Renyah Kreasi Olahan Edamame Jember
Edamame menjadi komoditas ekonomi yang mulai dinikmati hasilnya oleh pelaku UMKM di Jember, Jawa Timur. Mereka berkreasi mengolah kedelai tersebut menjadi aneka kudapan renyah oleh-oleh khas daerah.
”Renyahnya” produk olahan edamame berupa aneka kudapan renyah memperkaya khazanah oleh-oleh khas daerah Jember di Jawa Timur.
Sejumlah ibu rumah tangga di Desa Curah Kates, Kecamatan, Ajung, berkumpul di dapur rumah Nuryanik (36), Sabtu (15/10/2022). Ada yang tengah membuat minuman rempah, ada pula yang menggoreng rempeyek mukimame, yakni polong edamame yang sudah dimasak dan dikupas bersih.
Kesibukan para ibu rumah tangga itu berlangsung di sela rutinitas mereka mengurus keluarga, terutama mengasuh anak-anak yang masih kecil. Saat bekerja, para ibu bisa menitipkan anaknya kepada kerabat dekat atau tetangga. Mereka juga bisa membawa anak-anak ke tempat kerja sambil mengawasinya.
Nuryanik mengatakan, sejak tiga tahun terakhir, rumahnya menjadi pusat aktivitas Kampung Edamame. Kampung ini setidaknya memberdayakan 13 ibu rumah tangga untuk membuat aneka makanan olahan dengan bahan baku edamame, komoditas pertanian yang dikembangkan petani di Jember selama dua dekade belakangan.
Baca juga: Edamame Titian Baru Jalan Sejahtera Petani Jember
Produk yang dihasilkan antara lain edamame krispi merek Enak’e, pia edamame, dan peyek edamame. Ketiga jenis produk ini telah diterima pasar dengan baik yang ditandai dengan mengalirnya pesanan secara terus-menerus. Edamame krispi, misalnya, telah didistribusikan di sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dan Bangka Belitung.
Ketiga produk ini mulai dipasarkan di luar negeri meski volumenya masih terbatas, yakni berdasarkan pesanan pembeli. Pengembangan pasar dilakukan melalui pasar tradisional atau penjualan secara luring dan penjualan daring menggunakan beragam platform media sosial.
”Edamame krispi juga bisa dijumpai di lokapasar meski nilai transaksinya belum sebesar penjualan secara tradisional. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengoptimalkan penjualan di lokapasar,” ujar Nuryanik.
Produk yang sudah eksis di pasar juga diperkaya dengan menambahkan varian rasa. Untuk edamame krispi, misalnya, akan dikembangkan dalam varian rasa pedas dan garlic. Hal itu diharapkan memperkuat ikatan emosional dengan konsumen sehingga mereka tetap berbelanja di Kampung Edamame.
Di tengah upaya memperluas pangsa pasar edamame krispi, pia edamame, dan peyek, Nuryanik mengaku tengah mengembangkan produk diversifikasi olahan. Contohnya minuman sehat berbahan sari edamame yang diolah dengan rempah-rempah. Selain itu, ada camilan okra krispi.
Baca juga: Perkuat Sinergi Perluas Pasar Ekspor Edamame
Untuk memproduksi edamame krispi, dia memerlukan 7 kilogram mukimame setiap hari. Mukimame ini diperoleh dari pabrik edamame PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT). Hal itu karena edamame yang baru dipanen dari ladang harus dibersihkan dan direbus terlebih dahulu untuk menghasilkan mukimame.
”Sehari mampu menggoreng 7 kg mukimame mentah dan menghasilkan 2 kg edamame krispi. Lama penggorengan sekitar 2 jam karena masih menggunakan mesin dengan kapasitas kecil,” kata Nuryanik.
Pendamping pelaku UMKM di Kampung Edamame, Hafid Raharjo, mengatakan, pemberdayaan ibu-ibu di Desa Curah Kates tak lepas dari peran PT GMIT, anak perusahaan Austindo Nusantara Jaya (ANJ) melalui program responsible development. Tujuannya meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar perusahaan agar mereka mampu menjadi wirausaha mandiri.
Hafid mengatakan, banyak perempuan Jember yang ingin bekerja sebagai pekerja migran untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarganya. Salah satunya, Nuryanik, yang berniat mengadu nasib di Korea dan meninggalkan anaknya yang masih kecil.
”Niat Nuryanik itu akhirnya diurungkan setelah mendapatkan tawaran mengolah edamame. Saat itu, dia benar-benar sudah siap berangkat. Sudah menyelesaikan kursus bahasa Korea,” ucap Hafid.
Dari segi penjualan produk, Kampung Edamame berhasil mencatatkan transaksi Rp 108 juta sampai dengan September 2022. Transaksi itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 61 juta. Hafid optimistis penjualan produk olahan edamame akan terus naik pada tahun depan.
Masih ada peluang ekspor yang sangat besar. Oleh karena itulah, produksinya perlu ditingkatkan lagi.
Dia mengaku banyak terobosan yang dilakukan untuk menggenjot penjualan. Salah satunya menggencarkan promosi produk-produk olahan edamame melalui kegiatan pameran berskala lokal dan internasional di sejumlah kota, seperti di Jember dan Jakarta.
Upaya lain, meningkatkan mutu produk dan keamanan pangannya agar bisa menempus pasar ekspor. Dengan dukungan perusahaan dan pemerintah daerah, pihaknya optimists produk olahan edamame produksi pelaku UMKM di Jember bisa bersaing di pasar nasional dan global.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Jember Sartini mengatakan, pihaknya berkomitmen membantu mempromosikan dan memperluas jaringan pasar produk olahan edamame pelaku UMKM di wilayahnya. Salah satunya dengan memperkenalkan sebagai oleh-oleh khas Jember kepada para tamu pemerintah dan wisatawan yang berkunjung.
”Pemkab Jember juga bisa membantu mendampingi pelaku UMKM produk olahan edamame dengan memberikan pelatihan,” ujar Sartini di sela kunjungannya ke pabrik GMIT.
Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan, edamame memperkaya komoditas primadona di wilayahnya, bahkan di Indonesia. Namun, produksi edamame saat ini masih jauh dari kebutuhan pasar. Total produksi edamame di Jember diperkirakan baru sekitar 6.000 ton per tahun, padahal kebutuhan di pasar Jepang saja mencapai 75.000 ton per tahun.
”Masih ada peluang ekspor yang sangat besar. Oleh karena itulah, produksinya perlu ditingkatkan lagi. Pemkab Jember membuka ruang kerja sama selebar-lebarnya kepada perusahaan yang bergerak di bidang budidaya edamame dan siap membantu hal-hal yang diperlukan, seperti penyediaan lahan,” kata Hendy.
Produk olahan berbahan edamame yang dihasilkan UMKM Jember berpeluang besar menjadi alternatif komoditas ekspor seperti halnya edamame segar dan beku. Meski demikian diperlukan sentuhan dari berbagai pihak untuk meningkatkan mutu dan kualitas keamanan pangan produk tersebut agar berdaya saing tinggi di pasar global.
Baca juga: Edamame Asal Jateng Potensial Berkembang