Tekan Harga Beras, Bulog Sulselbar Terus Operasi Pasar
Inflasi sepanjang Agustus hingga September 2022 di Sulawesi Selatan, ketimbang periode sama tahun lalu, terbilang tinggi dalam lima tahun terakhir. Bulog pun melakukan operasi pasar untuk mencegah kenaikan harga beras.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Perum Bulog Kantor Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat terus melepas beras ke pasar untuk menekan harga. Hingga Oktober ini, sudah lebih 100.000 ton beras dari gudang Bulog yang dilepas untuk operasi pasar di seluruh kabupaten/kota di Sulsel dan Sulbar.
Kepala Perum Bulog Kantor Wilayah Sulselbar Bakhtiar AS mengatakan, sebenarnya operasi pasar sudah dilakukan sejak awal tahun, tetapi terus digenjot pascakenaikan harga BBM. Upaya membanjiri pasar dengan beras Bulog diharapkan bisa menekan gejolak harga dan permainan harga.
”Kami memastikan operasi pasar akan terus dilakukan untuk meredam gejolak harga pascakenaikan harga BBM. Operasi pasar secara terjadwal digelar di pasar-pasar tradisional hingga kelurahan ataupun kecamatan di seluruh wilayah Sulsel dan Sulbar. Harganya tentu di bawah harga eceran tertinggi,” kata Bakhtiar, Selasa (4/10/2022).
Berdasarkan data Perum Bulog Wilayah Sulselbar, hingga Senin (3/10/2022), jumlah beras yang dilepas dalam operasi pasar mencapai 109.364 ton. Operasi pasar akan terus dilakukan dan jumlahnya bisa bertambah, tergantung kondisi di lapangan. Saat ini, di gudang-gudang Bulog masih ada stok hingga 127.715 ton beras. Bulog juga terus memaksimalkan penyerapan dari panen yang masih berlangsung.
Sementara itu, pantauan di sejumlah pasar tradisional di Makassar menunjukkan, harga beras sempat naik, tetapi tak terlalu tinggi. Sebagai gambaran, beras kualitas premium mengalami kenaikan tak sampai Rp 100 per liter. Sementara beras medium cenderung tetap. Harga barang kebutuhan pokok lain juga tak mengalami kenaikan signifikan.
”(Harga) naik, tapi sedikit karena beras banyak. Masih banyak panen di daerah dan juga ada beras Bulog. Kami juga tidak mungkin menaikkan harga tinggi,” kata Ramlah, pedagang beras di Pasar Pabaeng-Baeng, Makassar.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulsel, pada September 2022, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan lima kota di Sulsel mengalami inflasi sebesar 1,12 persen. Angka ini mengalami kenaikan dari 112,00 pada Agustus 2022 menjadi 113,25 pada September 2022.
Seluruh kota yang termasuk dalam IHK, yakni Bulukumba, Watampone, Makassar, Parepare, dan Palopo, mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Palopo, yakni sebesar 1,74 persen dan inflasi terendah terjadi di Watampone sebesar 0,92 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada sembilan kelompok pengeluaran, yang terbesar adalah kelompok transportasi, yakni sebesar 9,85 persen. Kelompok lain yang mengalami inflasi, yakni pakaian dan alas kaki sebesar 0,10 persen; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya sebesar 0,05 persen.
Selain itu, kenaikan juga terjadi pada kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,42 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,14 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya juga mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen.
Adapun kelompok pendidikan naik sebesar 1,62 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,61 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,06 persen.
Adapun dua kelompok lainnya mengalami deflasi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,63 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen. Sementara tingkat inflasi tahun kalender sebesar 4,95 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year-on-year), yakni September 2022 terhadap September 202, sebesar 6,35 persen.
Sebelumnya, dalam rilis yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Wilayah Sulsel, disebutkan inflasi pada Agustus 2022 dibandingkan dengan Agustus 2021 adalah angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Angka inflasi itu mencapai 5,03 persen.
Walau demikian, ekonomi di Sulsel masih mengalami pertumbuhan. Pada triwulan II 2022, produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2022 mencapai Rp 151,34 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 90,35 triliun. Adapun ekonomi Sulsel triwulan II-2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 8,38 persen.