Pelayaran perintis yang disubsidi pemerintah lewat Kementerian Perhubungan hendaknya dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. PT Pelni selaku salah satu operator berkomitmen memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
LAUT SAWU, KOMPAS — Pelayanan kapal perintis yang melayari daerah terpencil, terluar, terdepan, dan perbatasan kian membantu masyarakat. Tak hanya menetapkan tarif angkutan yang sangat murah, pelayanan kapal perintis juga semakin memberi kenyamanan bagi para penggunanya. Masyarakat berharap pelayaran yang disubsidi pemerintah itu akan terus ada.
Pada Senin (31/10/2022) malam, Kompas mengikuti pelayaran perintis menggunakan Kapal Motor Sabuk Nusantara 108. Kapal yang dioperasikan PT Pelni itu berlayar dari Kota Kupang menuju tujuh pelabuhan singgah di wilayah Nusa Tenggara Timur. Pada Selasa (1/11/2022), kapal itu singgah di Pelabuhan Naikliu, Kabupaten Kupang, dan Pelabuhan Menanga, Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur.
Kapal dengan bobot mati 1.200 gros ton itu mengangkut 120 penumpang dan berbagai barang kebutuhan pokok. Penumpang kapal mendapat tempat tidur di dek dua. Khusus penumpang yang sedang sakit diistirahatkan di ruang perawatan. ”Kapal bersih. Di ruangan ini pakai AC (pendingin ruangan),” ujar Nur Laila (56), penumpang tujuan Menanga.
Nur punya pengalaman menggunakan kapal perintis sejak era tahun 1990-an, mulai dari kapal yang didesain untuk angkutan barang, kemudian kapal penumpang berukuran kecil, dan kini kapal penumpang berukuran lebih besar. ”Kalau dulu kami naik kapal campur dengan ternak. Terus kapal jalan lambat sekali. Kadang kalau gelombang harus menepi dulu. Sering juga terjadi kecelakaan di tengah laut,” ucapnya.
Syukur (60), penumpang tujuan Pulau Adonara, juga punya pengalaman serupa. Ia menambahkan, tarif yang dikenakan kepada penumpang sangat murah. Sebagai contoh, pada rute Kupang ke Menanga, setiap penumpang hanya membayar Rp 16.000 serta asuransi Rp 800. ”Pemerintah sudah membantu lewat subsidi. Perhatian yang luar biasa,” ujarnya.
Sekedar membandingkan, jika menggunakan kapal reguler lain, mereka harus membayar paling sedikit Rp 125.000 per penumpang. Itu belum termasuk ongkos angkutan ke pelabuhan yang berada di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur. Sementara jika menggunakan pesawat udara, harga tiket di atas Rp 1 juta.
Nakhoda KM Sabuk Nusantara 108, Samuel Sampe, mengatakan, pelayanan di kapal perintis yang semakin nyaman perlu didukung oleh penumpang. Menurut pengalamannya, seiring waktu penumpang semakin sadar untuk ikut menjaga kebersihan di kapal. Aturan mengenai keselamatan kapal pun ditegakkan.
”Dulu mereka bawa ternak dan merokok sesuka hatinya di dalam ruang kapal. Sekarang kami larang bawa ternak. Kami juga sudah pasang alat pendeteksi asap sehingga kalau ada yang merokok langsung ketahuan. Kami tegur,” kata Samuel yang berpengalaman menakhodai kapal perintis di berbagai rute di Indonesia.
Satu trayek dengan tujuh pelabuhan singgah membutuhkan anggaran sekitar Rp 10 miliar.
Tak hanya di NTT, warga di Kepulauan Maluku juga merasakan dampak dari pelayaran kapal perintis. Erna Kurnia, warga Pulau Luang di Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, mengatakan, komoditas rumput laut di pulau itu kini dengan mudah dibawa ke Kota Kupang menggunakan KM Sabuk Nusantara 67 dan KM Sabuk Nusantara 87. Di Kupang, mereka mendapatkan harga jual yang tinggi.
Selain itu, ada juga ikan dan hasil laut lain, seperti teripang. Kelancaran transportasi berhasil mengangkat perekonomian warga setempat. Rata-rata warga Pulau Luang berpenghasilan tinggi. ”Setiap keluarga punya perahu motor. Perabotan rumah lengkap. Anak mereka sekolah di luar daerah sampai kuliah,” katanya.
Menurut data Kementerian Perhubungan, pada 2022, jumlah kapal perintis penugasan yang dioperasikan PT Pelni sebanyak 50 unit. Sebanyak 44 unit merupakan kapal utama dan enam lainnya kapal pengganti. Selain itu, 73 kapal dioperasikan perusahaan pelayaran swasta. Semua kapal itu melayani 117 trayek, 42 pelabuhan pangkalan, dan 548 pelabuhan singgah.
Subsidi pemerintah
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Hendri Ginting mengatakan, keberadaan pelayaran perintis merupakan wujud dari tanggung jawab negara untuk melayani masyarakat. Pelayaran ini disubsidi oleh pemerintah pusat. ”Satu trayek dengan tujuh pelabuhan singgah membutuhkan anggaran sekitar Rp 10 miliar,” katanya.
Ia berharap masyarakat dapat memanfaatkan pelayaran perintis untuk mengangkat perekonomian mereka. Dalam tiga tahun terakhir, pemanfaatan pelayaran perintis terus meningkat. Tahun 2020, jumlah penumpang 522.362 orang, kemudian meningkat 32 persen menjadi 687.188 pada tahun 2021. Hingga 14 Oktober 2022, jumlah penumpang 810.393 orang atau meningkat 18 persen.
Masih dalam periode yang sama, jumlah angkutan barang tahun 2020 sebanyak 81.492 ton, meningkat 45 persen menjadi 118.349 ton pada 2021, kemudian hingga 14 Oktober 2022 sudah mencapai 128.749 ton atau naik 10 persen. ”Kami harapkan okupansinya lebih tinggi lagi. Sekarang ini rata-rata 50 persen,” kata Hendri.
Ditto Pappilanda, Manajer Komunikasi PT Pelni, menambahkan, sebagai operator, Pelni terus berusaha meningkat pelayanan. Contohnya, jadwal kapal perintis kini bisa dilihat di situs web Pelni kendati belum dapat dilakukan pembelian tiket secara daring.
Setiap kapal perintis juga memiliki jadwal perawatan tahunan untuk memastikan fasilitas ataupun mesin kapal berada dalam kondisi baik dan prima. ”Setiap kapal perintis menyediakan ruang kesehatan dengan obat-obatan standar yang dapat dimanfaatkan bagi penumpang yang membutuhkan,” ujarnya.