Rumah Mbok Markini Kini Terang Dialiri Listrik
Sebanyak 106 keluarga Desa Bumisari, Purbalingga, kini sudah bisa menikmati listrik dari program Bantuan Pasang Baru Listrik 2022.
Kelistrikan
Markini (62) tergopoh-gopoh lari ke dalam rumahnya untuk mengambil empat buah plenthong alias penerang tradisional berbahan bakar minyak tanah. Senyumnya merekah sumringah ketika menunjukkan instalasi listrik yang baru saja dipasang di rumahnya, serta menyalakan 3 buah lampu, 1 di teras, 2 lampu di bagian dalam rumah.
Perempuan itu sangat bersyukur. “Seneng banget, matur nuwun, terima kasih (ada listrik), semoga kita sekeluarga diparingi slamet waras, diparingi berkah barokah,” kata Markini saat ditemui di rumahnya di RT 006 RW 004 Desa Bumisari, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Senin (31/10/2022).
Tinggal di Desa Bumisari yang berjarak sekitar 21 kilometer arah barat laut dari Alun-alun Purbalingga, Mbok (simbok/ibu) Markini hidup seorang diri tanpa anak dan mengandalkan hidup dari kebaikan hati keluarga besarnya yang tinggal di sekitarnya. ”Kalau malam pakainya plenthong. Diisi minyak latung. Belinya per liter Rp 20.000 bisa buat sebulan karena saya ngirit,” kata Markini sambil tersipu.
Lihat juga: Menjaga Terang di Pulau Papagarang
Sutiarso Mislam (64), tetangga Markini yang berjarak sekitar 300 meter di sebelah barat rumahnya, juga tak dapat menyembunyikan kegembiraan tatkala rumahnya mendapatkan jaringan listrik baru lewat program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) 2022. ”Saya selama ini pakai listrik lewat nyalur (menyambung kabel) ke rumah adik saya,” kata Sutiarso.
Sutiarso mengatakan, proses menyalur atau menyambung kabel listrik dari rumah adiknya yang ada di depan rumahnya sudah berlangsung sejak 2018. ”Per bulan saya bayar Rp 25.000 ke adik saya untuk listrik. Saya cuma petani, sehari paling dapat uang Rp 25.000, ga kuat mendaftar listrik sendiri,” tutur Sutiarso.
Baca juga: Aliran Listrik PLN dan Kerlip Asa Petambak Dipasena di Lampung
Sebelum tahun 2018 itu, dia sekeluarga menggunakan alat penerangan ala kadarnya, seperti senthir atau plenthong. Berpuluh tahun, Sutiarso tinggal di rumah tanpa listrik itu bersama istri dan tiga anaknya. Karena tidak mampu membiayai sekolah, ketiga anaknya hanyalah lulusan SD dan SMP.
”Saya cuma sekolah sampai SD, adik yang bontot sampai SMP, dan yang tengah juga SD. Dulu saya kalau belajar malam pakainya senthir,” kata Diro (36), putra sulung Sutiarso.
Mengutip data dari web.pln.co.id, disebutkan biaya pasang listrik prabayar untuk listrik baru daya 450VA adalah sebesar Rp 421.000, daya 900 VA adalah sebesar Rp 843.000, daya 1.300 VA sebesar Rp 1.218.000, daya 2.200 VA sebesar Rp 2.062.000, dan daya 3.500 VA sebesar Rp 3.391.500.
Program BPBL 2022 merupakan hasil dari raker Menteri ESDM dengan Komisi VII DPR RI pada 27 September 2021. Saat itu disetujui alokasi APBN 2022 untuk Program BPBL bagi rumah tangga miskin belum berlistrik sebanyak 80.000 rumah tangga di seluruh Indonesia. Setiap keluarga menerima 3 fiting lampu, 3 lampu LED, 1 saklar ganda, 1 saklar tunggal, 1 kotak kontak, 1 MCB plus boks, kabel sirkuit utama, dan kabel sirkuit akhir, serta pembumian.
”Berdasar data dari PLN, dari target 80.000 rumah tangga, saat ini sekitar 85 persen sudah tersambung,” kata Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM MP Dwinugroho.
Dwinugroho menyebutkan, rasio elektrifikasi hingga Triwulan II-2022 mencapai 99,56 persen. Dari data tersebut masih ada sekitar 347.141 rumah yang belum berlistrik dan sebagian besar tersebar di daerah terpencil khususnya di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Pada 2022 ini, program BPBL di Jawa Tengah menyasar ke 9.332 rumah tangga, dari jumlah itu di Kabupaten Purbalingga terdapat 1.801 rumah tangga yang menerima bantuan.
Masyarakat tidak mampu
EVP Penjualan dan Pelayanan Pelanggan Retail PT PLN (Persero) Saleh Siswanto menambahkan, keluarga penerima Program BPBL 2022 juga mendapatkan biaya sertifikat layak operasi atau (SLO), bantuan biaya penyambungan listrik dengan daya tarif R1T/450 VA, dan token perdana listrik sebesar Rp 20.000.
”Program bagi masyarakat tidak mampu ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan energi berkeadilan bagi masyarakat,” kata Saleh.
Anggota Komisi VII DPR RI, Rofik Hananto, menyampaikan, selama ini memang banyak masyarakat yang tidak memiliki jaringan listrik sendiri dan mengandalkan menyambung kabel ke keluarga lainnya. ”Ini jelas-jelas berbahaya buat rumah itu,” kata Rofik.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Purbalingga Agus Winarno berterima kasih atas program itu bagi warganya. Diharapkan, hadirnya listrik di rumah-rumah yang belum teraliri listrik membuat masyarakat kini bisa menikmati terang lampu di malam hari sehingga mendukung akses ke hiburan, misalnya menyalakan televisi dan gawai, belajar bagi anak-anak, serta memulai usaha yang baru misalnya menyalakan blender untuk mendukung ekonomi keluarga.
Program bagi masyarakat tidak mampu ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan energi berkeadilan bagi masyarakat. (Saleh Siswanto)
Dengan hadirnya listrik di rumah Sutiarso, kini dirinya tidak lagi khawatir terjadinya kebakaran akibat korsleting listrik dari sambungan kabel yang tidak standar. Demikian pula Markini yang tidak perlu lagi membeli minyak tanah untuk menyalakan api di plenthong-nya saat malam hari. Hal ini sekaligus mengurangi risiko atau bahaya kebakaran dari plenthong tersebut.
Dengan senyum sumringah, Markini seolah mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada plenthong yang telah kusam oleh jelaga. Dia pun bersiap menikmati malam terang di bawah cahaya lampu dari listrik PLN.