Dinilai Kurangi Emisi, Kaltim Terima Dana Bank Dunia Rp 320 Miliar
Kaltim terima 20,9 juta dollar AS (setara Rp 320 miliar, kurs Rp 15.600 per dollar AS) dari Bank Dunia. Itu diberikan karena Kaltim dinilai sudah mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 22 juta ton CO2-eq.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
SUCIPTO
Desa Liu Mulang dan Desa Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, berada di tengah rapatnya hutan, Kamis (12/12/2019).
BALIKPAPAN, KOMPAS — Secara bertahap, Kalimantan Timur akan mendapat kompensasi 110 juta dollar AS dari Bank Dunia atas dedikasi penurunan emisi karbon. Kalimantan Timur sudah menerima pembayaran awal Rp 320 miliar. Pencapaian ini menjadi tema diskusi di Paviliun Indonesia dalam perhelatan Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim Ke-27 atau COP27 di Mesir.
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menghelat diskusi itu di Paviliun Indonesia dalam COP27 di Mesir bertajuk ”Forest Carbon Partnership Facility’s Emission Reduction Program in East Kalimantan, Indonesia: Progress and Lessons Learned” pada 15 November lalu.
Dihubungi dari Balikpapan, Kamis (17/11/2022), Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur Sri Wahyuni mengatakan, dalam diskusi itu, Kaltim menjadi contoh pembelajaran bagi daerah lain di dunia dalam program pengurangan emisi gas rumah kaca. Program pengurangan emisi itu dikenal dengan Program Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan atau Forest Carbon Partnership Facility Carbon Fund (FCPF-CF).
Sebelumnya, kata Sri, Indonesia melalui Pemprov Kaltim menerima pembayaran pertama Program FCPF-CF pada 8 November 2022. Sebanyak 20,9 juta dollar AS (setara Rp 320 miliar dengan kurs Rp 15.600 per dollar AS) telah diberikan kepada Kaltim. Itu diberikan karena Kaltim dinilai sudah mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 22 juta ton CO2-eq.
”Motivasi dan komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menjalankan program FCPF karena sejalan dan searah dengan visi-misi Kaltim Hijau yang sudah dideklarasikan pada tahun 2010, jauh sebelum inisiatif FCPF dimulai pada 2015,” ujar Sri.
(Dari kiri ke kanan) Ketua Harian Dewan Daerah Perubahan Iklim Kalimantan Timur Daddy Ruhiyat, Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto, Global Director Natural Climate Solution The Nature Conservancy Rane Cortez, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur Sri Wahyuni, dan National Forest Financing Fund Kosta Rika Maria Elena Herrera berfoto bersama seusai diskusi bertema “Forest Carbon Partnership Facility’s Emission Reduction Program in East Kalimantan, Indonesia: Progress and Lessons Learned”, pada Paviliun Indonesia dalam rangkaian acara COP27 di Mesir, Selasa (15/11/2022).
Secara bertahap, Kaltim bisa menerima kompensasi dari Bank Dunia sebesar 110 juta dolar AS. Pembayaran itu bisa didapat jika audit di tahun-tahun selanjutnya menyatakan Kaltim tetap berkontribusi menurunkan emisi karbon.
Ia mengatakan, Pemprov Kaltim akan melanjutkan proses transformasi menuju ekonomi hijau dan berketahanan iklim. Pemprov Kaltim, katanya, akan memitigasi perubahan iklim dengan menekan tingkat deforestasi dan degradasi hutan. Ia berharap, itu juga akan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat adat dan komunitas lokal.
Ketua Harian Dewan Daerah Perubahan Iklim Kaltim Daddy Ruhiyat mengatakan, kesuksesan Kaltim dalam pengurangan emisi dapat dilihat melalui empat hal. Pertama, kata Daddy, penguatan regulasi dan kebijakan yang mendukung kegiatan mitigasi. Kedua, program FCPF diintegrasikan ke dalam program pembangunan.
”Ketiga, pelibatan seluruh pemangku kepentingan dari tahap perencanaan hingga implementasi. Keempat, pengarusutaman strategi penurunan emisi secara berkesinambungan,” ujar Daddy.
Pemandangan wisata hutan mangrove di Desa Mentawir, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Minggu (18/9/2022).
Daddy mengatakan, FCPF-CF adalah program yang basisnya berdasarkan kinerja. Artinya, Kalimantan Timur mendanai terlebih dahulu program penurunan emisinya, baru kemudian diaudit untuk mendapatkan kompensasi dari Bank Dunia. Jika gagal, lanjut Daddy, Kaltim tak mendapat apa-apa.
Dalam program pengurangan emisi tersebut, Kaltim bermitra dengan The Nature Consevacy dan YKAN dalam pembangunan hijau di Kaltim. Global Director for Natural Climate Solutions dari The Nature Conservancy Rane Cortez mengatakan, kepemimpinan yang efektif salah satu kunci keberhasilan pengurangan emisi.
"vItu penting untuk) mengintegrasikan pemetaan kerja dan meningkatkan akuntabilitas dengan adanya transparansi pendanaan,” kata Rane dalam keterangan tertulis.