Karnaval nang Tunjungan untuk Populerkan Batik Surabaya
Meski sudah pernah mengadakan Mlaku-mlaku nang Tunjungan dan Tunjungan Romansa, Pemerintah Kota Surabaya mengadakan Karnaval nang Tunjungan di Jalan Tunjungan untuk memopulerkan batik dan produk UMKM.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya mengadakan Karnaval nang Tunjungan di Jalan Tunjungan, Minggu (30/10/2022). Kegiatan untuk memperingati Hari Batik dan Hari Sumpah Pemuda itu ditujukan terutama untuk mengenalkan dan memopulerkan batik Surabaya.
Karnaval tidak berbentuk parade atau pawai, tetapi lebih mirip festival. Ada hiburan musik, seni budaya, turnamen e-sport, peragaan busana, dan terutama penjualan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Acara yang juga merupakan kerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Surabaya dan Bank Jatim itu berlangsung pada pukul 15.00-21.00. Panitia menghadirkan 24 stan makanan-minuman, 42 stan busana, 6 food truck atau truk jajanan, dan 7 stan Tunjungan Romansa.
Di jalan-jalan atau gang-gang yang terhubung dengan Jalan Tunjungan berderet gerobak dan lapak makanan-minuman tradisional dan modern. Ada lomba foto bertema batik, mengecat drum, bincang-bincang, Tiktok tarung dansa, flash mob, e-sport, panggung hiburan, dan peragaan busana batik kepala daerah.
Dalam karnaval, pengunjung dimanjakan dengan pilihan aneka produk. Kalau lapar dan haus bisa jajan di gerobak, lapak, atau stan. Ada bakso, mi ayam, pangsit, rujak cingur, lontong kupang, lontong balap, sate ayam, sate kambing, kerak telor, bubur, martabak, hot dog, burger, piza, sempol, jajanan ala Korea/Jepang/Eropa, roti, dan es. Di stan busana dijual batik, kaus suroboyoan, sepatu batik, topi, dan pernak-pernik. Juga ada stan lembaga dan kampus, misalnya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang mengenalkan sepeda motor listrik Gesits.
Untuk kepentingan karnaval, panitia terpaksa menutup Jalan Tunjungan dan merekayasa pengaturan lalu lintas. Jika jalan tidak ditutup, lalu lintas di Jalan Tunjungan hanya berlaku searah, yakni dari barat laut menuju tenggara sesuai bentang prasarana itu. Namun, dengan adanya karnaval, lalu lintas menuju tenggara dialihkan melalui Jalan Genteng Kali di sisi timur atau Jalan Praban di sisi barat. Adapun lalu lintas dari tenggara melalui Jalan Embong Malang atau Jalan Gubernur Suryo,
”Lebih terasa seperti pasar malam karena banyak produk dan hiburan, tetapi menyenangkan,” kata Hariyanto, warga Gubeng, yang datang bersama istri dan kedua anaknya. Mereka memuaskan lapar dan dahaga dengan aneka jajanan, memotret suasana, serta menikmati keriuhan karnaval. Mereka juga tertarik dengan stan-stan busana, terutama batik buatan UMKM Surabaya.
Menurut Hariyanto, batik suroboyoan terlihat berbeda dengan motif yang khas atau tiada duanya. Yang terutama, motif Jembatan Suramadu, Suro lan Boyo atau hiu dan buaya, Tugu Pahlawan, dan daun semanggi. ”Batik suroboyoan, bagi saya, ya motifnya khas dan dibuat UMKM di Surabaya,” ujarnya.
Pengelola Suramadu Batik, Eko Madan Syah, mengatakan, Karnaval nang Tunjungan menambah peluang bagi perajin batik untuk mengenalkan produk kepada masyarakat. Setelah serangan pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 dan baru mereda dua tahun kemudian, UMKM memerlukan berbagai kegiatan untuk mengenalkan dan memasarkan produk. ”Melalui ajang ini, masyarakat juga semakin tahu, terutama tentang batik suroboyoan,” katanya.
Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, ide Karnaval nang Tunjungan terkait dengan Hari Batik yang diperingati setiap 2 Oktober dan Hari Sumpah Pemuda setiap 28 Oktober. Karnaval dilandasi semangat dua peringatan itu. Batik adalah produk budaya yang sudah mendunia dan diakui sebagai warisan budaya dunia.
”Melalui karnaval, kami mencoba lebih mengenalkan batik suroboyoan,” kata Eri. Perbedaan dengan batik yang lain memang cuma di motif berkarakter Surabaya. Namun, batik buatan UMKM Surabaya itu ditujukan untuk menguatkan kemandirian warga dalam kehidupan sosial ekonomi. UMKM batik akan bertahan dan berkembang jika produknya terserap oleh masyarakat.
Melalui karnaval, kami mencoba lebih mengenalkan batik suroboyoan.
Eri melanjutkan, pihaknya sebenarnya mengimbau warga yang datang ke karnaval berbusana batik atau setidaknya berbusana produk dalam negeri. Meski lebih terasa seperti pasar malam, panitia mencoba mengembuskan narasi kepada warga untuk tetap mencintai produk lokal dan dalam negeri. Semangat itu terinspirasi dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang berintikan berbangsa, bertanah air, dan berbahasa persatuan Indonesia.
Catatan Kompas, kegiatan di Jalan Tunjungan yang sebelumnya dinamai Tunjungan Romansa diluncurkan oleh Eri Cahyadi bersama Bank Indonesia Perwakilan Jatim pada 21 November 2021. Tunjungan Romansa bertujuan menggairahkan kembali ekonomi warga, terutama di Jalan Tunjungan, yang juga terdampak pandemi Covid-19.
Namun, Tunjungan Romansa bukan merupakan kegiatan insidental, kecuali saat pembukaan yang mengharuskan penutupan jalan legendaris itu. Tunjungan Romansa masih bisa dinikmati terutama pada akhir pekan dan malam dengan hiburan musik dan seni di trotoar. Karnaval nang Tunjungan lebih merupakan kegiatan insidental yang menghadirkan stan UMKM sehingga panitia terpaksa menutup jalan dan merekayasa pengaturan lalu lintas.
Di masa kepemimpinan Tri Rismaharini (kini Menteri Sosial), di Jalan Tunjungan diadakan Festival Mlaku-mlaku nang Tunjungan. Kegiatan itu insidental dan lebih serupa dengan Karnaval nang Tunjungan. Di Mlaku-mlaku atau jalan-jalan itu dihadirkan stan UMKM makanan-minuman dengan tujuan masyarakat tetap melestarikan dan menikmati berbagai penganan tradisional dan khas suroboyoan, disertai adanya hiburan.