Kami sebenarnya ingin menjadi one stop shooping. Menjadi satu destinasi wisata bagi tamu dari luar. Semua khas Lombok ada di sini.
Namun, tidak semua kedai kopi di Mataram seperti Kopihyang dan Harmos. Banyak juga kedai kopi lain yang tidak hanya menyuguhkan kopi, tetapi juga menu lain. Acibara Coffee di Jalan Sudirman, Rembiga misalnya, juga menawarkan makanan berat.
Pemilik Acibara Coffee, Ibnu Sofyan (28), mengatakan, menu lokal termasuk dari Lombok menjadi andalan mereka. Dengan branding kopi plus street food, mereka juga menjual antara lain ayam taliwang, cilok, hingga sate.

Tim barista Acibara Coffee di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Rembiga, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menguji kualitas alat yang akan mereka gunakan untuk meracik kopi, Kamis (20/10/2022).
”Kami sebenarnya ingin menjadi one stop shooping. Menjadi satu destinasi wisata bagi tamu dari luar. Semua khas Lombok ada di sini. Ingin ngopi ada, lainnya juga ada. Termasuk oleh-oleh yang sedang kami garap,” kata Ibnu.
Muncul
Saat ini tidak sulit menemukan kedai kopi di Mataram. Dari pusat perbelanjaan, jalan besar, hingga jalan-jalan kecil ada. Bahkan berhadap-hadapan atau bersebelah-sebelahan di satu area.
Di kawasan yang sama dengan Acibara, misalnya, ada enam kedai kopi yang sudah jalan dan menurut rencana ada tiga lagi dalam waktu dekat. Di Jalan Catur Warga Mataram bahkan ada lima kedai kopi sekaligus di satu titik.
Namun, para pelaku kedai kopi mengatakan, tidak mengkhawatirkan hal itu. ”Kedai kopi memang semakin banyak kalau dilihat, tetapi persaingan jadi seru. Saya tidak khawatir karena punya segmen masing-masing. Justru konsumen punya lebih banyak opsi,” kata Ibnu.
Baca juga: Langkah Besar Mandalika

Tim barista Acibara Coffee di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Rembiga, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menguji kualitas alat yang akan mereka gunakan untuk meracik kopi, Kamis (20/10/2022).
Menurut Ibnu, dengan makin banyaknya kedai kopi, justru semakin banyak ruang untuk mengedukasi masyarakat tentang kopi. Khususnya kopi specialty atau kopi dengan kualitas bagus.
”Semua akan punya segmen sendiri. Kita tidak bisa ambil semua. Ada suka yang ngopi banget, ada yang enggak kopi banget. Secara organik akan terseleksi sendiri,” kata Wiliandi.
Menurut Wiliandi, atmosfer positif justru tumbuh di antara para pengusaha kopi di Mataram. Mereka memiliki hubungan erat untuk mendukung satu sama lain. ”Baik antarpemilik, sesama barista, saling kenal. Bahkan saling merekomendasikan,” kata Wiliandi.
Fahim Aufa (26), pemilik Rota Kopi Roster di Jalan Catur Warga, mengatakan, kedai kopi itu budaya. ”Mereka yang datang ke Rota mungkin karena kopinya mereka banget. Jadi tidak perlu khawatir. Malah kita pengin terus bertambah sehingga komunitas pencinta kopi semakin banyak,” katanya.
Baca juga : Kisah Pasar Kebonpolo Mengolah Sampah Jadi Pupuk
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F17%2F526de4ee-fd0f-48b3-ae16-e13feb01e067_jpg.jpg)
Penasihat Asosiasi Kopi Indonesia (Aski) NTB, yang juga konsultan Digital Bussiness Intelegent (DBI) di bidang kopi, Giri Arnawa, di Mataram, Senin (14/11/2022).
Penasihat Asosiasi Kopi Indonesia (Aski) NTB, yang juga konsultan Digital Bussiness Intelegent (DBI) di bidang kopi, Giri Arnawa, mengatakan, jika melihat perjalanan kopi, saat ini sudah masuk gelombang ketiga yang dimulai tahun 2000-an.
”Perkembangan kopi mulai terasa sekarang. Menjadi satu pergerakan yang menarik. Dulu, paling menyeduh kopi secara konvensional. Ditubruk. Sekarang, justru muncul kopi kekinian dengan berbagai inovasi pada teknik seduh hingga penggunaan bahan,” kata Giri.
Giri menambahkan, perkembangan kedai kopi di Mataram termasuk mengikuti tren yang berkembang di kota-kota besar di Jawa. Saat ini, kedai kopi terus muncul. Salah satu pemicunya ialah banyaknya anak muda yang meninggalkan NTB untuk melanjutkan pendidikan.
Selama berada di luar, mereka belajar juga tentang kopi, kemudian melanjutkannya saat pulang ke Lombok. Zippo, Ibnu, Wiliandi, dan Fahim rata-rata pernah bergelut dengan kopi saat masih tinggal di luar NTB.
Baca juga : Kisah Mantan Mahasiswa Yogyakarta Membuat Warung Burjo ”Naik Kelas”
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram M Firmansyah menambahkan, nongkrong di kedai kopi saat ini tidak hanya sekadar ngopi, tetapi menjadi ruang untuk mengobati kerinduan bertemu, berdiskusi, dan kebutuhan lain saat berada di kedai kopi.
Oleh karena itu, masyarakat kerap memiliki simpanan dana khusus ke kedai kopi. Peluang itu dimanfaatkan pelaku bisnis untuk menghadirkan kedai kopi.
Hanya saja, Firmansyah mengingatkan perlunya mewaspadai apa yang disebut hukum kenaikan yang semakin berkurang. Di mana ada titik jenuh yang dampaknya tidak baik.
”Jadi, ketika ditambah lagi yang bisnis serupa, bukan untung yang dapat, melainkan kerugian karena terlalu banyak,” kata Firmansyah.
Strategi
Setiap bulan, hampir selalu ada kedai kopi baru di Mataram. Akan tetapi, pada saat yang sama, ada juga yang tutup. Bahkan kurang setahun buka lantas usaha tutup begitu saja. Selain masalah passion, riset hingga kemampuan mengelola komunitas pelanggan jadi kunci.

Kopi Sembalun Robusta dalam kemasan produksi Acibara Coffee di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Rembiga, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (20/10/2022).
Fahim menambahkan, riset sebelum membuka kedai kopi sangat penting. Tidak bisa karena punya uang, lalu tiba-tiba membuka kedai. Sebelum membuka Rota pada 2020, ia membutuhkan waktu sekitar enam bulan berkeliling dari satu kedai ke kedai kopi lain di Mataram untuk melihat referensi menu hingga karakter penikmat kopi.
Menurut Giri, dalam perjalanannya, setiap kedai biasanya punya lingkaran pelanggan (cyrcle customer) setia. Namun, mereka tetap harus dijaga karena peluang untuk ditinggalkan pelanggan juga tetap ada.
”Sekarang, penikmati kopi itu banyak yang penasaran. Tidak sekadar kebutuhan dasar pada kopi. Oleh karena itu, kedai kopi perlu memahami produknya sehingga terjadi transfer pengetahuan. Kalau tidak begitu, akan dijauhi pelanggannya,” kata Giri.
Kedai kopi yang ada di Mataram memang menyadari pentingnya edukasi tentang kopi itu. Maka, pengetahuan tentang kopi menjadi hal yang penting, terutama barista yang langsung berhadapan dengan konsumen.

Kopi yang telah disangrai di Tuwa Kawa Coffee and Roastery di Jalan Gunung Kerinci, Dasan Agung Baru, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram, Selasa (15/11/2022).
”Selain memastikan peralatan yang sesuai, kami juga memastikan barista mengerti tentang kopi yang diracik. Baik kopi dalam maupun luar NTB,” kata Manajer Kava Coffee and Eatery 2.0 Budi Suryawan.
Di samping menu utama kopi dan alternatif menu lain, kedai kopi juga membaca hal-hal lain yang menjadi kebutuhan pelanggan sesuai pasar masing-masing. Dari desain kedai baik dalam maupun luar, tambahan ruang pertemuan, hingga urusan koneksi internet dan colokan. Beberapa kedai juga menyediakan buku-buku yang bisa dibaca oleh tamu sambil ngopi.
Selain itu, kedai kopi rutin menggelar pertunjukan musik. Ada yang sekali, dua kali, bahkan setiap hari. ”Pertunjukan musik kami setiap hari mulai pukul 20.00. Pengisinya musisi lokal di Lombok,” kata Budi.
Suguhan itu, selain menjadi daya tarik, juga tentu memberi panggung bagi para musisi lokal. Juga tentunya pemasukan tambahan.
”Sekarang kedai kopi terus bertambah. Jadwal manggung jadi bertambah. Jauh lebih baik dibandingkan saat pandemi kemarin yang kosong,” kata Prima, personel salah satu band pengisi di Kava.
Baca juga : Geliat Kota
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F08%2Fc3accc62-4f91-4b56-8598-9919db11a2d7_jpg.jpg)
Kawasan Simpang Lima Ampenan, Kota Mataram, Lombok, NTB
Selain membuka kesempatan bagi para musisi, munculnya kedai kopi tentu juga membuka lapangan kerja baru. Di Harmos, misalnya, mereka menerima mahasiswa sebagai barista dengan jadwal kerja disesuaikan agar tidak mengganggu kuliah.
Tidak hanya merekrut, mereka juga berupaya meningkatkan kapasitas karyawan lewat pelatihan. ”Kami di Acibraa mendaftarkan karyawan untuk ikut kelas daring. Misalnya tentang finansial, hospitality, juga manajemen,” kata Ibnu.
Karyawan di Kava, menurut Budi, adalah mereka yang sebelumnya menjadi korban pemutusan hubungan kerja akibat merebaknya pandemi.
Kepala Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kota Mataram Mamlu Atur Chair mengatakan, kedai kopi menjadi salah satu dari sekitar 7.000 UMKM di Kota Mataram yang banyak bergerak di jasa dan perdagangan.
Menurut Mamlu, trennya memang terus meningkat. Sejauh ini, mereka memang belum ada kebijakan atau program khusus terkait kedai kopi. Namun, kata Mamlu, tetap ada rencana ke sana dengan melibatkan pihak-pihak terkait.
Kehadiran kedai kopi di Mataram memang begitu terlihat. Tidak hanya menjadi wajah lain kota tersebut, juga mendorong sederet dampak positif lain dari ruang berkumpul, menjaga eksistensi kopi lokal, hingga membuka lapangan kerja.
Jangan lupa ngopi saat di Mataram!