Harga rumput laut di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Kabupaten Rote Ndao anjlok. Petani pun menjerit. Di sisi lain, harga kebutuhan pokok terus bergerak naik.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Harga rumput laut (Euchema cottoni) kering di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, anjlok. Jika sebelumnya laku dijual Rp 38.000 per kilogram, kini harganya hanya Rp 20.000 per kilogram.
Agus Ndolu (35), petani rumput laut di Kota Kupang, Jumat (11/11/2022), mengatakan, petani menghadapi berbagai tantangan saat musim hujan kali ini. Tinggi gelombang laut di lahan rumput laut mencapai 1,5 meter. Akibatnya, sebagian rumput laut hanyut. Kondisi itu ditambah sulitnya mengeringkan rumput laut yang berpengaruh pada anjloknya harga jual, hanya Rp 20.000 per kg.
”Rumput laut yang dibeli pengepul harus benar-benar kering atau disebut rumput laut kering kawat dengan kadar air 20-30 persen,” katanya.
Nyonya Ata Omah (54), petani rumput laut dari Desa Tablolong, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, mengatakan, biasanya memasuki musim hujan harga rumput laut itu naik. Kali ini, ia tidak mengerti kenapa harga rumput laut justru anjlok.
”Saya harap harga tersebut tidak turun lagi. Tahun, 2020-2021 saat pandemi Covid-19, harga sempat turun sampai Rp 14.000 per kg,” katanya.
Sejak Juni 2022, ia baru mencoba bangkit lagi. Dia kembali membudidayakan rumput laut saat harganya merangkak naik Rp 38.000-Rp 40.000 per kg di akhir Oktober 2022.
Keluhan serupa disampaikan Okto Mansula (43), petani di Desa Nemberala, Rote Ndao. Khawatir harga terus anjlok, ia terpaksa menjual 50 kg rumput laut kering yang disimpan sejak Agustus 2022 sebesar Rp 20.000 per kg.
”Saya simpan rumput laut ini karena memperkirakan masuk musim hujan harga rumput laut naik. Ternyata hitunganitu keliru. Saya tunggu sampai awal November 2022, harganya malah turun,” katanya.
Kondisi itu kontras dengan harga bahan pokok di pulau paling selatan NTT itu. Beras, misalnya, naik dari Rp 12.000 per kg menjadi Rp 13.000 per kg. Minyak goreng dalam kemasan melonjak dari 15.000 per liter menjadi 30.000 per liter.
Koordinator Petani Budidaya Rumput Laut di Desa Tablolong Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Albert Gilon menilai, pemerintah tidak peduli dengan nasib petani, termasuk rumput laut. Padahal, budidaya rumput laut bukan pekerjaan mudah.
”Kami harus jauh-jauh cari bibit itu sampai di Pulau Rote, kemudian belanja tali, kayu sebagai tiang pengikat, pelampung, dan merangkai. Setiap hari harus mengamati perkembangannya, apakah ada yang rusak terserang hama atau tidak. Hampir 50 hari petani rumput laut merawat tanaman itu, tidak bisa ke mana-mana,” kata Gilon.
Ia meminta pemerintah memperhatikan nasib petani rumput laut. Apalagi, usaha rumput laut melibatkan banyak perempuan dan orang lanjut usia. Selama ini, mereka bahu-membahu memberdayakan potensi besar rumput laut.
”Kawasan rumput laut di Kabupaten Kupang sekitar 150 hektar, tersebar di sepanjang Pantai Tablolong sampai di Babau, Kecamatan Kupang Tengah. Potensi rumput laut sekitar 3.000 hektar jika dihitung sampai di Amfoang, perbatasan dengan Timor Leste,” katanya.