Salah satu kopi Bali akan dipamerkan dalam rangkaian KTT G20, yakni kopi Banyuatis asal Singaraja.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kopi asal Singaraja, Bali Utara, akan turut dipamerkan dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada 15-16 November 2022. Diharapkan, momen internasional itu bisa memanggungkan produk-produk lokal Bali pada khususnya serta potensi nusantara pada umumnya.
Salah satu kopi Bali yang akan dipamerkan dalam rangkaian KTT G20 adalah kopi Banyuatis asal Singaraja. ”Ada sedikit kopi Banyuatis dibawa untuk dipamerkan bersama kopi dan produk lain. Ada jenis arabika dan robusta. Semoga ini akan berdampak baik pada produk kopi lokal atau produk nusantara lainnya,” kata pengusaha kopi Banyuatis, Gede Pusaka Harsadena, saat dihubungi, Kamis (3/11/2022).
Menurut Gede Pusaka, kopi Banyuatis akan dibawa oleh tim Polda Bali untuk dipamerkan di ajang KTT. Namun, ia tidak tahu persis di mana kopi tersebut akan dipamerkan. ”Saya tidak tahu persisnya dipamerkan di mana, apakah di hadapan para delegasi luar negeri atau di lokasi lain. Namun, sedikit banyak, kopi Banyuatis dilirik untuk perhelatan internasional ini,” katanya.
Pekerja memasak biji kopi dengan mesin pemanggang berbahan bakar kayu di pabrik kopi Banyuatis di Seririt, Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa (30/1/2018).
Kopi Banyuatis adalah salah satu legenda kopi dari Bali Utara, yang sudah ada sejak tahun 1960. Tahun 2017, kopi Banyuatis menerima penghargaan Paramakarya dari Wakil Presiden Jusuf Kalla atas berkembangnya usaha (kualitas dan kuantitas) tersebut selama tiga tahun berturut-turut. Disebut kopi Banyuatis karena daerah tersebut bernama Banyuatis.
Salah satu produk unggulan Bali adalah kopi. Kopi bagi nak (orang) Bali bukan sekadar minuman, tetapi serupa angkihan (napas) dan getih (darah). Sebab, kopi sudah menjadi bagian dari aktivitas harian dan hadir dalam upacara-upacara keagamaan.
Saya rasa memang sudah seharusnya kopi Bali ditampilkan, bersama produk-produk Tanah Air lainnya.
Setelah bangun, orang Bali biasanya mebanten saiban, yaitu berdoa dan mempersembahkan sesaji di beberapa bagian rumah, sekitar perapian, halaman, dan sumber air. Kopi sebenarnya tidak wajib disertakan dalam sesaji itu. Namun, jika ada, orang Bali memilih menyertakan kopi dalam sesaji saiban itu. Itu semacam berbagi milik kita hari itu dengan leluhur serta sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan.
Penjemuran kopi arabika di rumah kaca di lokasi produksi kopi Gunung Catur di Desa Catur, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.
I ketut Jati, petani kopi arabika asal Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, mengatakan bahwa ia tidak mengirim kopi untuk dipamerkan di acara tersebut. Namun, ia mendukung jika sebagai tuan rumah acara, kopi Bali akan ditampilkan.
”Saya rasa memang sudah seharusnya kopi Bali ditampilkan, bersama produk-produk Tanah Air lainnya. Meskipun kopi saya tidak ikut, saya sangat mengapresiasi jika produk lokal turut dipamerkan di acara penting itu,” katanya.
Menurut Ketut Jati, acara-acara besar seperti itu sudah seharusnya menjadi panggung bagi produk Nusantara untuk tampil. Itu akan menjadi kebanggaan bagi pemilik produknya serta sebagai ajang promosi.