Uni Emirat Arab, Pasar Baru Ekspor yang Menjanjikan
Upaya meratifikasi perjanjian dagang antara Indonesia dan UEA tinggal selangkah lagi. Pelaku usaha pun didorong memanfaatkan fasilitas tersebut untuk memperluas pangsa pasar ekspornya.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kementerian Perdagangan berupaya memperluas pasar ekspor produk nasional ke Uni Emirat Arab atau UEA pada 2023. Upaya meratifikasi perjanjian dagang antara Indonesia dan UEA tinggal selangkah lagi. Pelaku usaha pun didorong memanfaatkan fasilitas tersebut untuk memperluas pangsa pasar ekspornya.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya berkomitmen terus membuka pasar baru sebagai negara tujuan ekspor bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri di dalam negeri. Upaya ini untuk membantu pelaku usaha menyerbu pasar dunia.
”Kami sudah buatkan jalan tolnya agar mudah mengekspor ke negara-negara mitra dagang Indonesia. Pengusaha bisa manfaatkan untuk memperluas pasar,” ujar Zulkifli Hasan dalam acara pelepasan ekspor produk aluminium produksi PT Maspion Group di Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (29/9/2022).
Perjanjian Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Emirat Arab (Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement/IUAE-CEPA) telah ditandatangani. Perjanjian tersebut saat ini tengah diratifikasi agar potensi ekonomi yang akan didapat kedua negara bisa dioptimalkan.
Ratifikasi perjanjian ini dilakukan pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Saat ini, pemerintah telah merampungkan proses ratifikasi dan menunggu persetujuan DPR. Targetnya, proses ratifikasi selesai sebelum akhir tahun 2022 agar perjanjian dagang tersebut bisa mulai diberlakukan pada awal 2023.
Zulkifli Hasan mengatakan, salah satu fasilitas perjanjian dagang yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha adalah tarif 0 persen untuk barang atau produk asal Indonesia yang masuk atau diperdagangkan ke UEA. Menurutnya, UEA berpotensi menjadi hub perdagangan internasional yang menghubungkan dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur, dan Asia Tengah.
Seiring dengan terhubungnya perdagangan Indonesia di negara-negara tersebut, pangsa pasar ekspor produk dalam negeri akan semakin luas. Selama ini, mayoritas pelaku usaha seperti Maspion Grup sudah menguasai pasar ekspor tradisional seperti Amerika Serikat, Australia, kawasan Eropa Barat, dan Asia Tenggara.
Dalam upaya mendorong pasar ekspor dan kebutuhan pasar di dalam negeri itulah, lanjut Zulkifli, pemerintah hadir melalui kebijakan yang tepat agar kinerja dunia industri meningkat dan ekspornya lancar. Tidak ada barrier atau penolakan dari negara-negara tujuan ekspor.
”Dengan pengembangan pasar baru produksi dalam negeri akan meningkat, omzet atau pendapatan pelaku industri semakin besar, penyerapan lapangan kerja tinggi, dan penerimaan pemerintah dari sektor pajak akan meningkat,” kata Zulkifli.
Pelepasan ekspor aluminium di PT Maspion Group ini bertepatan dengan tercapainya ekspor ke-100.000 kontainer yang dilakukan oleh perusahaan itu. Capaian itu berasal dari beragam produk yang diproduksi dan diperdagangkan ke sejumlah negara di dunia.
Kontainer nomor 1 yang dilepas hari ini menggenapkan ekspor Maspion menjadi 100.000 kontainer. Adapun total ada 22 kontainer yang dilepas oleh Mendag Zulkifli Hasan. Dengan demikian, Maspion sudah mengekspor 100.021 kontainer ke berbagai belahan dunia sejak perusahaan tersebut didirikan.
Zulkifli mengapresiasi capaian kinerja Maspion Group sebagai salah satu pelaku usaha yang tidak hanya mengisi pasar lokal, tetapi juga berorientasi ekspor. Industri ini juga termasuk padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. Jumlah karyawan saat ini mencapai 30.000 orang.
Menurut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu, capaian kinerja perdagangan nasional tidak terlepas dari peran pelaku usaha Indonesia yang terus mengekspor ke negara mitra dagang. Oleh karena itu, pemerintah harus mendukung usaha yang strategis seperti ini melalui peraturan-peraturan yang dapat mendorong kinerja ekspor.
Adapun produk aluminium yang diekspor Maspion Group kali ini berupa aluminium ekstrusi, tangga aluminium, dan foil aluminium. Negara tujuan ekspornya adalah Amerika Serikat, Australia, Inggris, Selandia Baru, Belgia, serta Vietnam.
Zulkifli menambahkan, pelepasan ekspor produk aluminium ini juga menunjukkan kemajuan Indonesia dalam industri aluminium. Apalagi, saat ini mulai banyak permintaan aluminium ekstrusi yang bisa dimanfaatkan sebagai material bangunan, tangga aluminium, komponen printer, hingga frame panel surya.
Indonesia berada di urutan ke-24 sebagai negara eksportir aluminium ekstrusi dengan pangsa pasar sebesar 1,02 persen pada tahun 2021. Nilai ekspor aluminium ekstrusi tercatat sebesar 212,77 juta dollar AS atau tumbuh cukup signifikan sebesar 39,91 persen dibandingkan nilai ekspor pada tahun 2020 yang mencapai 152,08 juta dollar AS.
Sementara itu, pada periode Januari–Juli 2022, ekspor produk aluminium ekstrusi Indonesia tumbuh signifikan sebesar 26,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa negara tujuan ekspor aluminium ekstruksi Indonesia juga mengalami pertumbuhan signifikan.
Selama kurun waktu Januari–Juli 2022 ada lima negara dengan kenaikan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Jerman yang naik 4.343,00 persen, Italia (1.407,50 persen), Spanyol (236,26 persen), Inggris (171,28 persen), dan Australia (81,53 persen).
”Hal ini menunjukkan kinerja ekspor aluminium ekstrusi Indonesia ke dunia terus meningkat secara nilai dan mampu memanfaatkan peluang pasar dunia,” ujar Zulkifli.
President Direktur PT Maspion Group Alim Markus mengatakan, nilai produk yang diekspor pada kesempatan kali ini mencapai 1,2 juta dollar AS. Pihaknya terus mengembangkan beragam jenis barang untuk diproduksi. Hal itu dilakukan guna memenuhi permintaan pasar.
”Kita mengembangkan terus jenis-jenis barang. Apalagi, pemerintah mau menandatangani perjanjian dengan Uni Emirat Arab. Tinggal DPR RI setuju, bisa jalan,” ujar Alim Markus.
Alim menambahkan, pihaknya dengan jeli dan tekun mencari produk-produk baru. Perusahaan juga terus mengembangkan pasar-pasar baru untuk meningkatkan kinerja usahanya. Oleh karena itulah, Maspion menyambut positif adanya perjanjian Indonesia dengan UAE karena diyakini bisa mengembangkan pasar secara lebih luas lagi.
Untuk saat ini, pasar terbesar produk-produk yang diproduksi Maspion Group adalah Amerika Serikat. Adapun jenis barang yang paling banyak diminati pasar internasional adalah peralatan rumah tangga, seperti alat memasak, alat penggorengan, dan frame solar cell yang terbuat dari aluminium.
Kunci keberhasilan dalam meningkatkan ekspor aluminium terletak pada kejelian manajemen dalam membidik pasar.
Direktur PT Maspion Group Ailen Oetami Dewi mengatakan, Maspion merupakan perusahaan multinasional yang memiliki keahlian kuat dalam bidang manufaktur, salah satunya dalam industri aluminium. Kunci keberhasilan dalam meningkatkan ekspor aluminium terletak pada kejelian manajemen dalam membidik pasar.
Produk aluminium produksi Maspion telah mendapat pengakuan kualitas secara internasional. Pihaknya tidak mengalami kesulitan untuk memasuki pasar ekspor yang menuntut penggunaan produk berteknologi tinggi, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.
PT Maspion Group merupakan grup perusahaan berskala besar yang berawal dari produsen peralatan listrik dan rumah tangga. Saat ini perusahaan sudah mengembangkan delapan sektor produk, yaitu consumer products, consumer industrial products, construction and building material, hotel, properti komersial dan kawasan industri, perbankan, trading and distribution, infrastruktur dan energi, dan miscellaneous businesses.