Arsitek Muda Diharapkan Berkontribusi Memperkuat Identitas Kota
Para arsitek muda ditantang untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah, terutama dalam merancang fasilitas publik. Kreativitas dibalut kearifan lokal menjadi faktor penting untuk memperkuat ikon dan identitas kota.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Para arsitek muda ditantang untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah terutama dalam merancang fasilitas publik. Kreativitas dibalut kearifan lokal menjadi faktor penting untuk memperkuat ikon dan identitas kota. Hanya saja, para arsitek muda kerap dipandang sebelah mata karena dianggap kurang berpengalaman.
Pandangan ini mengemuka dalam pameran arsitektur bertajuk Linimassa yang digelar di Palembang, Jumat (21/10/2022). Sebanyak 12 studio arsitektur yang beroperasi di Palembang memamerkan rancangan bangunannya. Pada pameran tersebut tidak hanya arsitek muda yang hadir, tetapi juga para pencipta konten, fotografer, perancang interior, dan insan kreatif lain.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Provinsi Sumatera Selatan Basyarudin Akhmad mengatakan, arsitek muda di Palembang dibutuhkan kontribusinya untuk merancang kota agar memiliki ruang publik yang ikonik. ”Tidak hanya di Palembang, tetapi mereka juga bisa merambah hingga ke daerah lain,” ucapnya.
Menurut dia, arsitek muda memiliki keunggulan dalam menciptakan rancang bangun kekinian. ”Rancangan itu tentu akan menjadi keunikan tersendiri untuk berbagai fasilitas umum seperti desain lanskap, gerbang kota, patung, taman kota, dan fasilitas publik yang lain,” ucapnya.
Beberapa kota besar di Jawa, seperti Bandung, Surabaya, dan Semarang, memiliki desain bangunan dan ruang publik yang sangat menarik, seperti trotoar dengan hiasan bola-bola di atasnya atau beragam patung memukau yang diletakkan di taman kota.
Seharusnya Palembang juga bisa melakukan hal serupa karena memiliki beragam keunggulan, yakni kota sungai dan kota transportasi yang terintegrasi. ”Jadikan Palembang sebagai kota metropolitan penghubung kreativitas,” ucapnya.
Basyarudin menilai, Palembang memiliki beragam keunikan yang bisa menjadi daya tarik, antara lain, motif songket dan budaya sungai. Dengan keunggulan itu, Palembang bisa menjadi kota tepi sungai (water front city) yang tentu akan menarik bagi para wisatawan.
Keunggulan ini sudah diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 2 Tahun 2021 Arsitektur tentang bangunan gedung berornamen jati diri budaya di Sumatera Selatan. ”Kami juga berdiskusi dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Sumsel dalam merancang perda ini,” ucap Basyarudin.
Ketua IAI Sumsel Ahmad Ardani mengatakan, setiap daerah di Sumsel memiliki keunikannya sendiri. Kearifan lokal itulah yang bisa menjadi ornamen yang mempermanis sebuah bangunan. ”Kearifan lokal inilah yang seharusnya dikedepankan oleh arsitek muda di Palembang,” ucapnya.
Selama ini, ujar Ardani, ada salah pemahaman dari warga di mana banyak yang berpandangan bahwa kearifan lokal adalah tanjak. Padahal, dengan tiang bermotif songket itu merupakan salah satu bentuk dari kearifan lokal. ”Jangan sampai ada tanjaknisasi (topi khas Sumsel) seperti yang pernah terjadi di Jawa Tengah, yakni joglonisasi," kata Ardani.
Pencetus Prolog, sebuah komunitas pegiat industri kreatif, Claudy Noor Fathia, menyebutkan, banyak pegiat industri kreatif, termasuk arsitek muda, yang dipandang sebelah mata lantaran kurang jam terbang. Karena itu, komunitas ini dibentuk agar para arsitek muda yang memiliki rentang usia 25 tahun-35 tahun ini memiliki wadah untuk bertukar kreasi satu sama lain.
Dengan begitu diharapkan arsitek muda bisa lebih berkontribusi untuk pembangunan kota Palembang demi mewujudkan kota metropolitan. ”Di sini kita sama-sama mengembangkan diri,” ujar Claudy.