Jalan Khusus Batubara Masih Nihil, Macet Kian Meluas di Jambi
Jalan-jalan publik di Jambi bertambah macet seiring makin bertambahnya jumlah angkutan batubara yang beroperasi. Jalan khusus angkutan batubara yang dijanjikan masih nihil.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Kebijakan pengalihan arus lalu lintas belum mampu atasi macet yang kian meluas di Jambi akibat membeludaknya angkutan batubara. Masyarakat sesalkan penyediaan jalan khusus batubara masih nihil hingga kini.
Aktivitas tambang batubara di hulu yang terus meningkat dirasakan langsung oleh masyarakat Jambi. Jalan-jalan bertambah macet karena jumlah angkutan batubara semakin banyak dan memenuhi jalan publik. Di sisi lain, jalan khusus angkutan batubara yang dijanjikan Pemerintah Provinsi Jambi belum ada.
Macet rutin berlangsung sejak malam hingga pagi. Kemacetan lebih parah lagi terjadi Minggu (9/10/2022) malam hingga Senin (10/10/2022). Hasbi, warga yang tinggal di wilayah Simpang Rimbo, Jambi, terlambat mencapai tempat kerjanya di wilayah Sebapo, Muaro Jambi. ”Macetnya total. Semakin parah kondisinya sekarang,” ujarnya, Senin.
Macet yang biasanya parah di wilayah Mendalo menuju Muara Bulian kini menyebar ke sepanjang Jalan Lingkar Selatan, Simpang Polsek Kotabaru, hingga jalur menuju Pijoan di Kabupaten Muaro Jambi. Kemacetan parah juga turut menyebar hingga ke Jalan Lingkar Barat di Kota Jambi.
Direktur Lalu Lintas Polda Jambi Komisaris Besar Dhafi mengatakan, kemacetan akibat bertambahnya jumlah angkutan batubara yang memenuhi jalan. ”Sementara lebar jalannya hanya segitu-segitu saja. Ini yang bikin macet semakin parah,” katanya.
Menurut Hasbi, sejak dilakukannya pengalihan arus lalu lintas oleh Direktorat Lalu Lintas Polda Jambi yang berlaku mulai Senin pekan lalu, kemacetan malah jadi merembet luas. Jalur yang biasanya ia lewati kini kerap macet parah.
Kebijakan pengalihan angkutan barang dari arah Kota Jambi ke Kabupaten Batanghari dilarang melewati Jalan Mendalo dan dialihkan melalui Jalan Tempino pada pukul 06.00-09.00 WIB dan pukul 15.00-18.00. Sebaliknya, angkutan yang sama dari arah Kabupaten Batanghari menuju Kota Jambi dilarang melewati Jalan Mendalo pukul 18.00-21.00. Kendaraan dialihkan melewati Jalan Tempino.
Dhafi menyebut timnya langsung mengecek penyebab kemacetan. Kemacetan diperparah akibat adanya titik-titik jalan rusak di Jalan lingkar Selatan II. ”Truk-truk yang melintas harus memperlambat arus lalu lintas. Hal itu menyebabkan kemacetan sampai dengan Terminal Alam Barajo, Simpang Rimbo,” katanya.
Lebar jalannya hanya segitu-segitu saja. Ini yang bikin macet semakin parah.
Untuk mengurai kemacetan itu, petugas dikerahkan untuk mengatur lalu lintas. Selain itu, petugas akan memberlakukan pengalihan truk ke jalur Simpang Jerambah Bolong-Simpang Beringin-Simpang Sukorejo-Simpang Bukit Baling-Simpang Tanjung Lumut. Pengalihan dilakukan pada malam hari.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Harry Andria mengatakan, terjadi peningkatan kuota produksi batubara di Provinsi Jambi yang cukup signifikan. Kuota produksi batubara tahun ini mencapai 40 juta ton. Jumlah kuota itu naik tiga kali lipat dibandingkan tahun 2021 yang kuota produksinya 14,9 juta ton.
Harga batubara dunia juga terus naik. Dalam sebulan terakhir, harga batubara naik 10 dollar AS menjadi 330 dollar AS per ton. Pengamat ekonomi dari Universitas Batanghari, Pantun Bukit, menyebut tingginya permintaan dunia mendorong pelaku pasar terus meningkatkan produksi batubara. Namun, hal itu tidak diiringi penyediaan jalan khusus sehingga bertambahnya angkutan batubara hanya akan semakin membebani jalan negara. Dampaknya merugikan masyarakat pengguna jalan umum. Ia pun mengimbau Pemerintah Provinsi Jambi segera bertindak cepat menyiapkan jalur transportasi khusus bagi batubara.
”Kajian akademis untuk jalan khusus batubara lewat jalur sungai sudah dibuat beberapa tahun silam. Sudah ada kajiannya. Jauh lebih murah melalui jalur sungai dibandingkan melalui jalur darat,” kata Pantun.
Namun, katanya, diperlukan investasi awal untuk mempersiapkan infrastrukturnya berupa pengerukan sedimen dan pembangunan dermaga di sungai. ”Penyiapan ini wajib dibuat. Namun, selebihnya, biaya pemeliharaannya sangat kecil dan minim polusi udara serta lebih minim risiko kecelakaan,” jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, produksi batubara Provinsi Jambi terus meningkat. Tahun 2016, produksinya 5,6 juta ton. Pada 2017, produksinya mencapai 8,3 juta ton dan tahun 2018 naik menjadi 11,2 juta ton.
Meskipun produksi terus naik, hingga kini investor tak kunjung membangun jalan khusus. Ribuan angkutan membawa hasil tambangnya menggunakan jalan publik.