Seorang Warga Tewas dan Jembatan Rusak Parah akibat Banjir di Nabire
Pemerintah daerah masih mendata jumlah warga yang terdampak banjir di Kabupaten Nabire, Papua. Dilaporkan seorang warga tewas akibat bencana ini.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Seorang warga bernama Nur Ikhsan Daeng Pata tewas karena tersengat listrik di rumahnya yang tergenang air akibat banjir yang melanda Kabupaten Nabire, Papua, Kamis (29/9/2022) malam. Banjir juga mengakibatkan satu jembatan di daerah itu rusak berat.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nabire Agus Sanggenafa ketika dihubungi dari Jayapura, Jumat (30/9), membenarkan informasi tersebut. Dilaporkan, Nur tewas karena tersengat listrik di Distrik Nabire Barat sekitar pukul 19.00 WIT.
Agus pun menuturkan, ketinggian air di sejumlah distrik yang terdampak banjir mulai surut. Warga di daerah tersebut telah kembali ke rumah masing-masing.
Diketahui dari data BPBD Kabupaten Nabire, sebanyak 11 kampung yang terdampak banjir tersebar di empat distrik. Adapun empat distrik ini adalah Nabire Barat dua kampung, Wanggar satu kampung, Makimi satu kampung, dan Uwapa enam kampung.
Banjir terjadi karena hujan yang terus mengguyur Nabire sejak Selasa malam hingga Kamis pagi. Kondisi intensitas curah hujan selama berjam-jam menyebabkan sungai meluap sehingga terjadi banjir di 11 kampung ini.
Adapun ketinggian air mencapai 1 hingga 3 meter. Kondisi ini menyebabkan warga terpaksa mengungsi ke rumah tetangga, kerabatnya, dan emperan toko yang tidak tergenang air.
”Berdasarkan data sementara BPBD, sebanyak 200 keluarga terdampak banjir di Distrik Nabire Barat dan Distrik Wanggar. Berdasarkan hasil pantauan, sebuah jembatan di Distrik Makimi rusak berat karena diterjang air,” kata Agus.
Ia menambahkan, BPBD telah berkomunikasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Nabire dan Kementerian Sosial untuk menyiapkan bantuan beras, pakaian, dan air bersih bagi para korban. ”Kami telah menyalurkan bantuan 1,5 ton beras untuk masyarakat di Distrik Uwapa. Kami terus berupaya menyalurkan bantuan bagi korban di tiga distrik lainnya,” tutur Agus.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Satpol Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Papua Paminto Widodo mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan jajaran BPBD Nabire untuk menyiapkan bantuan bagi para korban yang terdampak banjir. ”Kami juga mengimbau warga yang bermukim dekat dengan daerah aliran sungai untuk mengamankan diri ke tempat yang aman saat terjadi hujan deras,” kata Paminto.
Koordinator Subbidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre memaparkan, kejadian hujan ekstrem di Nabire dipengaruhi posisi peredaran tahunan matahari di sekitar wilayah ekuator serta kondisi permukaan air laut yang cukup hangat. Akibatnya terjadi curah hujan ekstrem yang bisa mencapai 100 milimeter per hari.
Ezri pun mengungkapkan, terdapat pola belokan angin di Perairan Teluk Cenderawasih. Kondisi ini menyebabkan terjadinya pembentukan awan-awan konvektif yang menghasilkan hujan ekstrem ataupun petir.
”Secara klimatologi, terjadi puncak musim hujan di Nabire pada April dan September. Untuk beberapa hari ke depan, wilayah Nabire masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan, terutama pada sore, malam, hingga dini hari,” papar Ezri.