Mulai Surut di Hulu, Banjir Bergeser ke Hilir Jambi
Banjir mulai merendam ruas jalan dan rumah-rumah warga di sekitar aliran Sungai Kambang dan Sungai Kenali Kecil di Kota Jambi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Banjir di kawasan hulu dan tengah Jambi mulai surut membawa luapan air sungai bergeser ke hilir. Sejak Jumat (11/11/2022) dini hari, sejumlah kampung di Kota Jambi mulai digenangi banjir.
Banjir diketahui mulai merendam ruas jalan dan rumah-rumah warga di sekitar aliran Sungai Kambang di Kota Jambi. Banjir terjadi mulai dari Simpang Mayang hingga di kawasan sekitar kampus Universitas Jambi di Telanaipura.
Sejumlah kendaraan mogok karena nekat melintasi jalan yang tergenang air setinggi 30-an sentimeter itu. Sebagian kendaraan lagi mencari jalur alternatif untuk mencapai tempat tujuan.
Warga Sungai Kambang, Harnis, mengatakan, sejak semalam warga mulai waspada karena hujan yang terus turun dua pekan terakhir. Sejak Kamis malam, air bahkan mulai merendam jalan lingkungan. Menjelang dini hari, air mulai masuk ke rumah. ”Sejak semalam, barang-barang berharga kami pindahkan ke tempat yang lebih tinggi,” ujarnya.
Selain itu, banjir juga mulai melanda sejumlah perumahan yang terletak di bantaran Sungai Kenali Kecil. Menurut warga Perumahan Kembarsari I, Usman, kondisi air sungai telah meluap dan menggenangi jalan di sekitarnya. Ia bersama sebagian warga terus berjaga karena khawatir banjir akan masuk ke dalam rumahnya.
”Sejak dini hari tadi, luapannya juga mulai membanjiri sebagian rumah di perumahan ini. Warga sangat khawatir kalau kondisinya makin parah,” katanya.
Menurut Usman, perumahan itu merupakan langganan banjir di musim penghujan. Sebab, lebar Sungai Kenali Kecil dipersempit oleh kontraktor demi pembangunan perumahan tersebut. Akibatnya, setiap kali musim hujan tiba, derasnya arus tak terbendung dalam sungai sehingga membanjiri daerah sekitarnya.
Di wilayah Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, banjir dengan ketinggian 1-1,5 meter itu berangsur surut. Sebagian warga mulai kembali masuk rumah setelah hampir sepekan lamanya mengungsi di jalan.
Namun, sejumlah warga masih mengeluhkan kondisi demam dan sakit kulit setelah banjir. Warga Desa Nyogan, Mestong, Maemunah, mengatakan, terpaan angin yang kuat selama di tenda pengusian membuat fisiknya melemah. Ia sudah tiga hari terakhir demam. Begitu pula kulitnya gatal-gatal karena air yang digunakan keruh.
Banjir di wilayah itu disebabkan meluapnya sejumlah sungai, di antaranya Sungai Panerokan, Bajubang, Lalan, Nyogan, dan Sungai Bahar. Menurut Kepala Kepolisian Sektor Mestong Ajun Komisaris Taroni Zebua, kondisi banjir mulai berkurang sejak Kamis sore. Mulai ada warga yang meninggalkan tenda. Selain itu, lanjutnya, bantuan makanan juga telah disalurkan kepada para korban. Bantuan itu datang dari kalangan perorangan, swasta, dan instansi terkait.
Pihaknya berupaya memastikan keamanan tetap terjaga di lokasi banjir. Pengamanan itu tak hanya di permukiman, tetapi juga di kebun. Pihaknya mendapati tingkat pencurian buah sawit meningkat di masa banjir. ”Karena air tinggi, pencuri jadi mudah mengambil buah sawit. Apalagi, saat ini harga buah sawit sedang bagus-bagusnya,” ujarnya.