Pemeliharaan Tol Terpeka Ditarget Selesai Sebelum Libur Nataru
PT Hutama Karya tengah melakukan pemeliharaan jembatan sodong dan jembatan tedongram di ruas Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung sejak Agustus 2022. Pengerjaan ditargetkan selesai sebelum Nataru.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS - PT Hutama Karya tengah melakukan pemeliharaan ruas Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Tol Terpeka). Saat ini pekerja sedang memperbaiki kondisi jembatan Sodong dan jembatan Tedongram yang ditargetkan selesai sebelum masa libur Natal dan Tahun Baru.
"Pengerjaan pemeliharaan dua jembatan ini telah dimulai sejak Agustus 2022 lalu. Dan saat ini telah memasuki tahapan timbunan jalan pendekat jembatan," kata Executive Vice President Divisi Operasi dan Pemeliharaan Jalan Tol Hutama Karya Dwi Aryono Bayuaji, Kamis (20/10/2022).
Menurut dia, progres pengerjaan Jembatan Sodong di Kilometer 252+500 hingga Kilometer 254+200 telah mencapai 50 persen. Sementara progres pengerjaan jembatan Tedongram di Kilometer 248+500 hingga Kilometer 249+600 telah mencapai 45 persen.
Pemeliharaan kedua jembatan itu dilakukan dengan menggunakan teknik pile slab. Dengan metode itu, kondisi jembatan Sodong dan Tedongram diharapkan bisa lebih kokoh. Teknik pile slab sendiri merupakan struktur pondasi yang ditumpu oleh kelompok tiang pancang dan diikat dengan pile cap untuk menahan beban.
Ia optimistis, pemeliharaan dua jembatan itu bisa rampung pada awal Desember 2022. Dengan begitu, Jalan Tol Terpeka dalam kondisi prima saat digunakan pada masa mudik Natal dan Tahun Baru.
Dengan adanya pemeliharaan itu, Hutama Karya memberlakukan rekayasa lalu lintas dengan skema contraflow sejak awal pengerjaan jembatan. Skema contraflow diterapkan mulai dari Kilometer 248+500 hingga Kilometer 249+600 dan Kilometer 252+500 hingga Kilometer 254+200.
Pihaknya juga mengimbau agar pengguna jalan tol berhati-hati dan mematuhi ketentuan dan tata tertib yang berlaku di jalan tol. Selain itu, pengguna jalan tol diharapkan mematuhi kecepatan minimum dan maksimum saat berkendara di jalan tol. Pengendara juga dapat beristirahat di rest area yang telah dibangun di ruas tol saat merasa lelah atau mengantuk untuk mengindari insiden kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian manusia.
Keselamatan
Rustam (40), sopir truk lintas provinsi berharap, pengelola tol juga memperbaiki kondisi jalan yang bergelombang dan bisa membahayakan pengemudi. Salain itu, sarana penerangan jalan tol juga perlu ditingkatkan agar tidak terlalu gelap saat malam hari.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno menuturkan, penyebab paling sering yang memicu kecelakaan di jalan tol adalah karena sopir mengantuk. Truk menjadi kendaraan yang berisiko besar ditabrak dari belakang. Saat tabrakan, mobil yang menabrak biasanya masuk ke dalam kolong truk dan pengemudinya mengalami luka berat hingga meninggal.
Ia menambahkan, kefatalan dalam kecelakaan itu bisa ditekan jika truk dilengkapi perisai. Perisai yang dipasang pada bagian belakang atau samping itu bisa menekan risiko mobil yang menabrak masuk ke dalam kolong truk. Dengan begitu, dampak kecelakaan diharapkan tidak sampai menimbulkan korban jiwa.