Harga BBM dan La Nina Diprediksi Pengaruhi Inflasi di Jambi
Inflasi di Jambi diperkirakan masih berlanjut. Hal itu didorong dampak lanjutan kebijakan penyesuaian harga BBM serta keterbatasan pasokan pangan seiring meningkatnya curah hujan dan indikasi La Nina moderat.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Petani menyambut antusias masa panen cabai merah yang bersamaan dengan kenaikan harga komoditas itu di pasaran. Tampak petani tengah memanen cabai di Desa Sumber Agung, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi (23/11/2020).
JAMBI, KOMPAS — Dampak kenaikan bahan bakar minyak diperkirakan masih akan memengaruhi terjadinya inflasi di Jambi. Tantangan itu berlanjut dengan fenomena La Lina moderat yang dapat menekan produksi hasil pertanian di wilayah itu,
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Eva Ariesty mengatakan, inflasi di Jambi diperkirakan masih berlanjut. Hal itu didorong oleh dampak lanjutan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak. ”Selain itu, terbatas pula pasokan pangan seiring meningkatnya curah hujan dan indikasi La Nina moderat yang turut terjadi di wilayah Sumatera,” katanya, Jumat (4/11/2022).
Dampak itu telah dirasakan di sejumlah daerah. Di Kabupaten Muaro Jambi, misalnya, sekitar 80 hektar lahan cabai merah terendam. Begitu pula tanaman padi. Hal itu berdampak pada harga-harga pangan yang dapat naik. Selain faktor cuaca, pendorong lainnya adalah penyesuaian biaya produksi, ongkos giling gabah, dan pengangkutan hasil panen seiring kenaikan harga BBM.
Petani di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Poniati, mengatakan, sebagian areal sawah di wilayahnya mulai tergenang. Padahal, saat ini petani setempat telah menanam padi. ”Kami khawatir kalau sampai lahan terendam lama, tanaman bisa mati,” katanya.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Petani membawa hasil panen melon di Desa Rantau Indah, Kecamatan Dendang, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Jumat (21/10/2022). Hasil melon optimal meningkatkan kesejahteraan petani. Harganya stabil Rp 7.000 per kilogram. Setiap kali panen, pendapatan bersih petani mencapai Rp 83 juta per hektar.
Wilayah Kumpeh merupakan salah satu sentra penanaman padi sekaligus pemasok bibit padi berkualitas baik. Areal penanamannya berada tak jauh dari Sungai Batanghari. Meskipun merupakan penyuplai beras untuk daerah, wilayah itu rentan pula mengalami gagal panen karena faktor banjir.
Antisipasi
Untuk mencegah kenaikan inflasi yang tinggi, kata Eva, tim pengendalian inflasi daerah (TPID) dan satuan tugas pangan berupaya menjaga harga dapat tetap terjangkau. Begitu pula ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif terkaít perkembangan inflasi. Salah satu caranya ialah membuka program pembelian beras lokal oleh aparatur sipil negara (ASN). Selain itu, diberikan pula bantuan bibit kepada petani.
Terbatas pula pasokan pangan seiring meningkatnya curah hujan dan indikasi La Nina moderat yang turut terjadi di wilayah Sumatera. (Eva Ariesty)
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Timur Sunarno mengatakan, penyerapan beras lokal untuk ASN telah berjalan tujuh tahun di wilayah itu. Program beras lokal untuk ASN efektif menekan fluktuasi harga sekaligus menekan inflasi. ”Dalam sebulan minimal 7 ton beras lokal diserap untuk pemenuhan kebutuhan ASN,” ujarnya.
Selain itu, penanaman cabai merah juga diperluas di wilayah pesisir timur Jambi tersebut agar daerah tak bergantung pada pasokan cabai dari luar daerah.
Setelah tiga pekan direlokasi ke pasar yang baru di Pasar Rakyat Pasir Putih, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi, ratusan pedagang mengeluhkan omzet anjlok karena berkurangnya pembeli. Hingga kini, pasar yang lama belum ditutup sehingga pembeli enggan datang ke pasar yang baru. Suasana di Pasar Rakyat Pasir Putih, Kamis (4/3/2021).
Kepala BPS Provinsi Jambi Agus Sudibyo mengatakan, terjadi peningkatan nilai tukar petani (NTP) di subsektor tanaman pangan sebesar 3,42 persen pada Oktober 2022. NTP menjadi sebesar 103. NTP merupakan indikator kesejahteraan petani. Jika di atas angka 100, menandakan hasil yang diperoleh petani lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk produksi.
Eva Ariesty melanjutkan, dibandingkan bulan sebelumnya, pada Oktober, Jambi mengalami deflasi 0,16 persen. Namun, dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, Jambi mengalami inflasi sebesar 7,10 persen. Itu lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 8,09 persen (yoy). Adapun sepanjang tahun 2022, inflasi Jambi mencapai 6,05 persen.