Sembilan Daerah di Jateng Terdampak Bencana akibat Hujan Deras
Bencana banjir, tanah longsor, dan angin kencang melanda sembilan kabupaten/kota di Jateng. Masyarakat diminta waspada dan kapasitas sumber daya manusia dalam penanggulangan kebencanaan dikuatkan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sembilan kabupaten/kota di Jawa Tengah terdampak bencana akibat hujan deras yang turun pada Minggu (6/11/2022) siang dan malam. Bencana yang terdiri dari banjir, tanah longsor, dan angin kencang itu tidak memakan korban luka dan jiwa, tetapi menimbulkan kerusakan bangunan serta infrastruktur.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jateng, sembilan daerah yang terdampak bencana antara lain Kabupaten Cilacap, Kebumen, Kabupaten Pekalongan, Kendal, Grobogan, Batang, Jepara, Demak, dan Kota Semarang.
Di Kabupaten Cilacap, bencana yang terjadi akibat hujan deras pada Minggu adalah banjir di lima desa yang berada di Kecamatan Kroya. Masyarakat yang terdampak banjir tersebut sebanyak 2.718 jiwa. Dari jumlah itu, 37 orang mengungsi di rumah saudara atau kerabatnya.
Sementara itu, di Kabupaten Kebumen, ada tiga bencana alam yang timbul akibat hujan deras yang mengguyur pada Minggu petang, yakni banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Di wilayah itu, banjir merendam lima kecamatan, tanah longsor terjadi di tiga kecamatan, dan angin kencang terjadi di satu kecamatan. Akibat tanah longsor, 36 rumah rusak. Sejumlah jalan desa, obyek wisata pantai, dan tempat pelelangan ikan juga tertutup material longsor.
”Banjir dengan ketinggian 10-50 sentimeter yang merendam 14 desa pada Minggu malam sudah berangsur surut. Masih ada satu desa yang tergenang pagi ini, tetapi ketinggiannya tinggal 10 cm,” kata Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng Dikki Rulli Perkasa, Senin (7/11/2022).
Di Kabupaten Pekalongan, angin kencang melanda wilayah Kecamatan Kajen. Sejumlah bangunan di pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan rusak ringan hingga sedang akibat tertimpa pohon tumbang. Kerusakan bangunan dilaporkan terjadi di kantor Sekretariat Daerah Pekalongan, Kepolisian Resor Pekalongan, Dinas Kesehatan Pekalongan, Dinas Pariwisata Pekalongan, Bappeda Pekalongan, Sekretariat DPRD Pekalongan, dan dinas perdagangan.
Sudah tidak punya apa-apa lagi saya, sudah sama seperti gelandangan. (Hernowo)
Hujan deras mengakibatkan banjir dan angin kencang di Kabupaten Grobogan. Banjir merendam tiga kecamatan dan angin kencang membuat 25 rumah di Desa Lemahputih rusak ringan hingga sedang. Sebuah pohon yang tumbang di Jalan Purwodadi-Semarang membuat lalu lintas tersendat, tetapi bisa segera diatasi pada Minggu petang.
Sementara di Kendal, sejumlah sungai di Kecamatan Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, dan Gemuh meluap akibat derasnya hujan yang turun. Kondisi itu membuat sejumlah desa di tiga kecamatan tersebut terendam banjir dengan ketinggian mencapai 1,1 meter.
Angin kencang juga melanda tiga kabupaten lain di Jateng, yakni Batang, Jepara, dan Demak. Di Batang, angin kencang membuat 17 rumah rusak ringan dan satu rumah rusak sedang. Sementara itu, di Jepara dan Demak sebanyak 37 rumah dan satu masjid rusak akibat angin kencang.
Di Kota Semarang, bencana yang terjadi antara lain banjir dan tanah longsor. Banjir terjadi di Kelurahan Mangkang Wetan di Kecamatan Tugu dan Kelurahan Wonosari dan Kelurahan Tambakaji di Kecamatan Ngaliyan. Sementara itu, tanah longsor terjadi di Kelurahan Bambankerep, Ngaliyan.
”Sejauh ini tidak ada korban jiwa dan luka akibat kejadian-kejadian tersebut. Pengungsian juga tidak ada. Sejumlah warga terdampak memilih untuk mengungsi di rumah keluarga, kerabat, atau ketua lingkungan setempat,” tutur Dikki.
Dikki mengimbau masyarakat untuk memantau prakiraan cuaca di wilayahnya, terutama masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana. Pengetahuan masyarakat akan potensi bencana di wilayahnya bisa membuat dampak bencana diminimalkan.
Penguatan sumber daya manusia di BPBD kabupaten/kota, kata Dikki, juga terus dilakukan. Hasil dari penguatan sumber daya manusia BPBD membuat penanggulangan bencana bisa ditangani dengan baik oleh BPBD di kabupaten/kota.
Tanggul terbuka
Banjir di Kelurahan Mangkakang Wetan disebabkan oleh adanya tanggul terbuka berukuran 12 meter. Tanggul terbuka itu merupakan proyek pembangunan tanggul yang belum selesai. Ketinggian banjir di Mangkang Wetan 20-50 cm. Pada Minggu sekitar pukul 21.00, banjir sudah berangsur surut. Sebanyak 25 jiwa sempat mengungsi ke rumah salah satu ketua RT.
Di Kecamatan Ngaliyan, banjir disebabkan oleh limpasnya debit air di sungai akibat hujan deras. Akibatnya, 70 keluarga di Kelurahan Tambakaji dan 200 keluarga di Kelurahan Wonosari terdampak.
”Tanah longsor yang terjadi di Bambankerep itu terjadi karena adanya patahan di bukit Gunung Kelir. Kondisi ini membuat material di bukit itu longsor dan mengganggu lalu lintas. Ke depan, masih ada potensi keretakan tanah lagi di bukit ini. Untuk itu, kami akan pantau terus supaya dampaknya bisa diminimalkan,” ujar Camat Ngaliyan, Moeljanto.
Warga terdampak banjir di perumahan Wahyu Utomo di Kelurahan Tambakaji melakukan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan mereka. Banjir yang terjadi pada Minggu malam sudah surut. Namun, tanah dan sampah dari sungai yang meluap masih mengotori jalanan perumahan dan rumah warga setempat pada Senin.
Menurut warga, air limpasan dari sungai meluap ke perumahan itu dengan sangat deras dan cepat. Kondisi itu membuat sejumlah sepeda motor dan enam mobil warga hanyut di sungai. Tiga rumah warga juga rusak akibat bencana itu.
”Tembok bagian belakang rumah saya jebol. Air masuk ke rumah dan membawa seluruh barang keluarga saya. Saat kejadian, yang kami pikirkan adalah menyelamatkan diri dulu sehingga tidak sempat menyelamatkan barang-barang dan dokumen penting,” ujar Hernowo, Ketua RT 007 RW 006 di Kelurahan Tambakaji.
Akibat banjir itu, Hernowo merugi sekitar Rp 200 juta. Ia dan istrinya juga terpaksa tidur di pos kamling pada Minggu malam. Pakaian yang dipakai Hernowo, Senin, merupakan pemberian dari warga. ”Sudah tidak punya apa-apa lagi saya, sudah sama seperti gelandangan,” ujarnya.
Hernowo menambahkan, di wilayahnya, banjir serupa pernah terjadi di tahun 2013 dan 2017. Kala itu, dampak banjir tidak separah saat ini.
Pelaksana Harian Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin menuturkan, banjir yang melanda Kecamatan Ngaliyan dan Tugu terjadi karena rusaknya talud akibat derasnya aliran air dari wilayah hulu. Talud-talud yang rusak akan segera diperbaiki dan tata guna lahan di bagian hulu akan dievaluasi.
”Sungai Beringin yang melintasi Kecamatan Ngaliyan dan Tugu ini sebenarnya sudah dinormalisasi. Daya tampungnya sudah dihitung dan itu sudah pas tetapi kenyataannya kemarin limpas. Untuk itu, perlu juga kembali kami investigasi apa yang terjadi di hulu,” tutur Iswar.
Pembangunan bendungan di wilayah hulu, tepatnya di Kecamatan Banyumanik, juga akan diusulkan ke pemerintah pusat. Keberadaan bendungan diharapkan bisa mengurangi volume air yang mengalir ke bagian hilir saat hujan deras turun.
Sementara, Pemerintah Kota Semarang akan segera menyalurkan bantuan bagi warga terdampak bencana. Bantuan yang diberikan berupa bantuan pangan dan bantuan tenaga untuk membersihkan lingkungan warga terdampak.