Perbaikan Rumah Rusak Berat Diprioritaskan pada Gempa Tapanuli Utara
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi minta penanganan gempa Tapanuli Utara memprioritaskan perbaikan bangunan rusak berat. Pendataan juga harus dipercepat. Dari 1.316 rumah rusak, baru 528 diklasifikasikan tingkat kerusakannya.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TARUTUNG, KOMPAS — Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi meminta penanganan gempa Tapanuli Utara memprioritaskan perbaikan rumah, sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah yang rusak berat. Sejauh ini, 1.316 unit rumah, 23 sekolah, dan 72 gereja dinyatakan rusak. Namun, hingga kini, sebagian besar belum diklasifikasikan tingkat kerusakannya.
”Dalam penanganan gempa Tapanuli Utara ini harus ada skala prioritas. Sekolah dan rumah ibadah yang rusak berat harus jadi prioritas. Jangan ada yang ibadah dulu di rumah ibadah yang rusak karena itu sangat berbahaya,” kata Edy saat meninjau dampak gempa di Tapanuli Utara, Senin (3/10/2022).
Edy meninjau pos komando penanganan gempa, sekolah, dan membagikan bantuan pangan kepada masyarakat. Ia didampingi Kepala Kepolisian Daerah Sumut Inspektur Jenderal Panca Putra Simanjuntak, Panglima Kodam I Bukit Barisan Mayor Jenderal Achmad Daniel Chardin, dan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan.
Edy mengatakan, pendataan dampak gempa Tapanuli Utara harus dilakukan dengan cepat agar segera diambil tindakan. Hingga Senin, 528 rumah sudah diklasifikasikan kondisi kerusakannya. Sebanyak 106 rusak berat, 72 rusak sedang, dan 350 rusak ringan. sedangkan 788 unit lainnya hanya dilaporkan rusak. Demikian juga kerusakan rumah ibadah, sekolah, dan gereja belum ada laporan tingkat kerusakannya.
Edy pun meminta masyarakat tidak menghuni atau menggunakan rumah yang rusak berat. Apalagi, gempa susulan masih terus terjadi sejak gempa utama berkekuatan M 5,8 mengguncang Tapanuli Utara pada Sabtu dini hari.
Pemkab Tapanuli Utara diminta jangan hanya menunggu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. ”Kalau hanya menunggu Jakarta, ini nanti terlalu lama. Sambil jalan dulu penanganannya nanti bisa diinformasikan dan diajukan apa yang dibutuhkan,” kata Edy.
Penyembuhan trauma masyarakat pada gempa juga harus diperhatikan. Setiap terjadi gempa susulan yang bisa dirasakan, masyarakat masih sangat panik berhamburan keluar rumah.
Masyarakat trauma pada guncangan gempa utama yang membuat dinding dan lantai rumah retak serta plafon roboh. Piring, lemari, dan peralatan elektronik juga berjatuhan. Sedikitnya 24 orang terluka dan satu meninggal akibat gempa Tapanuli Utara.
Sejauh ini, bantuan perbaikan rumah belum berjalan di lapangan. Masyarakat yang mengalami kerusakan rumah cukup barah mulai membongkar sendiri bangunan-bangunan rumahnya. Mereka juga mendirikan tenda darurat secara mandiri untuk tempat tidur mereka pada malam hari.
Di Kecamatan Tarutung dan Sipoholon, misalnya, sejumlah masyarakat memilih tidur di teras rumah untuk menghindari dampak gempa. Hara Hutabarat (45), warga Desa Partali Julu, Tarutung, mengatakan belum mendapat bantuan perbaikan rumah. Lantai dan tembok rumahnya retak. Mereka pun belum berani tidur di rumahnya.
”Kami berharap bisa mendapatkan bantuan memperbaiki rumah. Kami sehari-hari hidup dari bertenun,” kata Hara.
Selain itu, saluran irigasi primer di Sungai Sigeaon pun masih jebol dan belum ditangani. Saluran irigasi itu menjadi sumber pengairan utama untuk sawah di Kecamatan Sipoholon dan sekitarnya.
Nikson mengatakan, tindakan tanggap darurat untuk menolong korban luka dan pembersihan rumah sudah selesai dilakukan. ”Kami pun sudah menyalurkan bantuan pangan dari Kementerian Sosial, Pemprov Sumut, dan berbagai instansi pemerintah dan perusahaan swasta. Kami juga berharap bisa mendapatkan bantuan bahan bangunan untuk membantu rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana,” kata Nikson.
Gempa susulan
Sementara itu, gempa susulan masih terus terjadi dan beberapa di antaranya dirasakan masyarakat. Hingga Senin pukul 18.30, sudah terjadi 111 kejadian gempa susulan. Dua di antaranya terjadi pada pukul 16.48 dengan kekuatan M 3,3 dan pukul 18.10 dengan kekuatan M 3,4.
Dua gempa susulan ini dirasakan oleh masyarakat dan membuat sebagian warga berhamburan dari rumah. Namun, tidak ada laporan kersakan akibat gempa susulan itu.
“Gempa susulan terjadi dalam beberapa hari ini hingga patahan menemukan keseimbangan baru,” kata Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Hendro Nugroho.
Hendro mengatakan, kejadian gempa diperkirakan menurun dalam beberapa hari ke depan. Namun, ia mengingatkan gempa tidak bisa diprediksi dengan akurat sehingga masyarakat harus tetap waspada tetapi tidak panik.