Kisah Tiga Rumah Makan Penerus Mangut Lele Mbah Marto di Bantul
Mangut lele Mbah Marto di Bantul, DI Yogyakarta, adalah kuliner legendaris nan termasyhur. Namun, saat ini ada tiga rumah makan yang mengklaim sebagai penerus mangut lele Mbah Marto sehingga pelanggan kadang kebingungan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·7 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Sajian mangut lele di rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (21/9/2022).
Mangut lele Mbah Marto di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah kuliner legendaris nan termasyhur. Banyak pencinta kuliner, termasuk artis dan pejabat, yang jauh-jauh datang untuk menikmati makanan bercita rasa pedas itu. Namun, sejak beberapa tahun lalu, ada tiga rumah makan yang sama-sama mengklaim sebagai penerus mangut lele Mbah Marto sehingga kadang membuat pelanggan bingung.
Menjelang jam makan siang pada Rabu (21/9/2022) lalu, sejumlah orang berdatangan ke rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo di Kecamatan Sewon, Bantul. Begitu tiba, mereka langsung dipersilakan masuk ke dalam dapur rumah makan tersebut. Di dapur itu, para pembeli bebas mengambil nasi dan memilih lauk sendiri.
Meski ada beragam lauk yang disajikan, menu yang jadi sasaran utama tentu mangut lele. Sesuai namanya, racikan ikan lele dengan kuah santan pedas itu memang menjadi menu utama rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo. Bahkan, kebanyakan orang yang datang ke rumah makan itu memang khusus untuk mencicipi masakan tersebut.
Rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo adalah satu dari tiga rumah makan yang sama-sama mengklaim sebagai penerus mangut lele Mbah Marto. Rumah makan yang berlokasi di Jalan Sewon Indah, tak jauh dari kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, itu disebut-sebut menempati bangunan rumah makan yang pertama kali dirintis oleh Mbah Marto.
Dapur di rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo juga diklaim merupakan dapur legendaris yang dulu dipakai Mbah Marto untuk memasak. Itulah kenapa, ada embel-embel ”dapur asli” dalam nama rumah makan tersebut. Saat Kompas berkunjung pada 21 September lalu, Mbah Marto juga tampak berada di rumah makan tersebut. Perempuan berusia 92 tahun itu terlihat sedang mengupas bawang.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Mbah Marto (92) mengupas bahan bumbu masakan mangut lele di rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (21/9/2022).
Saat ini, rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo dikelola oleh Poniman (51), anak kelima dari enam anak Mbah Marto. Sebelum mengelola secara penuh rumah makan itu, Poniman bekerja di sebuah bank swasta. Namun, dia kemudian memilih pensiun dini dan memfokuskan diri mengelola rumah makan tersebut.
Sewaktu Kompas datang ke sana, rumah makan itu cukup ramai didatangi pembeli. Jumlah lele yang dimasak tiap hari pun tergolong banyak. ”Kalau hari biasa, kami bisa menghabiskan 50 kilogram lele. Tapi, kalau akhir pekan, bisa habis 1 kuintal lele,” tutur Poniman.
Di sekitar lokasi rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo terdapat papan nama, spanduk, poster, hingga running text di papan light emitting diode (LED) untuk menegaskan keberadaan rumah makan itu. Selain itu, terdapat beragam tulisan yang menegaskan bahwa rumah makan tersebut tidak pernah membuka cabang di tempat lain.
Akan tetapi, sekitar 50 meter dari rumah makan tersebut terdapat rumah makan lain dengan nama ”Warung Mangut Lele Mbah Marto, Mak Badar”. Rumah makan dengan slogan ”Joyo Ing Roso” itu dikelola oleh Mak Badar (60), istri dari anak pertama Mbah Marto.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Suasana di warung makan mangut lele yang dikelola oleh Mak Badar, istri dari anak pertama Mbah Marto. di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (19/9/2022).
Izin Mbah Marto
Menurut Mak Badar, dirinya membuka rumah makan sendiri sejak tahun 2011 atas seizin Mbah Marto. Dia juga menyebut, meski kini ada tiga rumah makan yang sama-sama mengklaim sebagai penerus mangut lele Mbah Marto, tidak ada rumah makan yang bisa disebut asli atau palsu.
”Kami belajar dan meneruskan resep yang sama. Yang membedakan hanya tangan yang mengerjakan, meracik, dan memasak hidangan saja,” tutur Mak Badar.
Selain Mak Badar, anak bungsu Mbah Marto yang bernama Kasilah (48) juga membuka rumah makan sendiri sejak tahun 2018. Rumah makan yang dikelola Kasilah itu diberi nama ”Mangut Lele Mbah Marto”.
Lokasinya di Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Bantul, yang berjarak sekitar 15 kilometer dari dua rumah makan lain sesama penerus Mbah Marto. Pada tahun 2020, Kasilah juga mendapat sertifikat merek Mangut Lele Mbah Marto dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Sertifikat merek yang dipajang di rumah makan Mangut Lele Mbah Marto di Desa Patalan, Kecamatan Jetiis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (24/9/2022).
Nisa (25), putri Kasilah, menuturkan, sejak kecil ibunya telah membantu Mbah Marto memasak dan berjualan mangut lele. ”Waktu itu, ibu saya bahkan sempat dilarang untuk melanjutkan sekolah dan diminta untuk membantu Mbah Marto berjualan saja,” katanya. Itulah kenapa, Kasilah hanya bersekolah hingga jenjang sekolah dasar.
Nisa menyebut, Mbah Marto mulai berjualan mangut lele sejak tahun 1960-an. Awalnya, Mbah Marto berjualan dengan cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Namun, seiring usia yang mulai menua, Mbah Marto memutuskan membuka warung makan di rumahnya di wilayah Sewon.
Kami belajar dan meneruskan resep yang sama. Yang membedakan hanya tangan yang mengerjakan, meracik, dan memasak hidangan saja. (Mak Badar)
Mangut lele Mbah Marto kemudian terkenal dan digemari banyak orang. Konon, banyak artis dan pejabat yang khusus datang ke rumah makan itu untuk menikmati mangut lele racikan tangan Mbah Marto.
Mangut adalah bagian dari kekayaan kuliner Jawa yang memakai bahan baku ikan, termasuk ikan lele. Namun, dalam sajian mangut lele ala Mbah Marto, ikan lele yang hendak dijadikan mangut tidak digoreng lebih dulu, melainkan dilakukan pengasapan.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Pengunjung menyantap mangut lele di rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (21/9/2022).
Nisa mengatakan, proses pengasapan ikan lele membutuhkan waktu sekitar dua jam. Di rumah makan Mangut Lele Mbah Marto yang dikelola Kasilah, jumlah ikan lele yang dilakukan pengasapan biasanya sekitar 10 kg per hari. Namun, saat pengunjung ramai, ikan yang diasapkan bisa 40-50 kg.
Selain cara pengolahan dengan pengasapan, mangut lele ala Mbah Marto juga punya keunikan karena memiliki cita rasa pedas. Namun, masing-masing rumah makan penerus Mbah Marto punya takaran kepedasan sendiri.
Di rumah makan yang dikelola Kasilah, untuk setiap 10 kg ikan lele dipakai 2 kilogram cabai rawit merah dan cabai merah keriting. Sementara itu, di rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo, untuk setiap 50 kg ikan lele digunakan 10 kg cabai rawit merah dan keriting.
Salah masuk
Meski memiliki racikan sendiri-sendiri, tiga rumah makan penerus Mbah Marto itu tetap menawarkan konsep layanan yang sama. Sama seperti yang dilakukan Mbah Marto sejak dulu, setiap pembeli yang datang diminta langsung masuk ke dapur, lalu mengambil sendiri nasi sebanyak yang diinginkan serta memilih ragam menu yang disajikan. Satu-satunya yang harus dipesan dan diantar ke meja pembeli adalah minuman.
Kesamaan lain dari tiga warung tersebut adalah penggunaan tungku kayu untuk memasak mangut lele. Bahkan, bau asap pun masih sedikit tercium ketika mangut lele diambil dan akan disantap di meja pelanggan.
Pengunjung mengambil makanan mangut lele di rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (21/9/2022).
Keberadaan beberapa warung yang sama-sama mengklaim sebagai penerus mangut lele Mbah Marto itu terkadang menimbulkan kebingungan bagi para pelanggan. Bahkan, kadang-kadang ada pembeli yang salah masuk ke rumah makan lainnya.
Hal itulah yang dialami Lastri (55) dan sejumlah teman-temannya. Lastri mengaku menjadi penggemar mangut lele Mbah Marto sejak sekitar 10 tahun lalu. Sebagai penggemar lama, tentu dia ingin merasakan sensasi makan mangut lele di rumah makan yang sejak dulu digunakan Mbah Marto berjualan.
Namun, saat datang kembali pada Senin (19/9/2022), Lastri merasa pangling dan akhirnya masuk ke rumah makan yang dikelola Mak Badar. Saat melihat dapur dengan desain yang lebih modern di rumah makan tersebut, dia pun sadar telah salah masuk.
”Saya salah masuk dapur,” ujar Lastri tersipu malu. Tak berapa lama, dia memutuskan pindah ke rumah makan Mangut Lele Dapur Asli Mbok Marto Ijoyo.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Suasana rumah makan Mangaut Lele Mbah Marto di Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (24/9/2022).
Meski begitu, ada juga pembeli yang tak terlalu peduli saat sadar telah salah masuk rumah makan. Sikap itulah yang ditunjukkan Irfan (38), pelanggan asal Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Siang itu, Irfan masuk ke rumah makan yang dikelola Mak Badar. Padahal, dia ingin mencicipi mangut lele di dapur yang dulu dipakai Mbah Marto.
Namun, saat tahu bahwa dirinya salah masuk, Irfan memutuskan tak berpindah ke rumah makan lainnya. Dia pun tetap memilih menikmati sajian mangut lele di rumah makan yang dikelola Mak Badar. ”Rasanya sama saja, kok. Sama enaknya,” tutur Irfan.
Tak bisa dipungkiri, nama Mbah Marto memang masih menjadi daya tarik yang memikat para pengunjung untuk datang. Itulah kenapa, tiga rumah makan yang dikelola anak dan menantu Mbah Marto terus berupaya mengidentikkan diri dengan sosok sang perintis.
Keberadaan tiga rumah makan itu tak perlu menghadirkan polemik, tetapi justru bisa memperkaya cita rasa mangut lele warisan Mbah Marto. Para pencinta kuliner pun memiliki pilihan lebih banyak saat hendak mencicipi mangut lele dengan rasa yang yahud.