Kisah Nasifa, Satu-satunya Pasien Anak Gangguan Ginjal Akut yang Masih Bertahan di Kepri
Nasifa, seorang pasien gangguan ginjal akut masih berjuang untuk bertahan hidup dengan pertolongan para dokter di RS Badan Pengusahaan Batam, Kepulauan Riau.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
PANDU WIYOGA
Pasangan suami istri, Eva Nurmala (34) dan Lamhari (39), melihat anak ketiga mereka, Nasifa (2,8), dari balik kaca di ruang ruang perawatan intensif khusus anak (PICU) di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam, Kota Batam, Kepulauan Riau, Kamis (27/10/2022). Nasifa dirawat di rumah sakit tersebut sejak satu bulan lalu karena mengidap gangguan ginjal akut.
Nasifa terbaring tak sadar di ruang perawatan intensif khusus anak (PICU) di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam, Kota Batam, Kepulauan Riau. Sudah satu bulan anak perempuan berusia 2 tahun 8 bulan itu dirawat di sana karena gangguan ginjal akut.
Tak jauh dari ruang tempat Nasifa dirawat, orangtuanya, Eva Nurmala (34) dan Lamhari (39), duduk menunggu di sofa panjang. Sampai kini, mereka masih tak mengerti mengapa Nasifa sampai mengidap gangguan ginjal akut.
Dengan mata merah dan berkaca-kaca, Eva menuturkan, awalnya Nasifa mengalami demam dan batuk pada 20 September 2022. Ia lalu membawa anak perempuan itu ke bidan dekat tempat tinggalnya di Kecamatan Batam Kota.
Dari bidan tersebut, Eva diberi sejumlah obat yang satu di antaranya adalah obat sirop untuk batuk. Eva tak dapat mengingat merek sirop tersebut karena kemudian obat itu dibuang oleh Lamhari karena Nasifa muntah ketika mengonsumsinya.
”Enggak lama setelah itu, dia (Nasifa) jadi lemas dan berhenti buang air kecil. Kaki, tangan, dan muka dia kemudian membengkak,” kata Eva, Kamis (27/10/2022).
KOMPAS/PANDU WIYOGA
Salah satu tenaga medis di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam, Kepulauan Riau, bersiap menangani pasien Covid-19, Jumat (1/5/2020).
Eva dan Lamhari kemudian membawa Nasifa ke RS Hj Bunda Halimah pada 24 September 2022. Tiga hari dirawat di RS itu, Nasifa belum juga dapat buang air kecil. Oleh karena itu, ia kemudian dirujuk ke RS Badan Pengusahaan Batam.
Eva mengatakan, pada 1 Oktober dini hari, kondisi Nasifa memburuk. Ia kemudian dirawat secara intensif dan dipasang ventilator sebagai alat bantu nafas. Sampai saat ini, anak perempuan itu belum sadar.
Dokter spesialis anak di RS Badan Pengusahaan Batam, Ronald Chandra, mengatakan, berat badan Nasifa meningkat dari 8,7 kilogram (kg) menjadi 11 kg. Hal itu disebabkan Nasifa yang tidak bisa buang air kecil akibat gangguan ginjal akut.
Menurut dia, lebih kurang selama dua minggu terakhir Nasifa menjalani cuci darah lewat perut. Perlahan, kondisinya mulai membaik. Ada peningkatan fungsi ginjal dan ia mulai dapat buang air kecil kembali.
”Dalam dua hari ini kencingnya sudah di atas 1 sentimeter kubik (cubical centimeter/cc) per kg berat badan per jam. Maka, kami stop dulu untuk cuci darah dan akan kami evaluasi kencingnya nanti bagaimana,” ujar Ronald.
Enam anak meninggal
Pada Senin (24/10/2022), Kepala Dinas Kesehatan Kepri Mohammad Bisri mengatakan, ada tujuh anak yang mengidap gangguan ginjal akut di Kepri. Nasifa merupakan satu-satunya pasien yang masih bertahan hidup.
Enam pasien gangguan ginjal yang meninggal itu 3 orang berasal dari Kabupaten Karimun, 2 dari Kota Tanjung Pinang, dan 1 dari Kota Batam. Kasus gangguan ginjal pada anak di Kepri telah terjadi sejak Agustus lalu, tetapi baru terungkap ke publik pada pertengahan Oktober 2022.
”Kami sudah mengumpulkan semua dokter spesialis anak perwakilan dari seluruh rumah sakit di Kepri untuk dimintai data kasus gangguan ginjal akut pada anak. Kami berharap angka kematian dan pasien baru tidak bertambah lagi,” kata Bisri.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada konferensi pers di Jakarta mengatakan, hasil uji toksikologi menunjukkan terdapat senyawa berbahaya pada anak-anak dengan gangguan ginjal akut. Dari pemeriksaan biopsi juga terkonfirmasi ginjal mereka rusak yang bisa diakibatkan senyawa tersebut.
Perawat berjalan keluar dari ruang periksa poliklinik spesialis nefrologi di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Kiara RSUP Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Senyawa berbahaya yang dimaksud ialah etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butil ether (EGBE). Ketiga zat kimia tersebut ditemukan sebagai cemaran pada senyawa propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin/gliserol yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan pada obat cair atau sirop.
Pada 22 Oktober, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, sebelumnya obat penawar untuk pasien gangguan ginjal akut didatangkan dari Singapura dalam jumlah terbatas. Obat tersebut baru didistribusikan ke sejumlah rumah sakit dengan jumlah pasien yang tinggi, seperti RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, RSUP Dr Sardjito DI Yogyakarta, dan RSUP Prof Ngoerah Bali.
Obat penawar yang dimaksud adalah Fomepizole. Obat ini digunakan sebagai penawar racun dari senyawa etilen glikol dan dapat digunakan bersamaan dengan tata laksana dialisis (cuci darah) untuk mengeluarkan racun di dalam tubuh. Menurut Dante, pemberian obat ini sebanyak 0,6 miligram per kilogram berat badan per hari.
Eva dan Lamhari pun terus berdoa agar para petugas kesehatan bekerja dengan baik dan Nasifa kembali pulih seperti sedia kala.