Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah terus berupaya menjaga kreativitas, eksistensi produk, dan pemasaran lewat acara pameran.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah terus berupaya menjaga kreativitas, eksistensi produk, dan pemasaran lewat acara pameran. Promosi produk harus terus dilakukan agar pelaku UMKM mendapat peluang pasar pascapandemi Covid-19.
Situasi pandemi Covid-19 yang sudah terkendali membuat berbagai acara pameran produk batik dan tapis Lampung bisa kembali digelar. Tahun ini, Pemprov Lampung kembali menggelar acara Lampung Craft 2022 sebagai sarana promosi produk UMKM. Pameran yang berlangsung pada 19-23 Oktober 2022 itu menampilkan puluhan produk batik dan tapis dari 15 kabupaten/kota di Lampung serta luar daerah.
Sulastri (38), salah satu perajin batik tulis Lampung, mengungkapkan, pelaku UMKM masih kesulitan mencari pasar akibat dampak pandemi Covid-19. Dukungan pemerintah untuk memperluas pasar lewat berbagai acara pameran sangat berarti bagi UMKM.
”Pesanan batik untuk seragam para ASN memang sudah ada, tapi jumlahnya tidak begitu banyak,” kata Sulastri di sela-sela acara Lampung Craft di Bandar Lampung, Rabu (19/10/2022).
Sulastri menuturkan, strateginya untuk bertahan adalah tetap menjaga kreativitas dan eksistensi produk. Setiap tiga bulan ia menciptakan motif batik terbaru untuk dipromosikan. Selain itu, Sulastri juga tetap mempertahankan penggunaan pewarna alami sebagai salah satu keunggulan produknya.
Tak ketinggalan, ia juga aktif mengikuti berbagai pameran di Lampung hingga luar daerah untuk memperkenalkan merek As-Syafa Batik Tulis Lampung. ”Acara pameran menang tidak menjamin produk kita bisa langsung habis terjual, tapi ini bisa menjadi ajang promosi. Saya bisa memperkenalkan produk dan memberikan kartu nama kepada setiap pengunjung,” katanya.
Selain pemasaran, pelaku UMKM juga harus bersiasat menjaga kualitas produk di tengah kenaikan harga bahan baku, seperti kain dan benang. Di saat penjualan belum pulih seperti sekarang ini, sulit bagi perajin untuk menaikkan harga batik.
Sementara itu, Rahayu (60), perajin tapis Lampung, menuturkan, ia tetap mempertahankan keunikan produknya tapisnya. Lewat tapis, ia menciptakan berbagai cerita menarik tentang kehidupan masyarakat Lampung.
”Saya mempertahankan produk tapis mulang tiyuh yang artinya pulang kampung. Motif tapis menggambarkan kehidupan masyarakat Lampung,” katanya.
Selain mengikuti berbagai pameran, ia juga memanfaatkan pemasaran digital melalui media sosial dan toko daring. Pemasaran itu tetap diperlukan sebagai upaya adaptasi pelaku UMKM menghadapi era digital.
Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Riana Sari menuturkan, pemerintah berupaya membangkitkan kembali perekonomian yang lesu akibat pandemi Covid-19 untuk membantu pelaku UMKM. Salah satunya dengan menggelar pameran serta mempromosikan produk UMKM Lampung ke level nasional hingga internasional.
”Jika perajin bertahan, bangkit, dan terus maju tentu dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dan daya saing sehingga mampu bertahan,” katanya.
Selain ajang promosi, acara itu juga menjadi wadah edukasi bagi para perajin dan masyarakat Lampung yang tertarik dengan keanekaragaman budaya dan wastra Lampung. Lewat kegiatan itu, pemerintah juga mendorong agar perajin batik dan tapis di Lampung terus berinovasi dan menjaga eksistensi produk.
Sementara itu, Gubernur Arinal Djunaidi berharap, sektor UMKM dapat menjadi motor penggerak dalam kebangkitan perekonomian Lampung pascapandemi Covid-19. Ekonomi kerakyatan harus terus digerakkan agar perekonomian masyarakat di pedesaan berputar.
Berdasarkan data yang dihimpun Pemprov Lampung, jumlah pelaku UMKM di Lampung sebanyak 192.234 unit. Sebagian besar pelaku UMKM bergerak di bidang kuliner, tekstil, dan kerajinan lokal.
Untuk mendukung promosi, Pemprov Lampung berencana membangun sentra promosi UMKM di sejumlah titik. Selain di Bandar Lampung, sentra UMKM juga akan dibangun di kawasan Harbour City Bakauheni.