Mengobarkan Semangat Pantang Menyerah Pangeran Antasari
Peringatan 160 tahun wafat Pangeran Antasari pada 2022 jadi momentum untuk mengobarkan kembali semangat pantang menyerah pahlawan nasional pertama dari Kalimantan Selatan itu. Semangatnya tetap relevan untuk dihidupi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Anggota Gerakan Pramuka berdoa di makam pahlawan nasional Pangeran Antasari pada peringatan 160 tahun wafat Pangeran Antasari di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (11/10/2022). Pangeran Antasari wafat pada umur 65 tahun. Ia menjadi pahlawan nasional pertama dari Kalimantan Selatan.
Peringatan 160 tahun wafat Pangeran Antasari pada 2022 jadi momentum untuk mengobarkan kembali semangat pantang menyerah pahlawan nasional pertama dari Kalimantan Selatan itu. Semangat pantang menyerah yang menjiwai Antasari dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda tetap relevan dan perlu terus dihidupi dalam berbagai aspek kehidupan.
Beberapa anggota Gerakan Pramuka memasuki kompleks makam pahlawan nasional Pangeran Antasari di Jalan Malkon Temon, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (11/10/2022). Mereka berdiri mengelilingi pusara Pangeran Antasari yang dipenuhi taburan bunga.
Di depan pusara Pangeran Antasari, enam anggota Pramuka itu berdoa dengan khusyuk. Pusara Pangeran Antasari dikelilingi pagar besi bercat kuning. Bagian atas pagar itu dibalut dengan kain berwarna hijau. Di pagar tersebut juga terpampang pigura uang kertas pecahan Rp 2.000 tahun emisi 2009 bergambar Pangeran Antasari.
”Jasa Pangeran Antasari bagi bangsa dan negara sangat besar. Sudah sepatutnya kita semua menghargai pahlawan nasional ini dan selalu mengingat jasa-jasanya,” kata Muhammad Noor Saleh (16), siswa kelas X SMA Negeri 5 Banjarmasin.
Semasa hidupnya, Pangeran Antasari (1797-1862) selalu mengobarkan semangat pantang menyerah dengan semboyan haram manyarah, waja sampai ka puting. Semboyan itu berarti ’perjuangan yang tidak mengenal menyerah, dengan tekad baja hingga akhir’.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Wajah pahlawan nasional Pangeran Antasari pada pecahan uang kertas Rp 2.000 terpampang di makamnya pada peringatan 160 tahun wafat Pangeran Antasari di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (11/10/2022).
Menurut Saleh, semangat perjuangan Pangeran Antasari harus terus dihidupi dan membara dalam diri anak-anak muda zaman sekarang. ”Sebagai generasi penerus bangsa, kami juga harus pantang menyerah untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif agar Kalimantan Selatan dan Indonesia bisa lebih maju,” ujarnya.
Sebelum berdoa di pusara Pangeran Antasari, Saleh bersama beberapa anggota Pramuka lainnya mengikuti upacara peringatan 160 tahun wafat Pangeran Antasari yang dipimpin oleh Gubernur Kalsel Sahbirin Noor. Upacara peringatan itu juga diikuti jajaran forum koordinasi pimpinan daerah Kalsel.
Saat upacara, Sahbirin membacakan beberapa pesan Pangeran Antasari yang sangat kuat dan perlu tetap dihidupi sampai sekarang. Semua pesan itu diungkapkan dalam bahasa Banjar. Setidaknya, ada tujuh pesan Pangeran Antasari. Pesan pertamanya berbunyi haram manyarah, waja sampai ka puting.
”Sampai hari ini, semangat pantang menyerah itu harus tetap dimiliki setiap anak bangsa, termasuk kita semua yang ada di sini,” katanya.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Para peziarah meninggalkan kompleks makam pahlawan nasional Pangeran Antasari seusai peringatan 160 tahun wafat Pangeran Antasari di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (11/10/2022).
Tak lekang
Menurut Sahbirin, semangat dan nilai-nilai kejuangan dari pahlawan nasional Pangeran Antasari tak pernah lekang oleh waktu. ”Nilai kejuangan itu tidak lapuk terkena hujan dan panas. Semangatnya terus membara untuk Banua (Kalsel) dan Tanah Air sampai hari ini,” ujarnya.
Wakil Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kalsel H Riyadi tak lupa membacakan riwayat singkat Pangeran Antasari. Pangeran Antasari terlahir dengan nama Gusti Inu Kartapati. Ia lahir pada 1797 di Desa Kayu Tangi, Kesultanan Banjar. Ayahnya bernama Mashud dan ibunya bernama Gusti Khadijah.
Keluarga Pangeran Antasari merupakan pemimpin di Kerajaan Banjar. Pada 14 Maret 1862, Pangeran Antasari mulai memerintah di Kesultanan Banjar menggantikan Sultan Hidayatullah yang ditangkap Belanda dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Antasari dinobatkan menjadi raja dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Pangeran Antasari juga diyakini tidak hanya memimpin masyarakat Banjar, tetapi juga memimpin masyarakat Ngaju, Murung, Bakumpai, sampai Kutai. ”Pangeran Antasari benar-benar menunjukkan jiwa kepahlawanan. Bagi Antasari, haram hukumnya untuk menyerah kepada musuh,” kata Riyadi.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Jajaran forum koordinasi pimpinan daerah Kalimantan Selatan menabur bunga di atas makam pahlawan nasional Pangeran Antasari pada peringatan 160 tahun wafat Pangeran Antasari di Banjarmasin, Kalsel, Selasa (11/10/2022).
Pangeran Antasari wafat karena sakit pada 11 Oktober 1862 saat bersama pasukannya di Kampung Bayan Begok, Barito Utara, dan dimakamkan di sana. Saat Indonesia sudah merdeka, pada 11 November 1958, jenazah Pangeran Antasari dipindahkan ke makam pahlawan nasional di Jalan Malkon Temon, belakang Masjid Jami Banjarmasin.
Sepuluh tahun kemudian, atas jasa-jasanya dalam Perang Banjar (1859-1905), Pangeran Antasari dianugerahi gelar pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 06/TK/1968 tertanggal 27 Maret 1968. Antasari pun menjadi pahlawan nasional pertama dari Tanah Banjar.
Ahmad Barjie dalam buku Tokoh Banjar dalam Sejarah, Antara Legenda dan Kisah Nyata (2013) mengungkapkan, Perang Banjar disebut-sebut oleh pihak Belanda sebagai perang terberat dan terlama. Setidaknya, 3.000 tentara Belanda tewas, yang terdiri dari 136 opsir Belanda, 1.000 serdadu kulit putih, 50 serdadu asal Afrika, dan selebihnya serdadu sewaan.
Bagi Antasari, haram hukumnya untuk menyerah kepada musuh.
Nama Antasari di Kalsel, khususnya Banjarmasin sangat terkenal dan diabadikan pada Komando Resor Militer 101/Antasari, Universitas Islam Negeri Antasari, Pasar Sentra Antasari, Jalan Pangeran Antasari, hingga nama sejumlah kompleks perumahan. Provinsi Kalsel pun mendapat julukan ”Bumi Antasari”.
”Antasari adalah seorang pemimpin perang yang karismatik. Ia mampu mengonsolidasikan perjuangan di kawasan Martapura, Banua Lima, Hulu Sungai, hingga ke hulu Sungai Barito. Sambil berperang, Antasari juga aktif berdakwah menyebarkan agama Islam,” tulis Barjie.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor (depan, kanan) memimpin upacara penghormatan kepada pahlawan nasional Pangeran Antasari pada peringatan 160 tahun wafat Pangeran Antasari di Banjarmasin, Selasa (11/10/2022).
Teladan hidup
Sahbirin mengatakan, peringatan wafat Pangeran Antasari menjadi pengingat untuk generasi penerus bangsa saat ini agar tidak pernah melupakan sejarah. Jauh sebelum kita yang hidup sekarang ini, ada orang-orang tua dan para pahlawan yang hidup di masa lampau. Semangat hidup mereka bisa menjadi pedoman hidup.
”Kita hendaknya selalu becermin pada para pahlawan dan menjadikan mereka sebagai contoh atau teladan buat kehidupan kita hari ini dalam hal apa saja,” ujarnya.
Riyadi menambahkan, semangat haram manyarah, waja sampai ka puting dari Pangeran Antasari harus betul-betul diresapi dan menjiwai anak-anak muda zaman sekarang. Anak muda jangan cengeng dan manja, tetapi harus gigih dan pantang menyerah, terutama dalam menciptakan lapangan kerja.
”Anak muda yang hidup di zaman kemerdekaan jangan terlalu mengharapkan apa-apa dari pemerintah, tetapi harus bisa menciptakan lapangan kerja sendiri demi kehidupan yang lebih baik,” kata Ketua Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri (Pepabri) Cabang Banjarmasin itu.
Sampai kapan pun, Pangeran Antasari adalah pahlawan bangsa yang bisa menjadi panutan generasi penerus bangsa masa kini. Semangat pantang menyerah harus terus berkobar dalam mewujudkan Indonesia maju dan bangsa sejahtera.