Penyerapan Optimal, Bulog Cirebon Jamin Stok Beras Aman hingga April 2023
Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon mengklaim stok beras di Bulog aman hingga April 2023. Bulog meminta masyarakat tidak khawatir dengan kenaikan harga beras.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon telah menyerap lebih dari 50.000 ton beras dari petani hingga Oktober tahun ini. Bulog pun menjamin jumlah tersebut aman untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat di Cirebon dan sekitarnya hingga April 2023.
Pemimpin Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon Budi Saltika memaparkan, hingga Jumat (14/10/2022), pengadaan beras dari berbagi mitra Bulog sudah mencapai 50.925 ton. Jumlah itu sudah mencapai sekitar 138 persen dari target penyerapan beras tahun ini, 36.638 ton.
Saat ini, stok beras di 10 kompleks pergudangan Bulog Cirebon yang tersebar di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Majalengka, dan Kuningan tercatat 41.377 ton. ”Jumlah ini cukup besar dan aman sampai April 2023. Selanjutnya, ada tambahan stok beras lagi dari panen raya,” ucapnya.
Menurut Budi, stok beras tersebut sebenarnya bisa bertahan hingga akhir tahun depan. Namun, Bulog Cirebon juga memasok beras untuk daerah lain di Jabar, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, hingga Kalimantan. Pemindahan itu berdasarkan arahan Perum Bulog.
Pihaknya juga masih berupaya membeli gabah dan beras dari petani meski harganya cenderung naik Rp 200-Rp 300 per kilogram. ”Kami juga mengoptimalkan penyerapan dengan fleksibilitas harga (pembelian pemerintah) untuk beras dari Rp 8.300 menjadi Rp 8.800 per kg,” katanya.
Peningkatan harga beras dipengaruhi beragam faktor. Mulai dari masa paceklik dan bencana alam di sejumlah daerah hingga masalah global, seperti perang Ukraina dan Rusia, dan ancaman krisis pangan. Kenaikan harga bahan bakar minyak juga berdampak pada ongkos distribusi beras.
Budi meminta masyarakat di Cirebon dan sekitarnya tidak khawatir dengan kenaikan harga beras. Selain memastikan stok aman enam bulan ke depan, pihaknya juga menjual beras medium berkisar Rp 8.300 per kg atau di bawah harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 9.540 per kg.
”Kami juga sedang berkoordinasi dengan pemda di wilayah Cirebon untuk menjual beras secara ritel. Kami akan siapkan penjualan mobile langsung ke perumahan-perumahan. Harganya tetap di bawah HET,” ujarnya. Pihaknya pun siap memasok beras jika pemda menggelar pasar murah.
H Jumair, pengusaha penggilingan padi, mengatakan, harga gabah kering panen (GKP) di petani melebihi HPP Rp 4.200 per kg. ”Kemarin, harganya Rp 5.600 per kg. Sekarang, karena banyak hujan, harganya turun jadi Rp 5.455 per kg. Ini bisa naik lagi kalau cuaca bagus,” katanya.
Menurut dia, kesulitan petani mendapatkan pupuk bersubsidi hingga kenaikan harga BBM membuat ongkos produksi beras meningkat. Ia mencontohkan, ongkos mengirim beras dengan truk dari Cirebon ke Jakarta saja mengalami kenaikan Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per sekali jalan.
”Pengusaha penggilingan padi juga mengeluhkan pembatasan kuota BBM bersubsidi yang hanya 30 liter per hari. Ini hanya cukup menggiling padi 2-3 jam saja. Kami berharap kuotanya ditambah. Minimal 100 liter per hari,” ucapnya.