Bertaruh Nyawa Mengejar Emas, 17 Orang Jadi Korban Longsor
Bencana tanah longsor di areal pertambangan emas rakyat Gunung Putri, Kotabaru, Kalimantan Selatan, turut disebabkan kerusakan lingkungan. Korban bencana tersebut bertambah menjadi 17 orang, dan 5 belum ditemukan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
KANTOR SAR BANJARMASIN
Tim SAR menuju lokasi bencana tanah longsor di area pertambangan emas rakyat Gunung Putri, Desa Buluh Kuning, Sungai Durian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Selasa (27/9/2022). Sedikitnya 15 orang dilaporkan tertimbun tanah, 6 korban ditemukan selamat, 6 korban lainnya ditemukan tewas, dan 3 korban masih dicari.
BANJARMASIN, KOMPAS — Korban tanah longsor di areal pertambangan emas rakyat Gunung Putri, Desa Buluh Kuning, Sungai Durian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, bertambah dari 15 menjadi 17 orang. Hingga Rabu (28/9/2022), lima korban belum ditemukan.
Bencana tanah longsor terjadi di area pertambangan emas Gunung Putri, Kotabaru, pada Senin (26/9/2022) malam sekitar pukul 23.00 Wita. Longsor terjadi setelah kawasan tersebut diguyur hujan deras sejak Senin siang. Lokasi longsor berjarak 250 kilometer lebih dari Banjarmasin.
Mereka yang menjadi korban longsor itu di antaranya rakyat pencari emas. Mereka bertaruh nyawa untuk mendulang emas di kawasan pertambangan emas rakyat itu.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Banjarmasin Al Amrad mengatakan, memasuki hari kedua operasi SAR, Rabu (28/9/2022) pagi, tim SAR di lapangan masih berupaya mencari korban yang terperangkap dalam bencana tanah longsor di areal pertambangan emas rakyat Gunung Putri, Desa Buluh Kuning, Kotabaru.
KANTOR SAR BANJARMASIN
Tim SAR gabungan mencari korban bencana tanah longsor di area pertambangan emas rakyat Gunung Putri, Desa Buluh Kuning, Sungai Durian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Selasa (27/9/2022). Sedikitnya 15 orang dilaporkan tertimbun tanah, 6 korban ditemukan selamat, 6 korban lainnya ditemukan tewas, dan 3 korban masih dicari.
Pada pencarian hari kedua, tim SAR gabungan menggunakan tiga buah mesin air alkon untuk mengikis tanah dan mencari korban secara manual. ”Pencarian korban dengan menggunakan alat berat tidak dimungkinkan karena akses dan lokasi di wilayah yang terdampak longsor susah untuk dilewati,” katanya.
Akses menuju lokasi tidak bisa dilalui dengan menggunakan kendaraan roda empat atau mobil. Tim SAR gabungan harus berjalan kaki sekitar 5-6 jam ataupun menggunakan kendaraan roda dua jenis trail dengan waktu tempuh kurang lebih 2-3 jam.
Berdasarkan informasi dan data terbaru dari tim SAR di lapangan, korban yang terdampak longsor bertambah dari 15 menjadi 17 orang. Dengan demikian, korban yang masih dalam pencarian juga bertambah dari semula tiga orang menjadi lima orang.
Kelima korban yang masih dicari berasal dari sejumlah daerah di Kalsel. Mereka adalah Ravi (28) asal Kabupaten Tapin, Bubul (40) asal Tanah Laut, Parin (25) asal Hulu Sungai Selatan, Sahdi (30) asal Tapin, dan Amut (40) asal Hulu Sungai Tengah.
”Tim SAR gabungan masih berusaha semaksimal mungkin mencari para korban. Semoga pencarian hari kedua ini membuahkan hasil,” ujarnya.
KANTOR SAR BANJARMASIN
Tim SAR menuju lokasi bencana tanah longsor di area pertambangan emas rakyat Gunung Putri, Desa Buluh Kuning, Sungai Durian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Selasa (27/9/2022). Sedikitnya 15 orang dilaporkan tertimbun tanah, 6 korban ditemukan selamat, 6 korban lainnya ditemukan tewas, dan 3 korban masih dicari.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Kalsel Komisaris Besar Mochamad Rifai mengatakan, pencarian korban tanah longsor di Kotabaru turut dibantu personel Kepolisian Resor Kotabaru dan Polres Tanah Bumbu.
”Kami sudah mendirikan posko dapur umum di lokasi untuk membantu para korban dan warga yang terdampak. Beberapa tenda juga didirikan untuk tempat beristirahat sementara para korban di sana,” katanya.
Dari 17 korban tertimbun tanah longsor, enam ditemukan selamat. Mereka adalah Hamdah (42), Murdiah (50), Isai (45), Anang Suryadi (46), Samsul (42), dan Arifin (35). Para korban selamat itu tak hanya berasal dari Kalsel, tetapi juga berasal Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Timur. Saat ini mereka masih dirawat di Puskesmas Banian (Sungai Durian, Kotabaru) dan Rumah Sakit Marina Permata (Tanah Bumbu).
Adapun korban tewas adalah Wahid (35) dari Hulu Sungai Tengah (Kalsel), Padliannoor alias Amang Bali (50) dari Tanah Laut (Kalsel), Inal (31) dari Tanah Laut, Salman (30) dari Tanah Laut, Imis (54) dari Kapuas (Kalimantan Tengah), dan Norjanah (47) dari Kapuas.
Kerusakan lingkungan
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Kisworo Dwi Cahyono mengatakan, tanah longsor di area tambang emas itu tidak semata-mata disebabkan tingginya curah hujan. Rusaknya tutupan hutan dan lahan di sana akibat pertambangan emas turut memicu kejadian tersebut.
”Kejadian seperti ini selalu terulang. Tentu pemerintah yang paling bertanggung jawab terhadap keselamatan rakyat dan lingkungan,” katanya.
KANTOR SAR BANJARMASIN
Tim SAR mencari korban bencana tanah longsor di area pertambangan emas rakyat Gunung Putri, Desa Buluh Kuning, Sungai Durian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Selasa (27/9/2022). Sedikitnya 15 orang dilaporkan tertimbun tanah, 6 korban ditemukan selamat, 6 korban lainnya ditemukan tewas, dan 3 korban masih dicari.
Secara perizinan, menurut Kisworo, beberapa lokasi pertambangan emas rakyat di daerah umumnya masih belum legal. Meski demikian, tidak ada juga tindakan penertiban dari pemerintah daerah maupun aparat penegak hukum. Padahal, risiko kerusakan lingkungan dan hilangnya nyawa sangat tinggi.
”Masih banyak rakyat yang tergiur mimpi mendapatkan emas atau berlian. Padahal, pendapatan mereka tidaklah sebanding dengan risiko kehilangan nyawa,” ujarnya.
Kisworo mengatakan, pemerintah harus segera mencarikan solusi terbaik. Salah satunya dengan menciptakan mata pencarian pengganti yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan serta minim risiko. ”Jangan sampai mimpi kemilau emas berlian berujung maut terus terjadi,” katanya.
Rifai, saat dikonfirmasi mengenai status pertambangan emas rakyat di Gunung Putri, belum bisa memastikan apakah areal pertambangan itu legal atau ilegal. ”Nanti kami cek lagi. Dari Polres Kotabaru masih melakukan penyelidikan,” ujarnya.
Namun, ke depannya, Rifai memastikan akan dilakukan penertiban. Sebab, kejadian longsor itu adalah bencana alam yang disebabkan kegiatan manusia. Penertiban dilakukan untuk mencegah kejadian serupa terulang. ”Untuk itu, tentu saja harus dibicarakan dulu dengan pemerintah daerah setempat dan pemangku kepentingan lain,” katanya.
Longsor sebelumnya juga terjadi di Kalimantan, yakni di perbatasan Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Kamis (15/9/2022). Semula korban yang tertimbun diduga ada 20 orang. Namun, Tim SAR dalam pencariannya hingga Sabtu (17/9/2022) hanya menemukan 13 korban. Dari jumlah itu, delapan di antaranya selamat dan lima lainnya tewas.