Ibarat Covid-19, bahaya radikalisme masih terus mengancam. Perlu kerja sama berbagai pihak agar bahaya ini tidak terus menimbulkan korban dan memengaruhi orang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Upaya menghentikan penyebaran paham radikalisme idealnya dilakukan serupa saat mengantisipasi Covid-19. Kerja bersama semua pihak harus dilatih agar peka mengantisipasi potensi deradikalisasi di sekitarnya.
Data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan, selama 20 tahun terakhir, terjadi 183 insiden terorisme di Indonesia. Pelakunya mencapai 2.515 orang memicu 385 tewas dan 1.313 terluka.
”Seperti pandemi, kerja sama penanggulangan paham radikalisme tidak bisa sendiri. Peran serta berbagai pihak sangat dibutuhkan,” ujar Kepala BNPT Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar di sela-sela peresmian Wadah Akur Rukun Gelorakan (Warung) NKRI di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (24/10/2022).
Salah satu kerja sama yang dilakukan, kata Boy Rafli, diimplementasikan lewat Warung NKRI. Tempat itu didirikan bersama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Warung NKRI bakal menjadi sarana melakukan beragam upaya deradikalisasi, melalui dialog, diskusi, hingga kegiatan budaya.
”Seperti penderita Covid-19, sering kali orang yang berpaham radikal tersebut seperti OTG (orang tanpa gejala), tidak semua terlihat dari perilakunya,” ujarnya.
Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono menyambut baik pendirian Warung NKRI. Kegiatan pencegahan radikalisasi bakal mendukung laju wisata Borobudur. Edy juga menjanjikan akan membantu melakukan upaya pencegahan serupa di balkondes atau tempat lain di sekitar Candi Borobudur.
”Kegiatan-kegiatan bernapaskan semangat toleransi dan inklusif sangat penting dilakukan untuk mendukung aktivitas wisata di kawasan Candi Borobudur dan sekitarnya,” ujarnya.