Penurunan luasan panen berdampak langsung pada penurunan jumlah produksi. Periode Januari-September 2022 jumlah panen 1.533.138 ton, menurun dari periode sebelumnya 1.634.646 ton.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Banjir memicu turunnya luas lahan dan hasil panen padi di Aceh periode Januari-September 2022 dibandingkan periode sama setahun sebelumnya. Apabila dibiarkan, kondisi itu rentan mengancam ketahanan pangan nasional.
BPS Aceh mencatat, periode Januari-September 2022, luas sawah yang panen 276.000 hektar. Jumlahnya lebih sedikit ketimbang periode sama tahun 2021, sebanyak 297.000 hektar.
Penurunan luasan lahan panen berdampak pada penurunan jumlah produksi. Pada Januari-September 2022, jumlah panen padi hanya 1.533.138 ton. Jumlah itu menurun dari periode sama setahun sebelumnya, 1.634.646 ton.
Koordinator Fungsi Statistik Distribusi di Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Effendy, Selasa (1/11/2022), mengatakan,penurunan lahan panen disebabkan banjir. Sejumlah daerah yang dilanda banjir adalah Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, dan Kabupaten Pidie Jaya.
Pada awal Januari 2022, Aceh Utara, misalnya, dilanda banjir selama dua pekan. Ratusan hektar lahan gagal panen sehingga menurunkan total panen dari 360.353 ton menjadi 318.433 ton.
Potensi penurunan jumlah panen besar kemungkinan bertambah. Alasannya, BPS belum menghitung kegagalan panen akibat banjir pada Oktober 2022. Banjir awal Oktober membuat 3.611 hektar sawah gagal panen. Selain Aceh Utara, hasil panen di Bireuen juga turun drastis, dari 150.401 ton menjadi 136.932 ton.
Effendy mengatakan, penurunan itu menyebabkan produksi beras anjlok. Pada periode Januari-September 2022 produksi beras Aceh sebanyak 883.000 ton atau turun dari 941.000 ton pada 2021.
”Penurunan sangat signifikan mencapai 9,29 persen. Meski begitu, masih ada potensi produksi Oktober-Desember 2022 sebesar 281.000 ton lebih,” kata Effendy.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Aceh Utara Erwandi mengatakan, banjir menjadi masalah bagi petani di Aceh Utara. Banjir kerap membuat petani merugi karena sawahnya puso.
Banjir pada Oktober 2022, misalnya, menggenangi 6.776 hektar tersebar di 18 kecamatan. Akibatnya, 3.611 hektar gagal panen. Sebanyak 2.085 hektar sawah gagal panen itu kini telah ditanam kembali dan 1.526 hektar masih dalam tahap persemaian.
”Petani kehilangan pendapatan, bahkan mereka menderita kerugian karena telah mengeluarkan modal besar untuk menggarap,” kata Erwandi.
Erwandi mengatakan, jika banjir tidak dapat dicegah, target produksi padi akan sulit tercapai. Dampaknya kontribusi untuk pangan nasional juga berkurang. Saat ini Aceh termasuk 10 besar provinsi penghasil padi di Indonesia.