Tiga Kabupaten di Sumut Endemis Sedang Malaria, Pasokan Obat Terbatas
Tiga kabupaten di Sumut berstatus endemis sedang malaria, yakni Asahan, Batubara, dan Labuhanbatu Utara. Di saat yang sama, pasokan obat malaria di Sumut sangat terbatas dan hanya tersedia obat lini dua, yakni kina.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Tiga kabupaten di Sumatera Utara berstatus endemis sedang penyakit malaria. Di saat yang sama, pasokan obat malaria di Sumut sangat terbatas dan hanya tersedia kina yang merupakan obat lini dua.
Tiga daerah itu adalah Kabupaten Asahan, Batubara, dan Labuhanbatu Utara. Alasannya, angka annual parasite incidence (API) atau angka kesakitan di tiga daerah itu sebesar 1-5 per 1.000 penduduk. API lebih besar dari 5 dikategorikan endemis tinggi dan di bawah 1 berstatus endemis rendah.
”Berbagai upaya dilakukan untuk menekan penularan malaria di Sumut, khususnya memperkuat surveilans,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut Ismail Lubis, di Medan, Selasa (27/9/2022).
Ismail menyebut, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat di daerah endemis sedang malaria terus digencarkan. Tiga kabupaten itu berada dalam satu kawasan di pantai timur Sumut. Penduduk di daerah penularan umumnya nelayan di daerah pesisir padat penduduk.
Ismail menyebut, Pemprov Sumut dan pemkab di tiga daerah itu melakukan upaya sosialisasi pencegahan dan pemberantasan vektor malaria dengan penyemprotan insektisida ke dinding rumah (indoor residual spraying/IRS), pemakaian kelambu saat tidur, dan membasmi nyamuk yang merupakan vektor pembawa parasit plasmodium penyebab malaria.
Ismail menyebut, upaya surveilans merupakan kunci utama untuk mengeliminasi malaria di Sumut. Hal itu dilakukan dengan pelaporan melalui elektronik-sistem informasi surveilans malaria (e-sismal) di semua tingkat fasilitas kesehatan. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan sumber daya manusia serta dukungan sarana dan prasarana.
Ismail menyebut, penyelidikan epidemiologi 125 juga harus diperkuat. Penyelidikan ini berupa diagnosis dan pengobatan pada hari pertama, pengobatan tuntas pada hari kedua dan ketiga, serta pemberantasan vektor pada hari kelima. Penyelidikan epidemiologi ini pun harus dilaporkan melalui e-sismal.
Obat terbatas
Ismail menyebut, ketersediaan obat malaria juga sangat terbatas karena pemerintah pusat mengutamakan pengiriman obat ke daerah endemis tinggi malaria, seperti Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. ”Obat malaria dari pusat tetap ada, tetapi jumlahnya memang terbatas. Hal ini juga dialami provinsi lain di Sumut,” kata Ismail.
Untuk mengatasi kelangkaan obat, Pemprov Sumut menyiapkan kina. Menurut Ismail, pasokan obat ini mencukupi untuk Sumut. Selain tiga daerah endemis sedang, sembilan daerah lain di Sumut juga berstatus endemis rendah, yakni Labuhan Batu, Langkat, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias, Nias Utara, Nias Barat, Nias Selatan, dan Kota Gunungsitoli.
Sementara itu, 21 kabupaten dan kota lainnya di Sumut sudah mendapat sertifikat eliminasi malaria dari Kementerian Kesehatan. Daerah itu, antara lain, Kota Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, dan Tapanuli Utara.
Kepala Dinkes Asahan Nanang Fitra Aulia mengatakan telah melakukan berbagai upaya untuk mengeliminasi kasus malaria. Kasus-kasus malaria banyak ditemukan di daerah pesisir di kabupaten itu. ”Kami surveilans yang sangat intensif di permukiman-permukiman yang ditemukan kasus malaria,” katanya.
Nanang mengatakan, ada tiga kecamatan dengan kasus malaria yang tinggi, yakni Sei Kepayang Timur, Tanjung Balai, dan Silau Laut. Sebelumnya, Asahan sudah menargetkan bebas malaria pada 2020, tetapi hal itu belum bisa dicapai. Asahan pun tidak luput dari keterbatasan ketersediaan obat malaria.
Kepala Subbagian Hukum Organisasi dan Humas Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik mengatakan, secara jumlah, kasus malaria yang ditemukan di Sumut tidak terlalu banyak dan bisa ditangani di rumah sakit umum daerah tipe B ataupun tipe C. Sebagai rumah sakit rujukan terakhir, RSUP H Adam Malik disebut siap menerima rujukan dari RSUD di daerah endemis malaria.