Mitigasi Digencarkan untuk Tekan Kematian akibat Leptospirosis di Jateng
Puluhan orang di Jateng meninggal akibat leptospirosis pada tahun ini. Usaha menekan kematian terus dilakukan, mulai dari petugas kesehatan di puskesmas hingga pemerintah.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Upaya menekan kasus leptospirosis yang menyebabkan puluhan orang meninggal terus dilakukan oleh berbagai pihak di Jawa Tengah. Menggencarkan sosialisasi hingga memperkuat penapisan terhadap pasien yang dicurigai leptospirosis dilakukan supaya tidak ada lagi nyawa-nyawa yang melayang akibat penyakit tersebut.
Pada Januari-September 2022, Dinas Kesehatan Jateng melaporkan 389 orang di wilayahnya terpapar leptospirosis. Dari jumlah itu, 14 persen atau 55 orang di antaranya meninggal. Di Jateng, kasus kematian akibat leptospirosis terjadi di Jepara, Kota Semarang, Sukoharjo, Demak, Boyolali, Kebumen, Grobogan, Pati, Banyumas, Klaten, dan Purworejo.
Di Kota Semarang, 22 orang terserang penyakit leptospirosis sepanjang tahun ini. Dari jumlah tersebut, enam orang meninggal. Kasus leptospirosis tersebar di sejumlah kecamatan, antara lain Tembalang, Candisari, Pedurungan, Semarang Utara, Genuk, Mijen, Semarang Selatan, Banyumanik, Gunungpati, dan Ngaliyan. Adapun kasus kematian terjadi di Tembalang (2 orang), Pedurungan (1 orang), Semarang Utara (1 orang), Genuk (1 orang), dan Mijen (1 orang).
Berbagai cara diupayakan untuk menekan kasus dan kematian akibat leptospirosis. Di Puskesmas Miroto, Semarang Tengah, sosialisasi terkait bahaya leptospirosis berikut cara pencegahannya terus digalakkan. Sosialisasi dilakukan secara tatap muka dalam pertemuan-pertemuan warga dan sekolah ataupun secara daring melalui media sosial.
Pihak puskesmas juga bekerja sama dengan warga dan pemerintah kelurahan untuk mengendalikan tikus di permukiman setiap Jumat. Tikus merupakan salah satu vektor atau pembawa leptospirosis. Kegiatan itu dilaporkan dan dievaluasi setiap sekali dalam sepekan melalui grup aplikasi percakapan kelurahan.
”Penapisan ketat juga dilakukan oleh tim dokter apabila ada pasien dengan gejala mengarah ke leptospirosis. Untuk deteksi awal, kami akan melakukan rapid diagnostic test leptospirosis. Setelahnya, sampel darah dan urine pasien juga akan kami kirimkan ke laboratorium kesehatan untuk memastikan apakah pasien terinfeksi bakteri Leptospira atau tidak,” kata Kepala Puskesmas Miroto Dien Hasana, Selasa (1/11/2022).
Upaya itu disebut Dien sudah dilakukan di Miroto sejak tahun 2018. Sejak saat itu, kasus leptospirosis di wilayahnya nihil. Setiap ada pasien yang dicurigai leptospirosis, hasil tesnya negatif.
Langkah-langkah menekan kematian akibat leptospirosis juga dilakukan di Kabupaten Pati yang tahun ini melaporkan 26 orang di wilayahnya terjangkit leptospirosis. Sosialisasi terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta rutin mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas terus digalakkan.
Rata-rata pasien terlambat periksa karena kebanyakan mereka tidak mengeluhkan gejala atau hanya mengeluhkan gejala ringan.
Selain itu, pemberian bantuan berupa cairan disinfektan juga kerap dilakukan, terutama di wilayah-wilayah endemis leptospirosis, yakni daerah rawan banjir. Cairan disinfektan digunakan untuk mensterilkan lingkungan sehabis digenangi banjir.
”Tahun ini ada enam orang yang meninggal dunia akibat leptospirosis di Pati. Rata-rata pasien terlambat periksa karena kebanyakan mereka tidak mengeluhkan gejala atau hanya mengeluhkan gejala ringan. Setelah tak kunjung sembuh, mereka baru periksa. Karena sudah terlambat, nyawa pasien tidak bisa tertolong,” ucap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Pati Joko Leksono Widodo.
Sebelumnya, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Mateus Sakundarno Adi, mengatakan, kematian pada pasien leptospirosis mayoritas terjadi karena keterlambatan penanganan. Hal itu karena terlambatnya pasien mencari pertolongan medis dan terlambatnya tenaga kesehatan mendeteksi leptospirosis karena minimnya alat deteksi dini (Kompas.id, 31/10/2022).
Ke depan, tenaga kesehatan di Pati, mulai dari puskesmas, klinik kesehatan, hingga rumah sakit, akan dilatih meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap leptospirosis. Pasien dengan gejala mengarah pada leptospirosis dan berasal dari wilayah endemik leptospirosis akan langsung dites dan ditangani sesuai keluhannya sembari diberikan antibiotik.