KTT G20 pada akhirnya bukan sekadar gengsi sebuah bangsa. Lebih jauh, denyut aktivitas internasional itu diharapkan menguatkan langkah Bali untuk kembali pulih dari pandemi.
Oleh
DAHLIA IRAWATI, COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 membuat Bali terus menggeliat seusai dua tahun dibelit pandemi Covid-19. Banyak harapan momentum internasional itu akan menjadi titik lenting pemulihan ekonomi Bali.
Hal itu dirasakan Johan (35), warga Kuta yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkutan berbasis daring. Pria yang sudah sembilan tahun menjadi sopir itu bercerita, dua tahun pandemi merupakan masa paling susah sejak ia tinggal di Bali. “Selama pandemi, rasanya Bali tidak bisa apa-apa. Daerah yang sangat bergantung pada sektor wisata ini, benar-benar jatuh akibat pandemi. Saya pun habis-habisan untuk bisa makan,” kata pria asal Flores itu.
Ayah dua anak itu terpaksa menjual mobil yang didapatnya dari hasil kerja selama ini. Ia menuturkan, anak-anaknya sebenarnya memprotes lantaran mobil dijual. Namun, mereka sadar tidak punya uang lagi untuk membayar uang sekolah dan makan sehari-hari.
“Saya sampai jual mobil, dan benar-benar habis untuk makan dan bayar uang sekolah. Padahal mobil itu selama ini untuk kerja cari uang. Mau bagaimana lagi, kami tidak punya apa-apa lagi untuk makan,” kata Johan.
Istri Johan sempat mencoba mencari uang dengan berjualan sembako. Namun, pada akhirnya jualan itu tidak laku karena semua tetangganya mengalami kesulitan serupa.
Saat ini, Johan kembali berusaha bangkit dan menjalankan angkutan daring menggunakan mobil sewaan. Sehari, sewa mobil di Kuta sebesar Rp 250.000. “Makanya saya kerja keras dari pagi hingga malam, tujuannya bisa membayar sewa mobil dan bisa menabung untuk nantinya akan saya belikan lagi mobil,” kata Johan sambil tersenyum.
Ia optimistis perekonomian Bali secara bertahap akan pulih. Salah satunya, melalui perhelatan KTT G20. “Harapan saya KTT G20 ini akan jadi momentum pulihnya ekonomi di Bali. Saya bersyukur, rasanya itu akan terjadi. Karena tampak sekali ekonomi mulai menggeliat. Semoga acaranya sukses dan akan berdampak baik pada Bali. Kalau acara gagal dan tidak sukses, saya khawatir ekonomi Bali tidak akan sebaik sebelumnya,” katanya.
Johan berpikir sederhana. Acara KTT G20 adalah pertemuan para kepala negara. Jika acara sukses, mereka bisa menyuarakan pada warganya, betapa Bali sangat nyaman untuk menjadi tempat wisata. Dengan demikian, banyak orang akan kembali memilih Bali untuk destinasi wisata.
Dalam dua pekan ini, Johan mengungkapkan sudah 20 kali mengantar orang untuk berkunjung ke pusat oleh-oleh. Mereka di antaranya adalah orang-orang Jakarta yang dinilai Johan menyiapkan KTT G20. Orang-orang mabes, demikian Johan menyebut.
Johan pun merasa pendapatan hariannya mulai naik hingga 30 persen sejak dua pekan sebelum KTT G20. “Terasa kalau dua minggu ini rezeki terus membaik. Semoga nanti pada puncaknya juga kian banyak," kata pria itu.
Ayu Adnyawati (52), pegawai di sebuah toko oleh-oleh khas Bali di luar kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, mengakui tokonya terimbas dampak sepinya pariwisata Bali akibat pandemi Covid-19. Saat itu, pendapatan toko tempatnya bekerja nol. Ayu mengatakan, toko oleh-oleh itu mulai kembali didatangi pembeli usai pandemi. Menurut dia, hal itu menyusul pembukaan kembali pintu masuk internasional, baik dari Bali maupun ke Bali, sejak Maret 2022.
”Tamu sudah mulai ramai ke Bali. Kami dapat kembali berdagang meskipun tidak seramai masa sebelum pandemi Covid-19,” ujar Ayu.
Menurut Ayu, dari pengalamannya, penyelenggaraan konferensi internasional di kawasan Nusa Dua, mungkin tidak akan berdampak langsung terhadap penjualan oleh-oleh di sekitar kawasan Nusa Dua. Namun, Ayu berharap penyelenggaraan acara puncak KTT G20 di Nusa Dua akan memberikan dampak positif bagi Bali dan Indonesia secara keseluruhan. ”Mudah-mudahan tamu internasional semakin percaya kepada Bali,” katanya.
Harapan dan doa sejumlah pihak tadi bukan omong kosong. Situasi ekonomi Bali memang mulai membaik, meski belum mencapai puncak. Sejumlah lembaga resmi pemerintah mencatat pertumbuhan ekonomi Bali semakin positif pada semester II tahun 2022. Meski begitu, perbaikan ini masih sepertiga dari kondisi normal sebelum pandemi.
BPS mencatat selama Juli–September 2022, perekonomian Bali tumbuh sebesar 8,09 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumya. Pencapaian ini jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5,72 persen. Secara akumulasi sejak Januari hingga September, produk domestik bruto (PDB) naik sebesar 4,19 persen dibanding tahun sebelumya.
Dalam catatan Bank Indonesia, pada tahun 2020, ekonomi Bali mengalami kontraksi atau -9,31 persen dibanding tahun sebelumnya. Perlambatan tersebut semakin berkurang memasuki 2021, meski masih mencatat -2,47 persen. Baru memasuki 2022, pertumbuhan ekonomi mencatat kinerja positif.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 diharapkan akan kian menguatkan pertumbuhan ekonomi Bali tahun ini. Sektor akomodasi, makanan, dan minuman menjadi penopang utama, diikuti sektor pertanian, konstruksi dan perdagangan.
“G20, memberi sumbangsih sekitar 1 persen terhadap PDB Bali,” kata Kepala BI Bali Trisno Nugroho, Senin (7/11/2022) di Denpasar. Menurut dia, penguatan ekonomi kali ini termasuk karena kedatangan wisatawan dan tamu-tamu G20.
Tingkat kunjungan wisatawan asing maupun lokal ke Bali sebelumnya sekitar 6 juta orang setiap tahun. Pada 2022, kunjungan wisatawan baru sepertiga dari kondisi normal atau sekitar 1,5 juta orang. Bila sebelumnya penerbangan secara langsung ke Bali ada 38 kali, saat ini baru ada sekitar 27 penerbangan. Pemulihan ini diperkirakan masih akan terus berlanjut.
Pertemuan para kepala negara dan pemerintahan dunia di Bali pada 15-16 November 2022, pada akhirnya bukan sekadar gengsi sebuah bangsa. Lebih jauh, denyut aktivitas internasional itu diharapkan menguatkan langkah Bali untuk kembali pulih dari pandemi.
Mengutip pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, KTT G20 adalah momentum bangsa untuk membuktikan pada dunia bahwa kita adalah sweet spot. “Indonesia disebut oleh pengamat ekonomi dunia sebagai sweet spot, tempat yang manis untuk investasi. Oleh karenanya, mari kita sukseskan KTT G20 ini demi bangsa dan negara,” katanya.