Semua Pertandingan Sepak Bola di Magelang Digelar Tanpa Penonton
Semua pertandingan sepak bola di Kota Magelang akan digelar tanpa penonton. Hal ini diberlakukan demi menghindari risiko terjadi kerusuhan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Semua pertandingan sepak bola di Kota Magelang, Jawa Tengah, nantinya akan digelar tanpa penonton. Kebijakan ini sengaja ditetapkan demi menghindari kembali berulangnya kerusuhan yang dipicu ulah suporter, seperti yang terjadi pada pertandingan Liga 3 antara PPSM Magelang dan Persitema Temanggung, Minggu (25/9/2022).
”Mengingat kejadian kemarin, maka mulai sekarang semua pertandingan, baik Liga 3, Liga 2, maupun Liga 1 sekali pun, semuanya harus digelar tanpa penonton,” kata Kepala Kepolisian Resor (Polres) Magelang Kota Ajun Komisaris Besar Yolanda E Sebayang saat ditemui di sela-sela acara konferensi pers terkait dengan pengungkapan kasus pencurian dengan kekerasan (curas) dan pencurian dengan pemberatan (curat) oleh jajaran Polres di wilayah eks karesidenan Kedu, Senin (26/9).
Keputusan tersebut, menurut dia, sudah disampaikan kepada polres-polres lain di wilayah eks Karesidenan Kedu, dan akhirnya mereka semua bersepakat untuk bersama-sama melarang pertandingan sepak bola dengan penonton.
Sebelumnya, dengan berbagai alasan, termasuk alasan situasi pandemi, pertandingan sepak bola di Kota Magelang diputuskan digelar tanpa penonton. Namun, atas permintaan Pemerintah Kota Magelang, pertandingan sepak bola antara PPSM Magelang dan Persitema Temanggung kembali digelar dengan penonton. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kelonggaran karena Kota Magelang kebetulan menjadi tuan rumah.
Namun, pertandingan di Stadion Moch Soebroto tersebut justru berakhir rusuh. Ketika pertandingan selesai dengan skor 0-2 untuk Persitema Temanggung, sebagian suporter langsung merangsek masuk hingga ke tengah lapangan. Kerusuhan itu pun juga meluas hingga sekitar 2 kilometer, ke depan Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Soerojo.
Peristiwa ini menyebabkan dua anggota dari panitia pelaksana pertandingan terluka hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Sejumlah personel polisi ikut menjadi korban pemukulan dan pengeroyokan, tetapi tidak mengalami luka serius.
Yang sangat disayangkan, menurut dia, kerusuhan ini juga diwarnai perampasan satu sepeda motor dan satu telepon seluler milik suporter Persitema. Saat ini, Polres Magelang Kota juga masih terus memperdalam penyelidikan untuk mencari pelaku perampasan.
Dalam pertandingan ini, menurut dia, juga terjadi banyak pelanggaran. Selain jumlah suporter yang melebihi batasan kuota, sebagian suporter Persitema Temanggung justru memutuskan pulang sendirian terlebih dulu. Padahal, sebelumnya Polres Magelang sudah menegaskan dan memastikan akan mengawal semua suporter hingga kembali ke Temanggung.
Segenap pihak diharapkannya bisa belajar dari peristiwa tersebut. Yolanda mengatakan, Polres Magelang Kota sebenarnya juga sangat senang jika pertandingan bisa digelar meriah dengan penonton sehingga akhirnya juga menggerakkan perekonomian masyarakat. Namun, dia pun tidak ingin berspekulasi karena kerusuhan yang masih berpotensi terjadi dapat menimbulkan dampak kerugian yang lebih besar untuk masyarakat.
Ketua kelompok suporter Simolodro, Yusuf Chandra, berharap keputusan untuk meniadakan penonton dalam pertandingan sepak bola dinilai sangat mengecewakan.
”Penonton tidak bisa semata-mata disalahkan karena banyak suporter sebenarnya juga sudah berlaku tertib dan taat aturan,” ujarnya.
Melihat kejadian pada Minggu, Polres Magelang Kota semestinya melakukan evaluasi. Jika kemudian tidak menginginkan hal yang sama berulang, upaya yang sebenarnya bisa dilakukan adalah cukup dengan memperketat pengamanan, termasuk memperkuat kerja sama dengan panitia pelaksana.