Sedikitnya Delapan Juta Anggota Pramuka Potensial Merawat Nilai Sumpah Pemuda
Pendidikan karakter yang ada di dalam kepramukaan dianggap mampu memperkuat nilai-nilai sumpah pemuda. Hal ini diharapkan bisa menjaga nilai kebersamaan dan toleransi dalam menghadapi masa depan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pendidikan karakter dalam kepramukaan dianggap mampu mendorong rasa persatuan dan cinta Tanah Air. Sedikitnya 8 juta Pramuka di Jawa Barat berpotensi besar merawat nilai-nilai dari Sumpah Pemuda tersebut.
Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jabar Atalia Praratya di Kampus Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Jabar, Jumat (28/10/2022), mengungkapkan, momentum Sumpah Pemuda menjadi pengingat mempererat persatuan dan cinta Tanah Air. Nilai-nilai ini diajarkan dalam kegiatan kepramukaan yang kerap dilakukan dalam dunia pendidikan.
Dengan jumlah anggota yang mencapai 8 juta orang di Jabar, Atalia meyakini Pramuka memiliki peran penting menjaga keutuhan bangsa di Jabar. Apalagi, kegiatan kepramukaan dilakukan sejak sekolah dasar hingga ke jenjang perguruan tinggi.
”Pramuka itu hadir di semua level pendidikan. Jadi, sebagai pendidikan karakter, kepramukaan lekat dengan kehidupan pemuda. Dengan nilai-nilai yang diajarkan, pemuda siap menghadapi tantangan bangsa yang luar biasa di masa depan,” ujarnya.
Selain membekali para peserta didik dengan berbagai keahlian, Atalia melihat Pramuka sebagai pelekat persatuan bangsa. Hal ini dilihat dari berbagai prinsip yang diajarkan, mulai dari toleransi hingga membantu sesama.
Hal ini, lanjut Atalia, bisa dilihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan para anggota Pramuka. Di samping pendidikan yang beradaptasi dengan teknologi, di tengah pandemi, berbagai kegiatan dari peserta didik, mulai dari sosialisasi protokol kesehatan hingga pemberian bantuan sosial, terus dilakukan.
”Apa yang diberikan kepada anak-anak dan remaja ini agar lebih tangguh menghadapi masa depan. Bahkan, dukungan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi ini diperlukan untuk mencetak pemimpin yang tangguh,” kata Atalia saat ditemui seusai menghadiri pelantikan Majelis Pembimbing dan Pengurus Gugus Depan Pramuka Universitas Padjadjaran masa bakti 2022-2024.
Di jenjang perguruan tinggi, kegiatan kepramukaan menghadapi berbagai tantangan. Menurut Ketua Harian Majelis Pembimbing Gudep Unpad Ganjar Kurnia, hal ini terjadi karena mahasiswa memiliki banyak pilihan dalam berkegiatan.
Selain itu, lanjut Ganjar, kegiatan yang ada dinilai hanya untuk siswa sekolah sehingga banyak mahasiswa yang tidak tertarik. Padahal, dalam kegiatan Pramuka, ada banyak aspek yang bisa digali untuk mengembangkan kemampuan diri.
Untuk menghadapi hal tersebut, Ganjar berujar, pihaknya akan mencoba berkegiatan di aspek yang belum banyak digali oleh orang-orang kebanyakan. Dia menilai, aspek tersebut bisa meliputi kegiatan sosial hingga peningkatan kemampuan yang bisa dikolaborasikan dengan materi perkuliahan atau kredit nilai bagi mahasiswa.
”Ini merupakan blue ocean strategy (strategi samudra biru) atau masuk ke bidang yang belum dieksplorasi. Apalagi, kegiatan sosial ini masuk ke dalam prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi, meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” ujarnya.
Keinginan untuk berbagi dan mencari relasi di Pramuka inilah yang membuat Zulaika Aviola (19) ikut Pramuka hingga saat ini. Mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran angkatan 2021 ini tetap melanjutkan kegiatan kepramukaan yang dia geluti sebelumnya.
Zulaika juga melihat prinsip kepramukaan itu mencerminkan nilai toleransi dan saling berbagi. ”Saya merasa lebih berguna saat melakukan bakti sosial dan melihat orang-orang bahagia. Walaupun teman-teman bingung kenapa saya masih ikut Pramuka dan dikira cuma dapat daki saja,” ujarnya.