Upaya Warga Pesisir Utara Batam Menjaga Mangrove Berbuah Penghargaan Desa Wisata
Upaya warga Kampung Tua Bakau Serip menjaga hutan bakau di pesisir utara Pulau Batam berbuah penghargaan desa wisata dari Kemenparekraf.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Kampung Tua Bakau Serip menjadi pemenang III Desa Wisata kategori Suvenir dan masuk dalam daftar 50 Desa Wisata Terbaik versi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semuanya berkat usaha warga bersama warga bergotong royong menjaga hutan bakau dan merintis ekowisata di pesisir utara Pulau Batam, Kepulauan Riau, sejak tahun 2017.
Prestasi Kampung Tua Bakau Serip yang dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Mangrove Pandang Tak Jemu itu diumumkan dalam malam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Minggu (30/10/2022) malam.
Pendiri Pokdarwis Mangrove Pandang Tak Jemu, Gari Dafit Semet, Selasa (1/11/2022), mengatakan, penghargaan dari Kemenparekraf itu menambah semangat warga untuk terus melestarikan hutan bakau. Ia berharap usaha yang dimulai warga Kampung Tua Bakau Serip itu bisa menjadi contoh bagi warga kampung pesisir lain di Batam.
”Awalnya, kami menjaga hutan bakau untuk melindungi kampung dari ombak dan angin laut. Ide merintis ekowisata baru muncul belakangan supaya warga mendapat manfaat ekonomi dari usaha konservasi mangrove," kata Gari.
Kampung Tua Bakau Serip adalah perkampungan adat orang Melayu, warga asli Pulau Batam. Permukiman itu berada di pesisir utara Pulau Batam. Warga mayoritas bekerja sebagai nelayan.
Warga di Kampung Tua Bakau Serip menyadari, kelestarian hutan bakau penting untuk menjaga hidup mereka dari dampak krisis iklim. Sebelumnya, mereka merasakan pasang air laut semakin tinggi, badai sering terjadi, dan cuaca kian sulit diprediksi.
Berawal dari kesadaran itu, warga mulai menjaga hutan bakau seluas 7 hektar yang masih tersisa sejak 2017. Mereka membersihkan hutan dari sampah yang menumpuk dan menanam bibit baru untuk menutup bagian hutan yang berlubang.
Kemudian, pada 2018, Gari mendorong warga bersama-sama membentuk pokdarwis. Mereka berniat merintis desa wisata dengan destinasi utama hutan bakau seluas 7 hektar yang dinamai Pandang Tak Jemu. Selain itu, mereka juga ingin mengangkat budaya dan kuliner Melayu yang mulai pudar.
”Kalau sekarang usaha kami melestarikan mangrove ini diganjar penghargaan oleh pemerintah, saya rasa itu hanya sekadar keberkahan. Yang saya harap, usaha kami menjaga mangrove ini bisa ditiru warga pesisir lain di Batam," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam Ardiwinata mengatakan, tiga tahun belakangan, mulai banyak bermunculan kelompok warga yang mengembangkan ekowisata di Batam. Pemerintah daerah sangat mendukung upaya para warga tersebut untuk menyelaraskan kegiatan wisata dengan pelestarian lingkungan.
”Itu akan menambah keragaman tujuan destinasi wisata di Batam. Ke depan, pemerintah juga akan membantu kelompok masyarakat terkait untuk memasarkan paket ekowisata kepada wisatawan, terutama turis asing,” kata Ardi.
Dalam malam anugerah ADWI 2022, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan, program ADWI bertujuan menjadi wahana promosi untuk desa-desa wisata kepada wisatawan dalam ataupun luar negeri. Tahun ini ada 3.419 desa wisata dari 34 provinsi yang mengikuti ADWI.
”Saya mengapresiasi 50 desa wisata terbaik yang menjadi simbol Indonesia bangkit dan membuka tren baru untuk mengembangkan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, dan inklusif. Desa-desa wisata ini juga telah berkontribusi membuka lapangan kerja baru,” kata Sandiaga lewat pernyataan tertulis.