Menara Transmisi Tertimpa Pohon, Dua Kabupaten di Kalteng Mati Listrik
Masyarakat Kalimantan Tengah kini masih dilanda banjir yang setiap hari terus meluas. Kini, dua kabupaten mati listrik lantaran menara transmisi tertimpa pohon tumbang.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Hujan deras disertai angin kencang menumbangkan pohon-pohon hingga menimpa menara transmisi PT PLN (Persero) di Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, Selasa (11/10/2022). Akibatnya, meski terpaut ratusan kilometer, aliran listrik di Kabupaten Kotawaringin barat dan Kotawaringin Timur terputus kurang lebih dua hari terakhir.
Manager Komunikasi PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (PLN UIW Kalselteng) Winardi, Kamis (13/10/2022), menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pelanggan PLN di Kalteng. Dia mengatakan, terhentinya suplai listrik di sebagian wilayah tersebut diakibatkan indikasi gangguan pada sistem transmisi.
Pada Selasa malam, lanjut Winardi, hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang dan petir melanda sebagian besar wilayah di Kalteng dan menumbangkan sejumlah pohon yang menimpa menara transmisi.
Akibatnya, pasokan listrik pada saluran udara tegangan tinggi (sutet) dengan kapasitas 150 kilovolt (kV) pada jalur transmisi Kasongan-Parenggean-Sudan terhenti. Padahal, sutet itu menyuplai listrik untuk Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur.
Pangkalan Bun, ibu kota Kotawaringin Barat, berjarak sekitar 370 km dari Kasongan, sedangkan dari Kasongan, Sampit, ibu kota Kotawaringin Timur, berjarak sekitar 140 km.
Winardi mengatakan, sejauh ini petugas PT PLN masih berusaha menangani kerusakan atau gangguan sistem kelistrikan yang terjadi secara bertahap. Pihaknya mengirim tiga tim pemeliharaan dan satu tim khusus pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB).
PT PLN juga berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Alasannya, mereka harus melintasi akses rawa gambut yang kebanjiran sehingga harus menempuh perjalanan sekitar 4 kilometer.
”Kami menyiapkan suplai cadangan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Baamang yang terletak di Kotawaringin Timur dan PLTD Kumai di Kotawaringin Barat,” ungkap Winardi.
Budi Baskoro, warga Pangkalan Bun, mengungkapkan, listrik mati total pada Selasa sekitar pukul 21.30 dan belum menyala sampai Kamis sore. Informasi yang ia terima, dalam waktu dekat pemerintah bakal mulai menyuplai listrik, tetapi bergiliran.
”Namun, sampai saat ini, saya dan keluarga belum merasakan listrik bergilir itu, masih black out di sini,” ungkapnya saat dihubungi pada Kamis sore.
Budi menyayangkan pemerintah dan PT PLN yang tidak mengantisipasi kejadian tersebut. Jaringan listrik seharusnya terpantau 24 jam sehingga saat ada kerusakan ia berharap sudah ada cadangan suplai listrik ke warga. ”Manajemen krisisnya enggak jalan, harusnya sudah terantisipasi. Ini sudah dua hari lebih mati total listrik,” ungkap Budi.
Cuaca ekstrem melanda Kalteng yang baru memasuki musim hujan. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Alpius Patanan menjelaskan, pihaknya tengah mendata dan mengawasi lokasi-lokasi banjir. Ia juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang terjadi saat ini di hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah.
Data BPBPK menunjukkan, banjir meluas ke tujuh kabupaten, yaitu Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, Lamandau, Pulang Pisau, Murung Raya, dan Kabupaten Sukamara. Sedikitnya 23.663 orang di 119 desa dan kelurahan terdampak.
”Kami terus melakukan pemantauan di lapangan dan melakukan pendataan. Kami juga memberikan bantuan kepada masyarakat,” ungkap Alpius.