Bursa kerja di Batam membeludak penuh lautan manusia. Citra Batam sebagai kota industri dan tempat para perantau mengadu nasib masih lekat di mata para pencari kerja.
Oleh
PANDU WIYOGA
·5 menit baca
Bak pelita yang dikerumuni laron, kawasan pertokoan Sentosa Perdana di Batam, Kepulauan Riau, selama tiga hari menjelma menjadi lautan manusia. Belasan ribu pencari kerja, mulai dari ibu rumah tangga, korban pemutusan hubungan kerja saat pandemi, sampai mantan pekerja migran tanpa dokumen, tumpah ruah di sana.
Bursa kerja (job fair) itu diselenggarakan Dinas Tenaga Kerja Batam pada 7-9 November 2022. Ada 1.880 lowongan di 32 perusahaan yang diperebutkan oleh para pencari kerja tersebut.
Sampai hari terakhir gelaran bursa kerja, Rabu (9/11/2022), antrean pencari kerja masih mengular panjang. Di antara hiruk-pikuk itu, Yanti Manurung (31) tampak paling mencolok karena membawa serta anaknya.
Lengan kanan Yanti menggapit map lamaran kerja, dan tangan kirinya menggandeng anaknya yang berusia 4 tahun. Ibu satu anak itu hendak mengirim lamaran kerja sebagai operator produksi di pabrik manufaktur.
Sebelumnya, Yanti pernah bekerja selama tujuh tahun sebagai operator di dua pabrik elektronik kawasan industri Batamindo dan kawasan industri Panbil. Namun, pada 2017, ia harus berhenti bekerja untuk membesarkan anak.
Pada 2020, setelah anaknya agak besar, Yanti ingin kembali bekerja di pabrik. Sudah tak terhitung berapa banyak lamaran kerja yang dikirim. Sayang, keberuntungan tak juga menghampiri perempuan asal Sumatera Utara itu.
"Saya selalu datang kalau ada job fair. Yang begitu bukan cuma saya, teman dan tetangga saya juga banyak yang ke sini. Lowongan memang cuma sedikit jadi semua harus berebut," kata Yanti.
Membeludak
Gelaran bursa kerja di kawasan Sentosa Perdana itu menarik animo belasan ribu pencari kerja di Batam. Bahkan, pada hari pertama, puluhan orang pingsan akibat terlalu lama berdesak-desakan saat antre memasukkan surat lamaran.
Yanti juga sempat datang pada hari pertama bursa kerja. Namun, melihat pelamar banyak yang pingsan, ia memilih untuk pulang. Ia harus menunggu sampai hari ketiga karena situasi pada hari kedua pun masih amat padat.
Lowongan memang cuma sedikit jadi semua harus berebut. (Yanti Manurung)
Setelah menunggu selama tiga hari dan melewati antrean yang panjang, akhirnya Yanti berhasil menyetorkan surat lamaran kerjanya. Raut perempuan itu tampak lelah, tetapi ada senyuman lega yang terkembang di wajahnya.
"Enggak tahu nanti keterima atau enggak. Yang penting lamaran sudah masuk. Gitu saja (saya) sudah bersyukur," ujar Yanti.
Pencari kerja lain, Ahmad Kevin (21) bahkan menyempatkan datang tiga kali untuk mengirim dua lamaran ke perusahaan yang sama. Ia meyakini dengan begitu peluang lamarannya dibaca pihak perusahaan menjadi lebih besar.
"Hari pertama dan kedua saya lihat tumpukan surat lamarannya tinggi sekali. Panitia seperti asal terima saja, jadi saya kurang yakin lamaran yang saya kirim kemarin akan sampai ke pihak perusahaan," ucap Kevin.
Sebelumnya, Kevin pernah bekerja selama 2,7 tahun di salah satu pabrik perakitan ponsel pintar di Batam. Namun, karena perusahaan itu terdampak pandemi Covid-19, maka kontrak kerjanya tidak diperpanjang lagi.
"Awalnya masa kerja dalam kontrak saya itu lamanya satu tahun. Tapi karena pandemi, setiap perpanjangan kontrak masa kerja dikurangi jadi enam bulan, lalu jadi tiga bulan, dan akhirnya cuma satu bulan," katanya.
Setelah menganggur sejak September 2022, kini tabungan Kevin mulai menipis. Ia harus segera mendapat pekerjaan agar dapat menyambung hidup. Sebelumnya, ia sudah beberapa kali melamar pekerjaan, tetapi semua ditolak.
Bursa kerja di kawasan pertokoan Sentosa Perdana itu tak hanya menarik minat pencari kerja dengan usia 20-30an tahun. Banyak juga terlihat pencari kerja dengan rambut yang sudah setengah memutih ikut mengantre dalam barisan.
Salah satunya adalah Aldi Firmansyah (48). Laki-laki itu berasal dari Nusa Tenggara Barat. Ia hendak melamar pekerjaan di industri galangan kapal sebagai operator alat berat.
"Saya sudah biasa mengoperasikan alat berat sejak kerja di Malaysia dari 1989-2011. Dulu kerja di sana enggak ribet, enggak perlu surat yang macam-macam, tinggal berangkat selesai," kata Aldi.
Setelah bertahun-tahun kerja sebagai operator forklift di pabrik batu bata di Johor Bahru, Malaysia, Aldi memutuskan untuk pindah ke Batam. Itu karena anak dan istrinya merasa lebih nyaman tinggal di Indonesia.
"Di Batam, saya pernah kerja jadi sopir truk, tetapi akhirnya kembali lagi jadi operator alat berat. Saya pernah jadi operator alat berat di tiga galangan kapal di kawasan industri Tanjung Uncang," ucap Aldi.
Timpang
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam Rudi Sakyakirti mengatakan, jumlah total pelamar selama tiga hari gelaran bursa kerja itu sekitar 12.000 orang. Mayoritas pencari kerja melamar di posisi operator produksi.
"Padahal posisi operator produksi hanya ada 200 tempat, tetapi yang melamar sampai ribuan orang. Sedangkan posisi teknisi, seperti welder dan fitter ada 400 tempat, tetapi yang melamar baru 200 orang," kata Rudi.
Menurut dia, situasi itu menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah. Ke depan, kerja sama dengan perusahaan untuk mengadakan pelatihan kerja harus diperbanyak. Tujuannya untuk melahirkan lebih banyak tenaga kerja dengan spesialisasi khusus.
Data Dinas Tenaga Kerja Batam pada Januari-Agustus 2022 menunjukkan ada 20.080 pencari kerja di Batam. Mereka terdiri dari 10.276 perempuan dan 9.804 laki-laki. Angka itu didapat dari jumlah penerbitan kartu kuning atau kartu AK I untuk pencari kerja.
Menurut Rudi, para pencari kerja itu tidak hanya terdiri dari warga yang berdomisili di Batam, tetapi sebagian juga merupakan warga dari provinsi lain. Hal itu dinilai menunjukkan masih kuatnya citra Batam sebagai kota industri yang menyediakan banyak kesempatan kerja.