Tekad Mangkunegara X Jaga Relevansi Pura Mangkunegaran di Era Kekinian
Mangkunegara X bertekad kuat untuk menjaga relevansi Pura Mangkunegaran pada era kekinian. Kebudayaan dijadikan garda terdepan dalam berdiplomasi guna menggemakan institusi kultural tersebut ke jagat internasional.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Mangkunegara X bertekad kuat untuk menjaga relevansi Pura Mangkunegaran pada era kekinian. Kebudayaan dijadikan garda terdepan dalam berdiplomasi guna menggemakan institusi kultural tersebut ke jagat internasional. Penelitian dan penggalian sejarah tanpa henti mesti menyertai setiap upaya pengembangan kebudayaan.
Pemikiran itu disampaikan Pemimpin Pura Mangkunegaran, yakni Mangkunegara X, dalam kuliah umum bertajuk ”Masa Depan Pura Mangkunegaran di Era Milenial: Belajar dari Masa Silam”, di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (FIB UNS), Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (7/10/2022).
”Kebudayaan harus berkembang dan relevan dengan masa kini. Kenapa demikian? Karena, kami percaya dengan itulah kebudayaan bisa bertahan dan bisa mengikuti perkembangan zaman,” kata Mangkunegara X.
Tanpa kemauan beradaptasi, ucap Mangkunegara X, kebudayaan bisa terkikis dengan zaman yang terus berkembang. Bukan mustahil pula jika kelak kebudayaan yang dimiliki bangsa ini bisa lenyap termakan waktu. Dalam hal tersebut, jelas dia, sejarah mempunyai peranan penting untuk memandu generasi penerus menapaki jejak ke masa depan. Khususnya sejarah mengenai nilai luhur dan teladan yang termuat pada ajaran-ajaran pemimpin lembaga kultural terdahulu.
Mangkunegara X merumuskan konsep pengembangan kebudayaannya dalam proyek bernama ”Praba Dwipa”, yang berarti ’negeri yang bersinar dan bercahaya’. Lewat proyek itu, pihaknya ingin merevitalisasi kondisi sosial, kebudayaan, dan ekonomi dari lembaga kultural yang dipimpinnya. Terlebih meneguhkan kembali posisi Pura Mangkunegaran sebagai sumber tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Jawa.
”Sekali lagi, sejarah akan menjadi fondasi bagi masa kini dan masa depan. Untuk mencapainya, mesti dilakukan penggalian dan eksplorasi untuk memperoleh akar kebudayaan yang kuat. Bagaimana tradisi dari Pura Mangkunegaran agar terus lestari dan menjadi batu pijakan menuju masa depan,” kata Mangkunegara X.
Namun, sebut Mangkunegara X, penggalian sejarah dan konservasi budaya saja tak cukup. Upaya tersebut perlu disertai pengembangan kebudayaan agar senantiasa relevan dengan kondisi sosial budaya di tengah-tengah masyarakat.
Salah satu bentuk pengembangan kebudayaan itu ditempuh lewat kegiatan kepariwisataan. Warisan sejarah baik berupa gaya arsitektur hingga lokakarya tarian, karawitan, hingga makanan tradisional dijadikan daya tarik utama. Kerja sama juga dijalin bersama dengan pemerintah. Misalnya, keraton tersebut pernah dijadikan tempat jamuan makan malam bagi tamu-tamu kehormatan dari pertemuan Presidensi G20 dan ASEAN Para Games 2022 di Kota Surakarta.
”Kami ingin agar yang sedang dikembangkan ini bisa dikenal lebih luas lagi oleh masyarakat. Untuk itu, potensi yang ada perlu dioptimalkan. Tak boleh lupa juga perlu kolaborasi dengan berbagai unsur baik dari seniman, akademisi, pemerintah, dan masyarakat lainnya,” kata Mangkunegara X.
Di sisi lain, Mangkunegara X melalui divisi seni budayanya, yaitu Kemantren Langenpraja, menggelar tur ke tiga negara, yaitu Australia, Malaysia, dan Thailand. Mereka mementaskan tiga tarian Jawa berjudul Beksan Gatotkoco Dadung Awuk, Beksan Golek Montro, dan Beksan Gambyong Retnokusumo. Itu merupakan tari-tarian khas dari kerajaan tersebut.
Diplomasi kebudayaan semacam itu bakal digencarkan demi menggemakan nama Pura Mangkunegaran di publik internasional. Menurut rencana, Mangkunegara X juga akan menjalin hubungan kebudayaan dengan Kerajaan Belanda beberapa waktu mendatang.
”Tak hanya penampilan. Kami juga memperkenalkan budaya dan memberikan edukasi melalui workshop pada masing-masing negara tujuan. Ke depannya, bisa menciptakan diplomasi kebudayaan untuk bagaimana keragaman kebudayaan itu tidak saling memisahkan, tetapi saling menguatkan,” ujar Mangkunegara X.
Kepala Program Studi Sejarah FIB UNS Susanto menilai, kegetolan Mangkunegara X berinovasi akan berimbas pada kemajuan Pura Mangkunegaran. Terlebih, sudah cukup lama kadipaten tersebut tidak melakukan banyak kegiatan. Nilai tambahan lainnya, sebut dia, Mangkunegara X menyadari kekayaan budaya yang dimilikinya. Lantas, kebudayaan itu pula yang dijadikan kekuatan utama dalam memajukan lembaga tersebut.
Lebih lanjut, Susanto mengungkapkan, kerja sama strategis juga tengah dijalin antara Pura Mangkunegaran dan FIB UNS dalam bidang pengembangan kebudayaan. Perjanjian kerja sama di antara kedua belah pihak berada dalam bidang penelitian, pengabdian, dan penerjemahan arsip milik keraton tersebut. Adapun arsip-arsip yang berpotensi diterjemahkan terentang dari bahasa Jawa, Belanda, Jerman, Inggris, dan lain sebagainya.
”Kerja sama ini melampaui berbagai hal. Kami akan proaktif dalam kerja sama ini. Nanti juga ada rencana membangun pusat studi tentang Mangkunegaran. Akan dipelopori lewat seminar-seminar supaya semakin dikenal,” kata Susanto.