Keistimewaan Situs Adan-adan di Kediri Siap Menjadi Inspirasi Baru
Jika selama ini tertutup dalam tanah, benda purbakala di Situs Adan-adan Kediri kini ditampakkan. Keberadaannya terbuka menjadi inspirasi baru untuk berbagai produk kekinian.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
OR ARKEOLOGI BAHASA DAN SASTRA BRIN
Kegiatan ekskavasi Situs Adan-adan di Desa Adan-adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, oleh Organisasi Riset Arekeologi Bahasa dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional. Ekskavasi dilakukan pada 2-12 November 2022.
Arkeolog dari Badan Riset dan Inovasi Nasional baru saja merampungkan ekskavasi situs Adan-adan di Desa Adan-adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, 5-12 November 2022. Berbeda dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya, artefak mulai dimunculkan, tidak lagi ditimbun kembali. Benda cagar budaya itu bakal bisa dilihat dan menjadi inspirasi bagi siapa saja.
Untuk sementara, tanggul dari tanah kecil dibuat mengelilingi lubang galian yang berdimensi 8 meter x 12 meter dengan kedalaman 3 meter. Selembar terpal dimanfaatkan untuk menaungi dari hujan dan panas sambil menunggu pembangunan cungkup permanen.
Ketua Tim dari Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sukawati Susetyo mengatakan, pihaknya bersama pendamping dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur memunculkan sepasang makara dan satu buah arca dwarapala dalam ekskavasi itu.
”Makara dan dwarapala sudah dibuka saat eskavasi 2016 dan 2017. Pada 2016, makaranya belum tersingkap utuh karena yang di sisi kanan terkena pohon durian sehingga saat itu hanya dibuka sebagian. Sekarang pohonnya telah ditebang sehingga bisa tampak utuh dua-duanya,” ujarnya saat dihubungi dari Malang, Minggu (13/11/2022) malam.
DOK DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KAB KEDIRI
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melakukan ekskavasi terhadap Situs Adan-adan di Desa Adan-adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, 6-13 Juni 2021.
Makara di situs Adan-adan terbilang unik. Berbahan batu andesit, makara ini digarap dengan halus. Ukurannya pun menjadi yang terbesar di Indonesia. Sementara dwarapala di lokasi tersebut tinggal satu buah. Satu dwarapala lainnya telah diangkat Pemerintah Belanda dan ditempatkan di Museum Airlangga di Kota Kediri.
Dalam ekskavasi sebelumnya, tim juga mendapati kepala arca Boddisatwa yang relatif utuh yang kini disimpan di Museum Bhagawanta Bhari Kediri, lapik arca sebatas kaki, dan arca Dhyanibuddha Amitabha. Sebagian benda itu berbahan batu kali dan lainnya dari batu bata.
”Sekarang masyarakat yang penasaran bisa melihat benda cagar budaya itu. Cuma jangan dekat-dekat, biar diperkuat dulu. Rekomendasi kami, di sekeliling situs dipagar dengan cungkup model pelana yang tidak terlalu tinggi sehingga dari sisi artistik menarik, dan angin juga bisa masuk,” katanya.
Terbukanya situs Adan-adan tentu saja menjadi angin segar bagi mereka yang cinta dengan benda masa lalu. Situs itu pun bisa menjadi media edukasi bagi masyarakat, khususnya bagi generasi muda sekaligus pelestarian. Saat masih dalam kondisi tertimbun, pengunjung hanya bisa menyaksikan beberapa batu yang mencuat di permukaan tanah.
Ke depan, kata dia, ada peluang bakal membuka sisi timur candi guna mengetahui denahnya. Pihaknya bakal membicarakannya dengan Pemerintah Kabupaten Kediri.
”Sebab, ini yang benar-benar in situ, yang asli memang ada di situ. Kalau temuan yang lain sudah berpindah. Kecuali, kalau misalnya mau ditampakkan candinya. Hanya saja, candinya baru ketahuan bagian kaki saja,” ucapnya.
DOKUMENTASI DISPARBUD KABUPATEN KEDIRI
Arca kepala Boddisatwa yang ditemukan dalam penelitian tahap keempat oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Situs Adan-adan di Desa Adan-adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Juli 2019.
Motif pakaian daerah
Proses ekskavasi Situs Adan-adan telah dilakukan sejak 2016. Pada tahun 2019, tim peneliti baru memastikan akar keagamaan situs yang terletak sekitar 10 kilometer di sisi barat daya Pare atau 18 km di timur laut Kota Kediri itu. Situs adalah candi Budha aliran Mahayana.
Sejumlah temuan, seperti fragmen pinakel (stupa), memastikan soal itu. Kala itu, tim memperkirakan luas area Candi Adan-adan mencapai 784 meter persegi dengan denah berlekuk segi 12-18 yang tertimbun oleh material erupsi Gunung Kelud.
Candi Adan-adan pun disebut-sebut sebagai Candi Buddha dengan area terluas di Jawa Timur. Candi ini diperkirakan dibuat pada abad ke-11-12 atau masa Kerajaan Kediri. Candi disebut satu masa dengan Situs Tondowongo di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, yang bercorak Hindu.
Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Eko Prianto mengatakan, ekskavasi kali ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang merupakan penelitian arkeologi murni dari BRIN (sebelumnya Pusat Penelitian Arkeologi Nasional).
”Ekskavasi kali ini dipimpin Pemkab Kediri yang lebih pada kajian pengembangan dan pemanfaatan obyek yang ada di Situs Adan-adan. Diharapkan, ditampilkannya artefak di Situs Adan-adan kepada masyarakat dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan kebudayaan di Kabupaten Kediri, terutama terkait sejarah kebudayaan dan arkeologi,” ujanya.
Menurut Eko, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana memberikan perhatian besar pada kebudayaan. Salah satunya mengkaji dan menciptakan pakaian khas Kediri dengan salah satu ragam hias (motif) dari artefak di Adan-adan.
”Pada kegiatan ini Pemkab meminta bantuan BRIN untuk memberikan rekomendasi obyek yang layak ditampilkan, disertai dengan narasi. Dan, ekskavasi semacam ini dilakukan dengan metode arkeologi sehingga dibutuhkan pendampingan dari institusi vertikal,” katanya.