Pabrik Biogas Terkompresi Terbesar di Asia Dibangun di Langkat, Manfaatkan Limbah Sawit
Pabrik biogas terkompresi terbesar di Asia dibangun di Langkat, Sumut. Pabrik itu mengolah limbah sawit menjadi energi baru terbarukan. Tiga pabrik skala industri akan dibangun dengan produksi 1.230 MMBTU.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
STABAT, KOMPAS — Pabrik biogas terkompresi terbesar di Asia dibangun di sentra sawit Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pabrik itu mengolah limbah sawit menjadi energi baru terbarukan dan akan menggantikan sebagian energi fosil. Tiga pabrik biogas terkompresi skala industri akan dibangun dengan produksi 1.230 juta metrik british thermal unit atau MMBTU.
”Potensi biogas terkompresi sangat besar di Indonesia dengan dukungan 16 juta hektar kebun sawit. Sekitar 60 persen dari tandan buah segar sawit merupakan limbah yang bisa dimanfaatkan untuk bioenergi,” kata Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Edi Wibowo saat peletakan batu pertama pabrik biogas terkompresi
Edi mengatakan, pabrik biogas terkompresi itu merupakan satu dari 25 pabrik yang akan dibangun di Sumut hingga 2024 oleh Knowledge Integration Services (KIS) Group. Biogas terkompresi disebut juga Biomethane Compressed Natural Gas (BioCNG) atau gas biometana terkompresi (CBG).
Dalam hitungan Kementerian ESDM, potensi bioenergi dari limbah sawit saja bisa menghasilkan 57.000 megawatt energi listrik. Sebagai perbandingan, kapasitas terpasang PLN saat ini sekitar 73.000 megawatt. Biogas terkompresi pun bisa dimanfaatkan untuk kendaraan bermotor, kebutuhan gas rumah tangga, dan industri.
Edi menjelaskan, selama ini sudah banyak perusahaan kelapa sawit menghasilkan biogas. Limbah sawit difermentasi pada tangki anaerob sehingga menghasilkan gas metan berkadar 40-60 persen. ”Dengan konsentrasi gas metan yang rendah dan tidak terkompresi, biogas hanya bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan sendiri,” kata Edi.
Volume biogas yang besar dan konsentrasi yang rendah membuatnya tidak efisien untuk dikirim ke tempat lain. Teknologi biogas terkompresi pun dapat meningkatkan konsentrasi gas metan hingga 96 persen dan volumenya ditekan cukup signifikan dengan teknik kompresi ke dalam tabung atau jaringan pipa.
CEO KIS Group KR Raghunath mengatakan, Indonesia mempunyai potensi BioCNG yang sangat besar. Selain untuk kebutuhan industri, BioCNG juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. ”Di Malaysia sudah ada pabrik BioCNG untuk memasok kebutuhan gas rumah tangga di sekitarnya,” katanya.
Raghunath mengatakan, KIS Group mengembangkan proyek BioCNG komersial skala besar pertama di Indonesia dan Asia.Tiga pabrik dengan nilai 15 juga dollar AS ditargetkan beroperasi pada April hingga November 2023 yang menghasilkan BioCNG 1.230 juta metrik british thermal unit per hari.
Hingga Desember 2024, Kis Group optimistis bisa menyelesaikan 25 pabrik biogas terkompresi dengan investasi 110 juta dollar AS. Pabrik BioCNG ini akan mengurangi emisi karbon 3,7 juta ton CO2 per tahun, menciptakan lapangan kerja hijau, dan memberikan efek ganda untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Direktur Utama PT United Kingdom Indonesia Plantations Budi Purwanto mengatakan, selama ini pihaknya sudah mempunyai pabrik biogas yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan daya sekitar 1 megawatt. Namun, biogas itu tidak bisa dijual karena tidak terkompresi.
”Dengan pembangunan pabrik BioCNG ini, kami akan memasok biogas terkompresi untuk PT Unilever Oleochemical Indonesia. Ini bentuk komitmen kami untuk ekonomi sirkular dengan mengeliminiasi limbah dan polusi serta penggunaan sumber daya berkelanjutan,” kata Budi.
Pelaksana Tugas Bupati Langkat Syah Afandin mengatakan, Langkat mempunyai potensi biogas terkompresi yang sangat besar karena mempunyai kebun sawit yang luas. Ia pun berharap pembangunan pabrik itu menyerap tenaga kerja di daerahnya.